Anak Usaha Danamon Perkuat Kerjasama Dengan Induk
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Danamon Indonesia Tbk dan anak usahanya mantap mengembangkan diri di segmen konsumer. Berbagai strategi dan inovasi disiapkan mengingat integrasi layanan jasa keuangan semakin dibutuhkan masyarakat.
Direktur Danamon Syariah Herry Hykmanto mengatakan industri syariah masih mencatatkan pertumbuhan 30% yang menandakan kesempatan masih luas. Masih banyak layanan perbankan syariah yang harus disosialisasikan karena produk yang banyak. Pihaknya siap mengembangkan layanan sektor perdagangan dengan memanfaatkan keunggulan bank induk yaitu Bank Danamon.
"Kami ingin mengembangkan sektor perdagangan untuk menjadi sektor terbesar. Ini sejalan dengan keunggulan bank induk," ujar Herry dalam diskusi potensi industri keuangan di Jakarta, Selasa (18/11/2014).
Dia mengatakan, dalam perbankan syariah itu lebih menjanjikan karena underlying yang jelas sehingga beresiko rendah. Pembiayaan modal kerja akan dikembangkan untuk masuk ke sektor perdagangan.
Produknya seperti murabahah atau jual beli, salam atau extended deferred payment, mudharabah musyaraka atau sharing profit and risk, iniatiate construction (istisna), dan leasing (ijarah).
"Secara likuiditas tersedia banyak untuk perdagangan. Komposisi pembiayaan perdagangan baru 30%, namun kedepan akan jadi mayoritas," ujarnya.
Sementara itu Direktur Adira Finance I Dewa Made Susila mengatakan pihaknya kedepan akan menyiapkan beberapa produk bundling dengan anak usaha Bank Danamon lainnya. Hal ini untuk mengantisipasi tren margin tipis dalam bisnis multifinance.
Perseroan tidak dapat membebani seluruh kenaikan biaya dana ke nasabah akibat suku bunga bank tinggi. Sehingga terjadi penurunan margin laba.
"Di tahun depan kami optimistis naik namun belum bisa dikalkulasi. Fee based income saat ini porsinya 30%. Dan strateginya ialah menggenjot produk yang akan ditingkatkan dengan berjualan produk lain," ujar I Made dalam kesempatan yang sama.
Dia mengatakan pihaknya sudah berdiskusi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk membuka penjualan produk baru dari asuransi atau mutual fund. "Ini sudah ada pembicaraan dengan OJK. Kalau fee based tinggi nanti kita bisa kurangi lending rate. Tapi di indonesia fee based masih 30% karena tren industri masih fokus menyalurkan kredit," ujarnya.
Dia mengatakan pihaknya siap melakukan diversifikasi, dari saat ini hanya dua pembiayaan. Perseroan optimistis akan tumbuh seiring perkembangan nasabah.
"Laba akan tumbuh dengan efisiensi. Potensi kelas menengah sangat menarik pihak asing. Kami berharap pertumbuhan nasional bisa di atas 5% seperti Cina untuk terus menciptakan daya beli," ujarnya.
Sebelumnya PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) mencatatkan penyaluran kredit menjadi Rp139 triliun pada kuartal pertama tahun ini. Perseroan mencatatkan pertumbuhan kredit 7% dari Rp129 triliun pada periode yang sama di tahun sebelumnya.
Laba bersih setelah pajak normalized (peraturan baru OJK tentang tarif premi asuransi kendaraan) mencapai Rp2,5 triliun pada periode ini. Nilai ini didukung pendapatan bunga bersih (net interest income/NIM) sebesar Rp10,2 triliun.
Pada akhir September 2014, rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (Regulatory Loan to Deposit Ratio) membaik menjadi 91,3% dari 99% pada tahun sebelumnya. Ini sejalan dengan kenaikan total pendanaan sebesar 10% yang didorong oleh pertumbuhan deposito sebesar 19%.
Direktur Danamon Syariah Herry Hykmanto mengatakan industri syariah masih mencatatkan pertumbuhan 30% yang menandakan kesempatan masih luas. Masih banyak layanan perbankan syariah yang harus disosialisasikan karena produk yang banyak. Pihaknya siap mengembangkan layanan sektor perdagangan dengan memanfaatkan keunggulan bank induk yaitu Bank Danamon.
"Kami ingin mengembangkan sektor perdagangan untuk menjadi sektor terbesar. Ini sejalan dengan keunggulan bank induk," ujar Herry dalam diskusi potensi industri keuangan di Jakarta, Selasa (18/11/2014).
Dia mengatakan, dalam perbankan syariah itu lebih menjanjikan karena underlying yang jelas sehingga beresiko rendah. Pembiayaan modal kerja akan dikembangkan untuk masuk ke sektor perdagangan.
Produknya seperti murabahah atau jual beli, salam atau extended deferred payment, mudharabah musyaraka atau sharing profit and risk, iniatiate construction (istisna), dan leasing (ijarah).
"Secara likuiditas tersedia banyak untuk perdagangan. Komposisi pembiayaan perdagangan baru 30%, namun kedepan akan jadi mayoritas," ujarnya.
Sementara itu Direktur Adira Finance I Dewa Made Susila mengatakan pihaknya kedepan akan menyiapkan beberapa produk bundling dengan anak usaha Bank Danamon lainnya. Hal ini untuk mengantisipasi tren margin tipis dalam bisnis multifinance.
Perseroan tidak dapat membebani seluruh kenaikan biaya dana ke nasabah akibat suku bunga bank tinggi. Sehingga terjadi penurunan margin laba.
"Di tahun depan kami optimistis naik namun belum bisa dikalkulasi. Fee based income saat ini porsinya 30%. Dan strateginya ialah menggenjot produk yang akan ditingkatkan dengan berjualan produk lain," ujar I Made dalam kesempatan yang sama.
Dia mengatakan pihaknya sudah berdiskusi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk membuka penjualan produk baru dari asuransi atau mutual fund. "Ini sudah ada pembicaraan dengan OJK. Kalau fee based tinggi nanti kita bisa kurangi lending rate. Tapi di indonesia fee based masih 30% karena tren industri masih fokus menyalurkan kredit," ujarnya.
Dia mengatakan pihaknya siap melakukan diversifikasi, dari saat ini hanya dua pembiayaan. Perseroan optimistis akan tumbuh seiring perkembangan nasabah.
"Laba akan tumbuh dengan efisiensi. Potensi kelas menengah sangat menarik pihak asing. Kami berharap pertumbuhan nasional bisa di atas 5% seperti Cina untuk terus menciptakan daya beli," ujarnya.
Sebelumnya PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) mencatatkan penyaluran kredit menjadi Rp139 triliun pada kuartal pertama tahun ini. Perseroan mencatatkan pertumbuhan kredit 7% dari Rp129 triliun pada periode yang sama di tahun sebelumnya.
Laba bersih setelah pajak normalized (peraturan baru OJK tentang tarif premi asuransi kendaraan) mencapai Rp2,5 triliun pada periode ini. Nilai ini didukung pendapatan bunga bersih (net interest income/NIM) sebesar Rp10,2 triliun.
Pada akhir September 2014, rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (Regulatory Loan to Deposit Ratio) membaik menjadi 91,3% dari 99% pada tahun sebelumnya. Ini sejalan dengan kenaikan total pendanaan sebesar 10% yang didorong oleh pertumbuhan deposito sebesar 19%.
(gpr)