IHSG Coba Menguji Support 4.864

Selasa, 14 Oktober 2014 - 08:24 WIB
IHSG Coba Menguji Support...
IHSG Coba Menguji Support 4.864
A A A
JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini diperkirakan masih cenderung melemah dan akan mencoba menguji support terdekat di level 4.864.

Analis Teknikal Mandiri Sekuritas Ayyi Achmad Hidayah mengungkapkan, IHSG masih diperdagangkan di atas EMA 200 hari. Indeks bergerak konsolidasi dan melemah untuk kemudian ditutup pada level 4.913 atau turun 1,01% pada perdagangan kemarin.

"Indikator RSI masih di area konsolidasi. Hari ini IHSG masih cenderung melemah dan coba menguji support terdekat di 4.864 serta resistance 5.000," kata dia, Selasa (14/10/2014).

Sementara sentimen dari luar menekan IHSG. Pasar saham Amerika Serikat (AS) ditutup kembali melanjutkan pelemahannya. Hal itu terjadi seiring semakin meluasnya kekhawatiran terhadap pelambatan ekonomi global, di tengah ancaman penyebaran virus Ebola di negara Paman Sam tersebut.

Koreksi dialami oleh indeks Dow Jones Industrial Avg sebesar 1,35% dan indeks S&P500 sebesar 1,65%.

Dari pasar Asia, pergerakan pasar saham dipengaruhi oleh bursa global. Koreksi pasar saham Asia ditunjukkan oleh indeks Nikkei 225 di Jepang yang anjlok 2,22%. Sedangkan indeks KOSPI Composite di Korea Selatan yang menguat tipis 0,22%.

Sementara harga kontrak berjangka (futures) komoditas bergerak variatif (mixed). Harga minyak mentah WTI turun 0,90% ke level USD84,97 per barel. Sedangkan harga emas Comex menguat 0,43% ke posisi USD1.235,30 per ons.

Dari dalam negeri, penyerapan anggaran hingga akhir Agustus 2014 dikatakan masih terkendali. Kementerian Keuangan mencatat defisit anggaran pada Agustus mencapai 1,15% dari produk domestik bruto (PDB) atau sebesar Rp119 triliun.

Meski begitu, Menteri Keuangan Chatib Basri mengaku jika target pertumbuhan ekonomi 5,8% pada 2015 sulit dicapai. Hal itu karena prospek normalisasi kebijakan moneter di AS dan penyehatan fiskal di dalam negeri.

Di sisi lain, pelemahan rupiah menurutnya tidak serta-merta memantik ekspor karena adanya perlambatan ekonomi China, yang notabene merupakan negara tujuan ekspor terbesar Indonesia.
Sementara itu, investasi tidak akan mudah seiring prospek pengetatan moneter di dalam negeri untuk merespons penaikan suku bunga acuan The Fed.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5845 seconds (0.1#10.140)