IHSG Diprediksi Masih Rawan Koreksi
A
A
A
JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi masih rawan terkoreksi jika tidak adanya sentimen positif yang dapat menahan potensi pelemahan.
Kepala Riset PT Woori Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan, IHSG diperkirakan sulit bertahan di kisaran resistennya seiring berkurangnya volume beli dan lebih banyak aksi profit taking.
Reza menjelaskan, IHSG membentuk pola doji star di area middle bollinger band (MBB). MACD bergerak datar dengan histogram negatif yang mendatar. RSI, Stochastic, dan William’s %R masih terbatas kenaikannya.
"Maraknya pemberitaan belum adanya kejelasan mengenai kenaikan harga BBM dan polemik yang kembali terjadi di parlemen terkait rencana pemerintah untuk mengambil kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi membuat laju rupiah kembali tertekan," ujarnya Senin (17/11/2014).
Dia memprediksi IHSG diperkirakan akan berada pada rentang support 5.028-5.038 dan resisten 5.055-5.072.
Laju IHSG akhir pekan lalu sempat tertahan di target resisten (5.065-5.072) dan mampu bertahan di kisaran target support (5.027-5.035).
Menurut Reza, maraknya sentimen negatif membuat laju IHSG kian tertekan dan berpotensi melanjutkan pelemahan. Apalagi, jika laju bursa saham global tidak mampu memberikan imbas pergerakan positif jelang akhir pekan.
"Laju IHSG lebih banyak menghabiskan waktu di zona merah sepanjang sesi perdagangan meski sempat mengalami kenaikan di awal sesi. Namun, masih cenderung maraknya aksi jual membuat IHSG terlempar ke teritori negati," tuturnya.
Bahkan, berita positif terkait rencana Eropa untuk menambah investasi di Indonesia tidak terlalu ditanggapi, karena tertutupi sentimen kembali terdepresiasinya rupiah dan belum jelasnya kepastian kenaikan harga BBM.
Sentimen negatif lainnya datang dari transaksi asing yang kembali tercatat nett sell (dari nett buy Rp149,66 miliar menjadi nett sell Rp227,48 miliar).
Kepala Riset PT Woori Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan, IHSG diperkirakan sulit bertahan di kisaran resistennya seiring berkurangnya volume beli dan lebih banyak aksi profit taking.
Reza menjelaskan, IHSG membentuk pola doji star di area middle bollinger band (MBB). MACD bergerak datar dengan histogram negatif yang mendatar. RSI, Stochastic, dan William’s %R masih terbatas kenaikannya.
"Maraknya pemberitaan belum adanya kejelasan mengenai kenaikan harga BBM dan polemik yang kembali terjadi di parlemen terkait rencana pemerintah untuk mengambil kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi membuat laju rupiah kembali tertekan," ujarnya Senin (17/11/2014).
Dia memprediksi IHSG diperkirakan akan berada pada rentang support 5.028-5.038 dan resisten 5.055-5.072.
Laju IHSG akhir pekan lalu sempat tertahan di target resisten (5.065-5.072) dan mampu bertahan di kisaran target support (5.027-5.035).
Menurut Reza, maraknya sentimen negatif membuat laju IHSG kian tertekan dan berpotensi melanjutkan pelemahan. Apalagi, jika laju bursa saham global tidak mampu memberikan imbas pergerakan positif jelang akhir pekan.
"Laju IHSG lebih banyak menghabiskan waktu di zona merah sepanjang sesi perdagangan meski sempat mengalami kenaikan di awal sesi. Namun, masih cenderung maraknya aksi jual membuat IHSG terlempar ke teritori negati," tuturnya.
Bahkan, berita positif terkait rencana Eropa untuk menambah investasi di Indonesia tidak terlalu ditanggapi, karena tertutupi sentimen kembali terdepresiasinya rupiah dan belum jelasnya kepastian kenaikan harga BBM.
Sentimen negatif lainnya datang dari transaksi asing yang kembali tercatat nett sell (dari nett buy Rp149,66 miliar menjadi nett sell Rp227,48 miliar).
(izz)