UE Akui CPO Sumber Biodiesel Terbaik

Minggu, 30 November 2014 - 11:00 WIB
UE Akui CPO Sumber Biodiesel Terbaik
UE Akui CPO Sumber Biodiesel Terbaik
A A A
BANDUNG - Uni Eropa (UE) mulai mempertimbangkan minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil /CPO) sebagai sumber atau bahan baku biodiesel terbaik untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (green house gas emmisions/GHGE).

Hal itu diungkapkan Khor Yu Leng, peneliti dan analis dari Khor Report, ketika menjadi pembicara pada acara 10st Indonesian Palm Oil Conference and 2015 Price Outlook, di Bandung kemarin. “Makin rumitnya tuntutan tentang sustainability seperti yang gencar dilakukan melalui sertifikasi RSPO (Rountable Sustainable Palm Oil ) dan ISCC menjadi alasan utama UE,” kata Khor Yu Leng.

Sertifikasi ISCC (International Sustainability & Carbon Certification ) adalah sistem sertifikasi untuk kelestarian lingkungan hidup dan pencegahan emisi gas rumah kaca (green house gases emissions). Rumitnya tuntutan sustainability itu dibarengi persoalan-persoalan di industri sawit seperti peningkatan harga produksi yang semakin tinggi untuk program penanaman baru maupun replanting, larangan menanam di lahan gambut, serta tingginya biaya tenaga kerja.

Sebagaimana diketahui, selama ini UE melakukan berbagai hambatan nontarif (nontarif barrier ) terhadap produk minyak sawit dan turunannya. Salah satunya yakni memberlakukan pengenaan tuduhan dumping terhadap produsen biodiesel Indonesia.

Karenanya, UE sejak 23 Mei 2013 lalu mengganjar lima produsen biodiesel Indonesia dengan bea masuk anti dumping sementara (BMADS) yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bea masuk untuk produsen biodiesel dari negara lain. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemendag), BMADS yang dikenakan terhadap lima produsen biodiesel Indonesia itu berkisar antara 0-9,6%.

Di tempat yang sama, Ketua Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan mengatakan, awalnya Eropa merupakan pasar utama biodiesel Indonesia. Sehingga, tak heran apabila ekspor Indonesia ke Eropa pada 2012 mencapai 1,5 juta kiloliter atau sekitar 80% dari total ekspor.

Namun, pada 2013 ekspornya melorot tajam dan mengalihkan pasarnya ke Amerika Serikat (AS). Oleh karena itu, Paulus berharap, serapan biodiesel domestik bisa diperbesar. Dia mengungkapkan, hingga Oktober lalu penggunaan biodiesel domestik mencapai 1,6 juta kiloliter, sementara untuk ekspor telah mencapai 1,4 juta kiloliter.

Sementara, di tempat yang sama, Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belgia, Luksemburg, dan Masyarakat Eropa Arif Havas Oegroseno mengatakan, persepsi Eropa terhadap sawit hingga kini masih negatif. Mereka terus melakukan kampanye negatif karena untuk melindungi kepentingan komoditas andalan Eropa yakni rape seed dan biji bunga matahari. “Jadi, ini persoalan dagang,” kata Arif.

Dia juga mengungkapkan bahwa kondisi saat ini sawit mengalami hambatan dari berbagai sisi baik soal kebijakan oleh negara-negara di Eropa maupun oleh industri di Eropa. “Jadi, tantangannya memang besar, sehingga perlu segera mengambil langkah kampanye dan kegiatan positif, baik oleh pelaku usaha maupun Pemerintah Indonesia,” kata Arif.

Sudarsono
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3300 seconds (0.1#10.140)