Kemarau, Pasokan Cabai di Pasar Berkurang
A
A
A
JAKARTA - Sekjen Asosiasi Pedagang Pasar, Ngadiran mengemukakan, kondisi pasar yang dalam tiga minggu terakhir pasokan cabai kurang.
"Cuma ya itu, karena panen gagal, makannya banyak yang rusak. Jadi produksinya menurun, sedangkan kebutuhan stabil. Pengaruhnya ke harga. Biasanya itu Rp17 ribu sampai Rp18 ribu, sekarang itu Rp28 ribu sampai Rp30 ribu. Mau cabai merah kriting, mau rawit, itu naik semuanya," ujar dia di Jakarta, Senin (13/10/2014).
Ngadiran menambahkan, saat ini cabai keriting dan rawit memang mengalami gagal panen karena kemarau sehingga berpengaruh ke harga.
"Sehingga kalau untuk cabai, dari Sumatera jelas ada erupsi Sinabung. Kalau di Jawa jelas air kurang. Daerah-daerah produksi cabai kan kekeringan ya, akhirnya gagal panen, panennya sedikit. Dengan panen sedikit otomatis harga mengangkat. Ini masalahnya," ujarnya.
Biasanya, lanjut Ngadiran, kalau ada tren ini, pemerintah kelakuannya ingin mengadakan impor. "Sedangkan coba kita cek. Kalau di bulan Juni-Juli, itu lagi menangis petani cabai. Ketika itu sedang panen, harganya ambruk. Sampai pada waktu itu hanya Rp4.000. Paling mahal pengeceran Rp 8.000," paparnya.
Saat ini, ungkap dia lagi, produksi cabai sedikit, sedangkan harganya naik. Pemerintah harusnya menolong, jangan melakukan impor dulu.
"Kalau konsumen merasa dirugikan, ya memang ada dirugikan. Tapi ketika cabai mengalami kemahalan yang Rp60 ribu hingga Rp80 ribu, ya biarin saja. Alamiah aja. Enggak usah pakai impor-impor kasihan petani kita," tandas dia.
"Cuma ya itu, karena panen gagal, makannya banyak yang rusak. Jadi produksinya menurun, sedangkan kebutuhan stabil. Pengaruhnya ke harga. Biasanya itu Rp17 ribu sampai Rp18 ribu, sekarang itu Rp28 ribu sampai Rp30 ribu. Mau cabai merah kriting, mau rawit, itu naik semuanya," ujar dia di Jakarta, Senin (13/10/2014).
Ngadiran menambahkan, saat ini cabai keriting dan rawit memang mengalami gagal panen karena kemarau sehingga berpengaruh ke harga.
"Sehingga kalau untuk cabai, dari Sumatera jelas ada erupsi Sinabung. Kalau di Jawa jelas air kurang. Daerah-daerah produksi cabai kan kekeringan ya, akhirnya gagal panen, panennya sedikit. Dengan panen sedikit otomatis harga mengangkat. Ini masalahnya," ujarnya.
Biasanya, lanjut Ngadiran, kalau ada tren ini, pemerintah kelakuannya ingin mengadakan impor. "Sedangkan coba kita cek. Kalau di bulan Juni-Juli, itu lagi menangis petani cabai. Ketika itu sedang panen, harganya ambruk. Sampai pada waktu itu hanya Rp4.000. Paling mahal pengeceran Rp 8.000," paparnya.
Saat ini, ungkap dia lagi, produksi cabai sedikit, sedangkan harganya naik. Pemerintah harusnya menolong, jangan melakukan impor dulu.
"Kalau konsumen merasa dirugikan, ya memang ada dirugikan. Tapi ketika cabai mengalami kemahalan yang Rp60 ribu hingga Rp80 ribu, ya biarin saja. Alamiah aja. Enggak usah pakai impor-impor kasihan petani kita," tandas dia.
(gpr)