Harga Cabai Melejit, Pedagang Menjerit
A
A
A
SEMARANG - Tingginya harga cabai akhir-akhir ini membuat sejumlah pedagang makanan menjerit. Sebab, kenaikan harga cabai tersebut menyebabkan pengeluaran mereka terus membengkak.
Di lain sisi, para pedagang juga tidak bisa mengurangi komposisi cabai dalam takaran masakannya. Hal itu disinyalir dapat mengurangi rasa dan kualitas masakan yang telah menjadi keunggulan mereka.
"Serba dilema, mau dikurangi cabainya nanti makanan jadi tidak enak, tetap bertahan harga cabai tinggi sekali," kata Susanto,52, salah satu pedagang makanan di Ngaliyan Semarang, Sabtu (22/11/2014).
Susanto menuturkan, untuk keperluan memasak di warungnya, tak kurang 10 kilogram cabai ia gunakan. Untuk menghindari kerugian, ia mengaku terpaksa menaikkan harga makananannya dari harga biasanya.
"Terpaksa harga makanan dinaikkan, meskipun hal itu juga akan berakibat menurunnya pembeli," imbuhnya.
Sementara itu, pantauan KORAN SINDO di beberapa pasar di Kota Semarang, harga cabai memang masih tinggi. Untuk cabai rawit misalnya, harga perkilogram masih tembus di angka Rp56.000.
Untuk harga cabai setan atau cabai galak, perkilogramnya menembus angka Rp60 ribu. Harga yang sama juga berlaku pada cabai merah keriting yang juga dibanderol seharga Rp60.000 perkilogramnya.
"Padahal sebelumnya cabai rawit hanya Rp10.000-Rp15.000 perkilo dan cabai galak serta cabai merah hanya Rp15.000-20.000. Naiknya memang sangat signifikan," kata Sulasmi,41, salah satu pedagang di Pasar Jrakah Semarang.
Di Pasar Johar, harga cabai rawit dijual pada kisaran Rp40.000 perkilogram. Sementara cabai setan dijual seharga Rp50.000 dan cabai merah Rp55.000.
"Sejak seminggu yang lalu, harganya terus mengalami kenaikan. Apalagi ditambah adanya kenaikan harga BBM, harga cabai naik drastis," kata Yadi,48, pedagang cabai grosir di Pasar Johar Semarang.
Meski harga melambung tinggi, namun pasokan cabai lanjut Yadi masih aman. Hingga saat ini, pihaknya tidak kesulitan mendapatkan cabai dari petani.
"Selain pasokan aman, penjualan juga sama seperti biasanya. Kenaikan tidak mempengaruhi penjualan secara signifikan," pungkasnya.
Di lain sisi, para pedagang juga tidak bisa mengurangi komposisi cabai dalam takaran masakannya. Hal itu disinyalir dapat mengurangi rasa dan kualitas masakan yang telah menjadi keunggulan mereka.
"Serba dilema, mau dikurangi cabainya nanti makanan jadi tidak enak, tetap bertahan harga cabai tinggi sekali," kata Susanto,52, salah satu pedagang makanan di Ngaliyan Semarang, Sabtu (22/11/2014).
Susanto menuturkan, untuk keperluan memasak di warungnya, tak kurang 10 kilogram cabai ia gunakan. Untuk menghindari kerugian, ia mengaku terpaksa menaikkan harga makananannya dari harga biasanya.
"Terpaksa harga makanan dinaikkan, meskipun hal itu juga akan berakibat menurunnya pembeli," imbuhnya.
Sementara itu, pantauan KORAN SINDO di beberapa pasar di Kota Semarang, harga cabai memang masih tinggi. Untuk cabai rawit misalnya, harga perkilogram masih tembus di angka Rp56.000.
Untuk harga cabai setan atau cabai galak, perkilogramnya menembus angka Rp60 ribu. Harga yang sama juga berlaku pada cabai merah keriting yang juga dibanderol seharga Rp60.000 perkilogramnya.
"Padahal sebelumnya cabai rawit hanya Rp10.000-Rp15.000 perkilo dan cabai galak serta cabai merah hanya Rp15.000-20.000. Naiknya memang sangat signifikan," kata Sulasmi,41, salah satu pedagang di Pasar Jrakah Semarang.
Di Pasar Johar, harga cabai rawit dijual pada kisaran Rp40.000 perkilogram. Sementara cabai setan dijual seharga Rp50.000 dan cabai merah Rp55.000.
"Sejak seminggu yang lalu, harganya terus mengalami kenaikan. Apalagi ditambah adanya kenaikan harga BBM, harga cabai naik drastis," kata Yadi,48, pedagang cabai grosir di Pasar Johar Semarang.
Meski harga melambung tinggi, namun pasokan cabai lanjut Yadi masih aman. Hingga saat ini, pihaknya tidak kesulitan mendapatkan cabai dari petani.
"Selain pasokan aman, penjualan juga sama seperti biasanya. Kenaikan tidak mempengaruhi penjualan secara signifikan," pungkasnya.
(gpr)