Rusia Berniat Bangun PLTN, BP Batam Kroscek ke ESDM
A
A
A
BATAM - Meski Rusia sudah resmi menyatakan siap membangun pembangkit listrik tenaga nuklir di Batam, keputusan terkait dengan tekad itu masih harus menunggu penyesuaian dalam rencana umum ketenagalistrikan nasional (RUKN).
Kasubdit Humas dan Publikasi BP Batam Ilham Eka Hartawan mengatakan pihaknya sudah mengetahui rencana Rusia melalui Rosatom yang siap membangun PLTN di kawasan perdagangan bebas ini.
Pihaknya juga sudah bertemu Direktur Pengembangan Bisnis Rosatom Anna Kudryavtseva di Gedung BP Batam pada September lalu sebelum akhirnya pihak Rusia bertemu Wapres Jusuf Kalla pada November lalu. BP Batam, lanjut Ilham, juga kemudian memastikan rencana Rosatom tersebut kepada Kementerian ESDM.
"Kementerian bilang dalam RUKN itu, nuklir memang masuk dalam pencadangan. Tapi bukan prioritas, jadi kajian Rosatom juga akan dikaji ulang oleh ESDM," ujarnya, Senin (1/12/2014).
Ilham menjelaskan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan akan memaksimalkan pemanfaatan energi terbarukan sebelum menggunakan energi nuklir untuk pembangkit listrik di Indonesia.
Dalam draf rencana umum ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2012-2031 kebijakan energi primer untuk pembangkit listrik dengan tegas disebutkan pemerintah saat ini akan fokus mengembangkan energi terbarukan seperti panas bumi, biomassa dan tenaga air. Hal itu dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil yang cadangannya semakin menipis.
Artinya, pemanfaatan sumber energi baru seperti energi nuklir merupakan opsi terakhir setelah mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumber energi terbarukan dan potensi sumber energi baru lainnya.
Ilham juga menilai kendala pembangunan PLTN jika terealisasi adalah penyesuaian dengan rencana tata ruang FTZ Batam yang belum mengakomodir pembangkit listrik nuklir.
"Tata ruang untuk nuklir belum kami siapkan. Masih menunggu kelanjutan pusat," kata dia.
Sebelumnya, Perusahaan energi Rusia, Rosatom telah bertemu Staf Ahli Kepala BP Batam Asroni Harahap pada 4 September lalu. Pertemuan itu menjadi momen bagi Rusia untuk menyatakan siap berinvestasi di bidang energi melalui PLTN.
Rosatom menawarkan kerjasama pembangunan PLTN berkapasitas 1.200 MW. Proyek tersebut diproyeksi menyedot investasi hingga US$9 miliar.
PLTN dinilai sebagai solusi untuk mencegah krisis listrik di pulau Sumatera bagian utara, sekaligus mendukung pencapaian target bidang energi yang dicanangkan pemerintah Jokowi-JK, yakni? pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 35.000 MW dalam 5 tahun.
"Delegasi menawarkan investasi bidang kelistrikan dengan tenaga nuklir. Batam sebagai kawasan industri yang terus berkembang memang membutuhkan energi terbarukan meski ini membutuhkan pembicaraan panjang," kata Asroni Harahab saat memberikan keterangan pers usai pertemuan di Batam, 4 September lalu.
Rosatom sudah memiliki pengalaman di bidang pembangkit listrik tenaga nuklir dan telah membangun fasilitas serupa pada sejumlah negara seperti di Vietnam, Bangladesh, Turki.
"Melihat pengalaman yang dimiliki, kami akan membawa ini untuk pembicaraan lebih lanjut. Mudah-mudahan November nanti ada pertemuan lanjutan," kata dia.
Ia mengatakan, pertemuan yang dilakukan di Marketing Centre BP Batam tersebut juga melibatkan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Batan, dan PT PLN.
"Kebijakan publiknya harus didudukkan dulu. Kalau implementasikan disetujui tentu akan sangat positif," kata Asroni.
Rosatom, kata dia, tidak hanya akan berinvestasi dan membangun fasilitas tersebut. Namun juga akan memberikan pelatihan terhadap teknologi yang digunakan.
"Masyarakat juga harus diberi pemahaman. Karena selama ini jika mendengar kata nuklir pasti timbul ketakutan dan kehawatiran," ujarnya.
Director of Business Development Rosatom, Anna Kudryavtseva mengatakan pihaknya menawarkan pembangunan dua pembangkit dengan masing-masing berkapasitas 1.200 MW.
Untuk membangun fasilitas tersebut, kata dia, investasi yang akan ditanamkan sebesar US$9 miliar.
Ia juga mengatakan, Batam merupakan wilayah yang aman dari bencana alam terutama gempa bumi sehingga cocok dibangun pembangkit tenaga nuklir. "Kami sudah sangat berpengalaman pada banyak negara," kata dia.
Kasubdit Humas dan Publikasi BP Batam Ilham Eka Hartawan mengatakan pihaknya sudah mengetahui rencana Rusia melalui Rosatom yang siap membangun PLTN di kawasan perdagangan bebas ini.
Pihaknya juga sudah bertemu Direktur Pengembangan Bisnis Rosatom Anna Kudryavtseva di Gedung BP Batam pada September lalu sebelum akhirnya pihak Rusia bertemu Wapres Jusuf Kalla pada November lalu. BP Batam, lanjut Ilham, juga kemudian memastikan rencana Rosatom tersebut kepada Kementerian ESDM.
"Kementerian bilang dalam RUKN itu, nuklir memang masuk dalam pencadangan. Tapi bukan prioritas, jadi kajian Rosatom juga akan dikaji ulang oleh ESDM," ujarnya, Senin (1/12/2014).
Ilham menjelaskan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan akan memaksimalkan pemanfaatan energi terbarukan sebelum menggunakan energi nuklir untuk pembangkit listrik di Indonesia.
Dalam draf rencana umum ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2012-2031 kebijakan energi primer untuk pembangkit listrik dengan tegas disebutkan pemerintah saat ini akan fokus mengembangkan energi terbarukan seperti panas bumi, biomassa dan tenaga air. Hal itu dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil yang cadangannya semakin menipis.
Artinya, pemanfaatan sumber energi baru seperti energi nuklir merupakan opsi terakhir setelah mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumber energi terbarukan dan potensi sumber energi baru lainnya.
Ilham juga menilai kendala pembangunan PLTN jika terealisasi adalah penyesuaian dengan rencana tata ruang FTZ Batam yang belum mengakomodir pembangkit listrik nuklir.
"Tata ruang untuk nuklir belum kami siapkan. Masih menunggu kelanjutan pusat," kata dia.
Sebelumnya, Perusahaan energi Rusia, Rosatom telah bertemu Staf Ahli Kepala BP Batam Asroni Harahap pada 4 September lalu. Pertemuan itu menjadi momen bagi Rusia untuk menyatakan siap berinvestasi di bidang energi melalui PLTN.
Rosatom menawarkan kerjasama pembangunan PLTN berkapasitas 1.200 MW. Proyek tersebut diproyeksi menyedot investasi hingga US$9 miliar.
PLTN dinilai sebagai solusi untuk mencegah krisis listrik di pulau Sumatera bagian utara, sekaligus mendukung pencapaian target bidang energi yang dicanangkan pemerintah Jokowi-JK, yakni? pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 35.000 MW dalam 5 tahun.
"Delegasi menawarkan investasi bidang kelistrikan dengan tenaga nuklir. Batam sebagai kawasan industri yang terus berkembang memang membutuhkan energi terbarukan meski ini membutuhkan pembicaraan panjang," kata Asroni Harahab saat memberikan keterangan pers usai pertemuan di Batam, 4 September lalu.
Rosatom sudah memiliki pengalaman di bidang pembangkit listrik tenaga nuklir dan telah membangun fasilitas serupa pada sejumlah negara seperti di Vietnam, Bangladesh, Turki.
"Melihat pengalaman yang dimiliki, kami akan membawa ini untuk pembicaraan lebih lanjut. Mudah-mudahan November nanti ada pertemuan lanjutan," kata dia.
Ia mengatakan, pertemuan yang dilakukan di Marketing Centre BP Batam tersebut juga melibatkan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Batan, dan PT PLN.
"Kebijakan publiknya harus didudukkan dulu. Kalau implementasikan disetujui tentu akan sangat positif," kata Asroni.
Rosatom, kata dia, tidak hanya akan berinvestasi dan membangun fasilitas tersebut. Namun juga akan memberikan pelatihan terhadap teknologi yang digunakan.
"Masyarakat juga harus diberi pemahaman. Karena selama ini jika mendengar kata nuklir pasti timbul ketakutan dan kehawatiran," ujarnya.
Director of Business Development Rosatom, Anna Kudryavtseva mengatakan pihaknya menawarkan pembangunan dua pembangkit dengan masing-masing berkapasitas 1.200 MW.
Untuk membangun fasilitas tersebut, kata dia, investasi yang akan ditanamkan sebesar US$9 miliar.
Ia juga mengatakan, Batam merupakan wilayah yang aman dari bencana alam terutama gempa bumi sehingga cocok dibangun pembangkit tenaga nuklir. "Kami sudah sangat berpengalaman pada banyak negara," kata dia.
(gpr)