Bank Besar Masih Bergulat dengan Stress Testing

Selasa, 11 November 2014 - 15:30 WIB
Bank Besar Masih Bergulat dengan Stress Testing
Bank Besar Masih Bergulat dengan Stress Testing
A A A
JAKARTA - Sebagian besar bank masih bergulat dengan stress testing dalam tahap awal pengembangan, serta tantangan terbesar adalah manajemen data dan kurangnya tenaga terampil.

Stress testing merupakan kewajiban bagi semua bank, termasuk dalam peraturan dan syarat tekanan untuk kepatuhan. Namun, hanya satu dari empat bank yang mengatakan mereka sangat matang dalam hal itu.

Dalam studi terbaru oleh Longitude Research dan pemimpin business analytics SAS, sekitar empat dari 10 bank mengakui telah cukup lama berkutat pada tahap awal pengembangan.

Stress testing yang belum matang dapat menyebabkan pengawasan peraturan pada akurasi dan proses. Bank juga mengalami kerugian atas kesempatan yang hilang dan sumber daya terbuang sekaligus melelahkan, operasi manual yang gagal menuai data untuk inisiatif bisnis lainnya.

Pada survei yang lebih dalam terhadap lebih dari 100 pejabat perbankan senior di Eropa dan Amerika Serikat, mereka menilai efek dari stress testing dalam organisasi.

Hasilnya, hanya 24% yang mengakui bahwa mereka membuat perubahan pada keputusan strategis sebagai akibat dari stress testing, walaupun demikian terdapat 33% yang telah menyesuaikan risiko lembaga mereka untuk membuat pilihan bisnis yang lebih baik.

Responden mencatat sejumlah masalah data (35%) dan kekurangan tenaga keterampilan (32%) sebagai tantangan terbesar perbankan saat ini. Mereka menyalahkan kuantitas dan kualitas data pada permasalahan mereka dengan manajemen data, terutama agregasi data dan konsolidasi.

"Stress testing merupakan hal nyata yang dihadapi banyak bank. Walau demikian, sebagian kecil dari bank besar telah matang pada kemampuan mengatasi tes ini. Namun, ada sejumlah besar bank lainnya yang masih memiliki pekerjaan rumah untuk mengatasinya," ujar Editorial Director di Longitude Research, James Watson dalam keterangan tertulis kepada Sindonews, Selasa (11/11/2014).

"Hal ini juga berlaku ketika dihadapkan pada langkah berikutnya, stress testing dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan kemampuan bisnis yang lebih luas bagi manajemen," tambahnya.

Untuk memperkuat kerangka stress-testing, 47% bankir menyebutkan perlunya sumber daya berdedikasi, staf internal khusus, konsultan eksternal dan infrastruktur TI.

Prioritas utama lainnya adalah memperkuat kemampuan modeling dan meningkatkan kualitas data. Meskipun 41% bank mengatakan hasil dari stress test tidak berpengaruh langsung terhadap bisnis, dan lebih dari setengah percaya bahwa dalam dua tahun stress test akan membantu mendorong keputusan strategis.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6503 seconds (0.1#10.140)