Harga Cabai Naik, Petani di Kendal Justru Merugi
A
A
A
JAKARTA - Para petani di Kendal, Jawa Tengah (Jateng) justru merugi meski harga cabai di daerah ini melambung.
Tingginya harga cabai di pasar tidak dapat dinikmati petani karena tanaman cabai membusuk dan mengering. Sejumlah sentra penghasil cabai di Kendal, gagal panen akibat musim kemarau beberapa waktu lalu.
Suwarto, petani asal Sidorejo, Kecamatan Brangsong, kendal, Jateng, Jumat (14/11/2014) mengaku hanya bisa memandangi tanaman cabai yang siap panen. Namun, hasilnya tidak bisa dipetik.
Dia pun hanya bisa pasrah, keuntungan besar yang akan didapat sirna karena tanaman cabainya gagal panen. Hampir sebagian besar daerah sentra pengasil cabai, baik cabai merah maupun cabai rawit di Kendal, mengalami gagal panen.
Suwarto sebelumnya sudah memprediksi tanamannya akan panen saat pasokan dari daerah lain berkurang dan harga menjadi tinggi. Namun, kekeringan yang berkepanjangan membuat impian meraup keuntungan dari tanaman cabai sirna, justru kerugian yang didapatkannya.
Sementara, petani lainnya masih beruntung, meski cabai rawit tidak maksimal namun masih bisa memanen walaupun dalam jumlah yang sangat kecil.
Hasil panen yang tidak maksimal ini, petani mengaku masih menderita kerugian karena hanya cukup untuk menutup biaya pembelian bibit dan obat-obatan saja.
Harga cabai merah di pasar tradisional di Kendal sudah menembus angka Rp60 ribu per kg. Sedangkan cabai rawit sudah melambung hingga Rp45 ribu. Cabai merah sebelumnya hanya dijual dengan harga Rp20 ribu per kg dan cabai rawit sebelumnya hanya berkisar Rp12 ribu per kg.
Tingginya harga cabai di pasar tidak dapat dinikmati petani karena tanaman cabai membusuk dan mengering. Sejumlah sentra penghasil cabai di Kendal, gagal panen akibat musim kemarau beberapa waktu lalu.
Suwarto, petani asal Sidorejo, Kecamatan Brangsong, kendal, Jateng, Jumat (14/11/2014) mengaku hanya bisa memandangi tanaman cabai yang siap panen. Namun, hasilnya tidak bisa dipetik.
Dia pun hanya bisa pasrah, keuntungan besar yang akan didapat sirna karena tanaman cabainya gagal panen. Hampir sebagian besar daerah sentra pengasil cabai, baik cabai merah maupun cabai rawit di Kendal, mengalami gagal panen.
Suwarto sebelumnya sudah memprediksi tanamannya akan panen saat pasokan dari daerah lain berkurang dan harga menjadi tinggi. Namun, kekeringan yang berkepanjangan membuat impian meraup keuntungan dari tanaman cabai sirna, justru kerugian yang didapatkannya.
Sementara, petani lainnya masih beruntung, meski cabai rawit tidak maksimal namun masih bisa memanen walaupun dalam jumlah yang sangat kecil.
Hasil panen yang tidak maksimal ini, petani mengaku masih menderita kerugian karena hanya cukup untuk menutup biaya pembelian bibit dan obat-obatan saja.
Harga cabai merah di pasar tradisional di Kendal sudah menembus angka Rp60 ribu per kg. Sedangkan cabai rawit sudah melambung hingga Rp45 ribu. Cabai merah sebelumnya hanya dijual dengan harga Rp20 ribu per kg dan cabai rawit sebelumnya hanya berkisar Rp12 ribu per kg.
(izz)