Kuota Solar Bersubsidi di Bantul Terancam Jebol
A
A
A
JAKARTA - Kuota solar bersubsidi di Kabupaten Bantul terancam jebol tidak sampai akhir tahun. Karena, hingga kini solar bersubsidi di daerah ini sudah terpakai 93% dari kuota yang dialokasikan ke SPBU di Bantul.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kabupaten Bantul Sulistyanto mengatakan, konsumsi solar tahun ini memang lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya.
Lonjakan permintaan solar bersubsidi banyak terjadi usai Lebaran. Sejak Lebaran tahun ini, permintaan solar bersubsidi mengalami kenaikan 20% dibanding kondisi normal.
"Memang ada kenaikan, karena ada peningkatan arus kendaraan barang," katanya di Bantul, Senin (10/11/2014).
Sulis mengatakan, kenaikan penjualan solar bersubsidi tidak lepas dari pengalihan arus kendaraan barang akibat rusaknya jembatan Comal di jalur utara.
Akibat banyak kendaraan barang yang melewati jalur di Bantul, permintaan solar di SPBU-SPBU yang dilewati
mengalami lonjakan. Sehingga konsumsi solar bersubsidi di Bantul hingga awal November mendekati kuota.
Untuk itu, Sulis berharap Pertamina mengambil kebijakan adanya penambahan kuota solar bersubsidi. Tambahan tersebut diambilkan dari berkurangnya penjualan di SPBU-SPBU jalur utara.
Dari perkiraannya, selama dua bulan terakhir, Bantul perlu tambahan pasokan solar bersubsidi sebanyak 4.000 Kiloliter (KL) atau masing-masing sebanyak 2.000 KL per bulan.
"Bantul sebenarnya mendapatkan alokasi solar bersubsidi selama 2014 sebanyak 28.000 KL," ujar dia.
Konsumsi solar di wilayahnya hampir jebol, namun tidak demikian dengan konsumsi premium bersubsidi. Sampai saat ini, kuota premium bersubsidi di Bantul mampu mencukupi kebutuhan hingga akhir tahun.
Dari kuota sebanyak 124.000 KL premium bersubsidi yang dialokasikan ke Bantul, sampai saat ini masih tersisa 19,7%.
Jumlah sisa tersebut dia perkirakan mampu mencukup kebutuhan premium bersubsidi hingga akhir tahun, meski ada momen-momen tertentu yang memungkinkan kenaikan konsumsi seperti libur panjang dan jelang kenaikan BBM.
"Kalau premium kami kurang begitu khawatir. Kalau solar kami minta tambahan," ucapnya.
Humas Polsek Sedayu Ipda Agus Supraja mengakui, sejak jembatan Comal ditutup karena rusak, arus kendaraan angkutan barang berkapasitas besar yang melintas di Sedayu mengalami kenaikan.
Sehingga, wajar jika konsumsi solar bersubsidi juga mengalami kenaikan karena sebagian besar kendaraan besar yang melintas membutuhkan solar bersubsidi untuk bahan bakar.
Tak hanya konsumsi bahan bakar, meningkatnya kendaraan angkutan barang juga berpengaruh terhadap peningkatan angka kecelakaan di wilayahnya.
Hampir setiap hari, selalu saja terjadi kecelakaan baik yang melibatkan kendaraan angkutan barang. "Jalan di kawasan sini sudah mulai rusak, beberapa bagian sudah mulai turun permukaannya," pungkasnya.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kabupaten Bantul Sulistyanto mengatakan, konsumsi solar tahun ini memang lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya.
Lonjakan permintaan solar bersubsidi banyak terjadi usai Lebaran. Sejak Lebaran tahun ini, permintaan solar bersubsidi mengalami kenaikan 20% dibanding kondisi normal.
"Memang ada kenaikan, karena ada peningkatan arus kendaraan barang," katanya di Bantul, Senin (10/11/2014).
Sulis mengatakan, kenaikan penjualan solar bersubsidi tidak lepas dari pengalihan arus kendaraan barang akibat rusaknya jembatan Comal di jalur utara.
Akibat banyak kendaraan barang yang melewati jalur di Bantul, permintaan solar di SPBU-SPBU yang dilewati
mengalami lonjakan. Sehingga konsumsi solar bersubsidi di Bantul hingga awal November mendekati kuota.
Untuk itu, Sulis berharap Pertamina mengambil kebijakan adanya penambahan kuota solar bersubsidi. Tambahan tersebut diambilkan dari berkurangnya penjualan di SPBU-SPBU jalur utara.
Dari perkiraannya, selama dua bulan terakhir, Bantul perlu tambahan pasokan solar bersubsidi sebanyak 4.000 Kiloliter (KL) atau masing-masing sebanyak 2.000 KL per bulan.
"Bantul sebenarnya mendapatkan alokasi solar bersubsidi selama 2014 sebanyak 28.000 KL," ujar dia.
Konsumsi solar di wilayahnya hampir jebol, namun tidak demikian dengan konsumsi premium bersubsidi. Sampai saat ini, kuota premium bersubsidi di Bantul mampu mencukupi kebutuhan hingga akhir tahun.
Dari kuota sebanyak 124.000 KL premium bersubsidi yang dialokasikan ke Bantul, sampai saat ini masih tersisa 19,7%.
Jumlah sisa tersebut dia perkirakan mampu mencukup kebutuhan premium bersubsidi hingga akhir tahun, meski ada momen-momen tertentu yang memungkinkan kenaikan konsumsi seperti libur panjang dan jelang kenaikan BBM.
"Kalau premium kami kurang begitu khawatir. Kalau solar kami minta tambahan," ucapnya.
Humas Polsek Sedayu Ipda Agus Supraja mengakui, sejak jembatan Comal ditutup karena rusak, arus kendaraan angkutan barang berkapasitas besar yang melintas di Sedayu mengalami kenaikan.
Sehingga, wajar jika konsumsi solar bersubsidi juga mengalami kenaikan karena sebagian besar kendaraan besar yang melintas membutuhkan solar bersubsidi untuk bahan bakar.
Tak hanya konsumsi bahan bakar, meningkatnya kendaraan angkutan barang juga berpengaruh terhadap peningkatan angka kecelakaan di wilayahnya.
Hampir setiap hari, selalu saja terjadi kecelakaan baik yang melibatkan kendaraan angkutan barang. "Jalan di kawasan sini sudah mulai rusak, beberapa bagian sudah mulai turun permukaannya," pungkasnya.
(izz)