Pembiayaan Industri Subtitusi Impor Sangat Menjanjikan
A
A
A
JAKARTA - Pembiayaan industri subtitusi impor diyakini dapat menjadi potensi yang menarik bagi perbankan. Hal ini sejalan dengan tren kredit perbankan yang masih minim dalam memajukan industri yang mengolah bahan baku menjadi produk jadi.
Ekonom Bank BCA Cyrillus Harinowo mengatakan industri substitusi impor sudah sangat berkembang. Industri ini sangat dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan di bidang otomotif, pesawat, dan peralatan militer. Perusahaan manufaktur di daerah bahkan sudah memiliki kemampuan memasok komponen untuk kebutuhan ekspor.
"Bank besar harus berani mulai masuk ke industri manufaktur yang mendukung subtitusi impor. Sektor ini sudah sangat berkembang," ujar Cyrillus beberapa waktu lalu di Yogyakarta, Senin (11/10/2014).
Dia menjelaskan perbankan dapat mengembangkan sektor industri pendukung karena industri utama semakin berhemat dalam cash flow. Tren perusahaan besar saat ini semakin efisien dalam melakukan pinjaman.
Sehingga salah satu strategi ekspansi pembiayaan bisa dilakukan dengan mendukung industri pendukung seperti manufaktur. Dengan masuknya bank besar maka akan memancing bank lain seperti Bank Pembangunan Daerah (BPD) untuk turut serta.
"Dulu kami bank pertama yang berani membiayai jalan tol Cipularan senilai Rp1,6 Triliun. Berikutnya BPD akhirnya juga berani ikut dalam sindikasi kami. BPD mempunyai kemampuan yang besar dan pasti akan ikut kalau proyek itu bagus," ujarnya.
Dia mencontohkan nasabahnya yang bergerak dalam usaha manufaktur logam di Yogyakarta sudah dapat melakukan pengecoran logam. Perusahaan penghasil traktor tangan Quick tersebut memproduksi traktor tangan yang menguasai pasar lokal bahkan melakukan ekspor ke manca negara. Sedangkan yang lainnya juga sudah mampu memenuhi kebutuhan mesin Daihatsu.
"Kita harus bangga dengan kemampuan produksi dalam negeri. Sektor manufaktur juga dibutuhkan untuk menopang pengembangan industri pesawat terbang hingga alat militer," ujarnya.
Dia menjelaskan pertumbuhan industri di Indonesia termasuk otomotif semakin pesat. Hal ini terlihat dari penjualan mobil selama beberapa tahun terakhir yang mencapai angka 1-2 juta unit per tahun. Indonesia akan memasuki dekade keemasan yang berlangsung pada periode 2014-2024.
Menurutnya ada banyak alasan yang akan mendorong Indonesia mencapai era keemasan tersebut, salah satunya adalah pertumbuhan pesat industri-industri yang sudah ada seperti otomotif.
"Berbagai industri di Indonesia akan mengalami pertumbuhan yang pesat selama 10 tahun mendatang. Industri otomotif kita akan menjadi raksasa otomotif global dengan penjualan mobil pada 2024 mencapai 3 - 4 juta unit. Indonesia akan masuk 10 besar industri otomotif dunia," jelasnya.
Menurut dia, industri lainnya yang akan tumbuh pesat dalam 10 tahun ke depan adalah industri fast moving cunsomer goods (FMCG) atau industri barang-barang yang dapat diproduksi dengan cepat tetapi harganya murah terutama pada produk-produk kelas premium. Selain industri FMCG, industri elektronik juga semakin cemerlang.
"Pada dekade mendatang akan menjadi golden years bagi existing industries, di samping itu bisnis-bisnis baru di tahun-tahun mendatang juga akan semakin bermunculan," tambahnya.
Hal ini diakui Presiden Direktur CV Karya Hidup Sentosa (KHS) Hendro Wijayanto yang mengaku sudah melakukan ekspor komponen ke berbagai negara. Perusahaan yang dikenal dengan brand Quick ini mengusai 70% pasar traktor tangan dalam negeri.
Sebagai perusahaan manufaktur yang mengembangkan subtitusi impor, pihaknya membutuhkan bantuan perbankan untuk melengkapi mesin dan modal kerja.
"70% permodalan kami masih dari perbankan. Kami sedang mengembangkan pabrik baru untuk meningkatkan kapasitas produksi," ujar Hendro dalam kesempatan yang sama.
Dia mengaku, dalam lima tahun kedepan perusahaannya dapat mengembangkan bisnis komponen untuk ekspansi memenuhi kebutuhan industri alat berat dan otomotif. Untuk itu dia juga sangat membutuhkan dukungan perbankan yang memiliki jaringan dan pelayanan yang lengkap.
Bahkan kebutuhannya juga semakin bertambah untuk layanan kredit L/C karena aktivitas ekspor yang siap ditingkatkan. Tahun ini dia menargetkan dapat meraih omzet Rp1 triliun walaupun di tengah perekonomian yang lesu.
"Kami berharap pemerintah dapat memberikan dukungan tax holliday bagi PMDN. Sehingga dapat bersaing dengan perusahaan PMA. Jangan hanya industri asing yang didukung," ujarnya.
Ekonom Bank BCA Cyrillus Harinowo mengatakan industri substitusi impor sudah sangat berkembang. Industri ini sangat dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan di bidang otomotif, pesawat, dan peralatan militer. Perusahaan manufaktur di daerah bahkan sudah memiliki kemampuan memasok komponen untuk kebutuhan ekspor.
"Bank besar harus berani mulai masuk ke industri manufaktur yang mendukung subtitusi impor. Sektor ini sudah sangat berkembang," ujar Cyrillus beberapa waktu lalu di Yogyakarta, Senin (11/10/2014).
Dia menjelaskan perbankan dapat mengembangkan sektor industri pendukung karena industri utama semakin berhemat dalam cash flow. Tren perusahaan besar saat ini semakin efisien dalam melakukan pinjaman.
Sehingga salah satu strategi ekspansi pembiayaan bisa dilakukan dengan mendukung industri pendukung seperti manufaktur. Dengan masuknya bank besar maka akan memancing bank lain seperti Bank Pembangunan Daerah (BPD) untuk turut serta.
"Dulu kami bank pertama yang berani membiayai jalan tol Cipularan senilai Rp1,6 Triliun. Berikutnya BPD akhirnya juga berani ikut dalam sindikasi kami. BPD mempunyai kemampuan yang besar dan pasti akan ikut kalau proyek itu bagus," ujarnya.
Dia mencontohkan nasabahnya yang bergerak dalam usaha manufaktur logam di Yogyakarta sudah dapat melakukan pengecoran logam. Perusahaan penghasil traktor tangan Quick tersebut memproduksi traktor tangan yang menguasai pasar lokal bahkan melakukan ekspor ke manca negara. Sedangkan yang lainnya juga sudah mampu memenuhi kebutuhan mesin Daihatsu.
"Kita harus bangga dengan kemampuan produksi dalam negeri. Sektor manufaktur juga dibutuhkan untuk menopang pengembangan industri pesawat terbang hingga alat militer," ujarnya.
Dia menjelaskan pertumbuhan industri di Indonesia termasuk otomotif semakin pesat. Hal ini terlihat dari penjualan mobil selama beberapa tahun terakhir yang mencapai angka 1-2 juta unit per tahun. Indonesia akan memasuki dekade keemasan yang berlangsung pada periode 2014-2024.
Menurutnya ada banyak alasan yang akan mendorong Indonesia mencapai era keemasan tersebut, salah satunya adalah pertumbuhan pesat industri-industri yang sudah ada seperti otomotif.
"Berbagai industri di Indonesia akan mengalami pertumbuhan yang pesat selama 10 tahun mendatang. Industri otomotif kita akan menjadi raksasa otomotif global dengan penjualan mobil pada 2024 mencapai 3 - 4 juta unit. Indonesia akan masuk 10 besar industri otomotif dunia," jelasnya.
Menurut dia, industri lainnya yang akan tumbuh pesat dalam 10 tahun ke depan adalah industri fast moving cunsomer goods (FMCG) atau industri barang-barang yang dapat diproduksi dengan cepat tetapi harganya murah terutama pada produk-produk kelas premium. Selain industri FMCG, industri elektronik juga semakin cemerlang.
"Pada dekade mendatang akan menjadi golden years bagi existing industries, di samping itu bisnis-bisnis baru di tahun-tahun mendatang juga akan semakin bermunculan," tambahnya.
Hal ini diakui Presiden Direktur CV Karya Hidup Sentosa (KHS) Hendro Wijayanto yang mengaku sudah melakukan ekspor komponen ke berbagai negara. Perusahaan yang dikenal dengan brand Quick ini mengusai 70% pasar traktor tangan dalam negeri.
Sebagai perusahaan manufaktur yang mengembangkan subtitusi impor, pihaknya membutuhkan bantuan perbankan untuk melengkapi mesin dan modal kerja.
"70% permodalan kami masih dari perbankan. Kami sedang mengembangkan pabrik baru untuk meningkatkan kapasitas produksi," ujar Hendro dalam kesempatan yang sama.
Dia mengaku, dalam lima tahun kedepan perusahaannya dapat mengembangkan bisnis komponen untuk ekspansi memenuhi kebutuhan industri alat berat dan otomotif. Untuk itu dia juga sangat membutuhkan dukungan perbankan yang memiliki jaringan dan pelayanan yang lengkap.
Bahkan kebutuhannya juga semakin bertambah untuk layanan kredit L/C karena aktivitas ekspor yang siap ditingkatkan. Tahun ini dia menargetkan dapat meraih omzet Rp1 triliun walaupun di tengah perekonomian yang lesu.
"Kami berharap pemerintah dapat memberikan dukungan tax holliday bagi PMDN. Sehingga dapat bersaing dengan perusahaan PMA. Jangan hanya industri asing yang didukung," ujarnya.
(gpr)