Bank Syariah Belum Mampu Hadapi MEA
A
A
A
PALEMBANG - Jelang implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, sektor syariah di dunia perbankan dinilai belum berdaya saing tinggi dalam memperkuat bisnis. Bahkan, ada anggapan unit syariah perbankan hanya sebagai pelengkap semata.
Pemimpin Bank Sumsel Babel Syariah Cabang Palembang, Effendi Said mengakui, berat bagi bank syariah dalam memasuki persaingan di tingkat internasional tersebut. Pasalnya, saat ini permodalan masih di bawah standar dan share terhadap bank konvensional masih kurang.
“Pertumbuhan BSB Syariah sendiri masih kecil bila dibandingkan bank syariah di tingkat nasional. Jadi, masih jauh dari mimpi, kita belum mampu,” ungkap Effendi, Senin (3/11/2014).
Menurut dia, perkembangan bank syariah baru akan terlihat pada 20 tahun ke depan. Untuk itu, perlu digencarkan pendidikan syariah kepada para pelajar di tingkat sekolah menengah pertama. Dengan begitu, ketika mereka berkarir di masa mendatang bisa memahami pentingnya sektor syariah pada lembaga keuangan.
“Literasi atau sosialisasi kepada pelajar ini sudah kami upayakan sejak sekarang. Seperti pengenalan produk syariah ke sekolah, dorongan positif untuk perkuliahan ekonomi islam, termasuk pembekalan pengelolaan keuangan syariah dengan teknoligi IT di kampus seperti yang kami gelar hari ini (kemarin) di UIN Raden Fattah,” terangnya.
Effendi menyebutkan, saat ini pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) di BSB Syariah per 31 Oktober 2014 total sebesar Rp566 miliar. Himpunan dana tersebut didapat dari tabungan sebesar Rp188 miliar, deposito Rp318 miliar, dan giro Rp59 miliar. Diakuinya, pertumbuhan DPK ini naik 60% dan tercatat over target dari target tahunan Rp328 miliar.
Sementara untuk dana pembiayaan, sudah tersalurkan sebanyak Rp214miliar dari target Rp218 miliar. Adapun laba yang dihasilkan sebesar Rp7,5miliar dari target Rp5,7 miliar.
“Meski tumbuh positif sekali tapi neraca percabang diketahui kontribusi syariah bagi konvensional hanya sebesar 2-3%,” ucap dia.
Dalam kesempatan yang sama, Penaksir Emas BSB Syariah Netty Herlina mengatakan, saat ini transaksi gadai emas di tempatnya mengalami kenaikan dari tahun lalu.
Tercatat, per Oktober 2013 sebesar Rp3,4 miliar sedangkan di tahun ini sudah tercapai Rp3,8 miliar. Untuk jumlah nasabah juga meningkat, di tahun lalu sebanyak 197 nasabah dan di 2014 ini sebanyak 298 nasabah.
Diprediksinya gadai emas hingga akhir tahun akan sedikit mengalami penurunan karena indikasi perekonomian masyarakat sudah membaik. “Desember biasanya gadai menurun dan tebus gadai meningkat,” ulas Netty.
Pemimpin Unit Usaha Syariah BSB, Saekan Noer sebelumnya menilai, pertumbuhan market share lembaga keuangan syariah secara nasional memang sangat lamban. Terhitung hingga saat ini hanya sebesar 5% sejak bertumbuhnya pasar syariah pada 2006 lalu. Hal ini dikarenakan pemahaman masyarakat atas perbedaan antara perbankan syariah dan konvensional sangat minim.
“Ditambah pula jaringan kantor syariah memang belum meluas dan pihak Bank Indonesia (BI) serta pemerintah tidak menetapkan target tertentu dalam pencapaian pertumbuhan,” kata dia.
Pemimpin Bank Sumsel Babel Syariah Cabang Palembang, Effendi Said mengakui, berat bagi bank syariah dalam memasuki persaingan di tingkat internasional tersebut. Pasalnya, saat ini permodalan masih di bawah standar dan share terhadap bank konvensional masih kurang.
“Pertumbuhan BSB Syariah sendiri masih kecil bila dibandingkan bank syariah di tingkat nasional. Jadi, masih jauh dari mimpi, kita belum mampu,” ungkap Effendi, Senin (3/11/2014).
Menurut dia, perkembangan bank syariah baru akan terlihat pada 20 tahun ke depan. Untuk itu, perlu digencarkan pendidikan syariah kepada para pelajar di tingkat sekolah menengah pertama. Dengan begitu, ketika mereka berkarir di masa mendatang bisa memahami pentingnya sektor syariah pada lembaga keuangan.
“Literasi atau sosialisasi kepada pelajar ini sudah kami upayakan sejak sekarang. Seperti pengenalan produk syariah ke sekolah, dorongan positif untuk perkuliahan ekonomi islam, termasuk pembekalan pengelolaan keuangan syariah dengan teknoligi IT di kampus seperti yang kami gelar hari ini (kemarin) di UIN Raden Fattah,” terangnya.
Effendi menyebutkan, saat ini pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) di BSB Syariah per 31 Oktober 2014 total sebesar Rp566 miliar. Himpunan dana tersebut didapat dari tabungan sebesar Rp188 miliar, deposito Rp318 miliar, dan giro Rp59 miliar. Diakuinya, pertumbuhan DPK ini naik 60% dan tercatat over target dari target tahunan Rp328 miliar.
Sementara untuk dana pembiayaan, sudah tersalurkan sebanyak Rp214miliar dari target Rp218 miliar. Adapun laba yang dihasilkan sebesar Rp7,5miliar dari target Rp5,7 miliar.
“Meski tumbuh positif sekali tapi neraca percabang diketahui kontribusi syariah bagi konvensional hanya sebesar 2-3%,” ucap dia.
Dalam kesempatan yang sama, Penaksir Emas BSB Syariah Netty Herlina mengatakan, saat ini transaksi gadai emas di tempatnya mengalami kenaikan dari tahun lalu.
Tercatat, per Oktober 2013 sebesar Rp3,4 miliar sedangkan di tahun ini sudah tercapai Rp3,8 miliar. Untuk jumlah nasabah juga meningkat, di tahun lalu sebanyak 197 nasabah dan di 2014 ini sebanyak 298 nasabah.
Diprediksinya gadai emas hingga akhir tahun akan sedikit mengalami penurunan karena indikasi perekonomian masyarakat sudah membaik. “Desember biasanya gadai menurun dan tebus gadai meningkat,” ulas Netty.
Pemimpin Unit Usaha Syariah BSB, Saekan Noer sebelumnya menilai, pertumbuhan market share lembaga keuangan syariah secara nasional memang sangat lamban. Terhitung hingga saat ini hanya sebesar 5% sejak bertumbuhnya pasar syariah pada 2006 lalu. Hal ini dikarenakan pemahaman masyarakat atas perbedaan antara perbankan syariah dan konvensional sangat minim.
“Ditambah pula jaringan kantor syariah memang belum meluas dan pihak Bank Indonesia (BI) serta pemerintah tidak menetapkan target tertentu dalam pencapaian pertumbuhan,” kata dia.
(gpr)