RI Masih Impor Garam Industri 1,6 Juta Ton/Tahun
A
A
A
DEPOK - Meski dikelilingi lautan yang luas, Indonesia sampai sekarang masih mengimpor garam industri hingga 1,6 juta ton per tahun.
Keterbatasan lahan menjadi masalah yang dihadapi para petani garam.
Kepala Pusat Balitbang KKP Aryo Hanggono mengatakan, lahan garam industri di Indonesia hanya mampu berukuran kecil. Jika dibandingkan Australia, Indonesia masih kalah.
"Kenapa Australia bisa karena di negara kita terkendala masalah lahan. Lahan kita kecil-kecil," katanya dalam Seminar Nasional MIPANET FMIPA Universitas Indonesia (UI), Depok, Rabu (3/12/2014).
Aryo mengatakan, beberapa tambak garam industri di Australia luasnya antara 1.000-3.000 hektare. Satu tambak bahkan bisa diproduksi kurang dari 40 orang petani.
"Enggak sampai 40 orang tapi produksinya 1 juta ton per tahun. Lahannya luas membuat proses evaporasi air laut pindah ke kolam makin pekat dan cepat. Australia juga kuat modalnya membayari petani garam upah 8 dolar per jam," paparnya.
Sementara di Indonesia, lahan tambak hanya berukuran kecil, sebagian bahkan masih dikuasai adat. Karena itu setiap tahun Indonesia harus mengimpor 1,6 juta ton garam industri.
"Kita lahan kecil-kecil, lahan rakyat. Di Flores ada tapi sebagian besar dikuasai adat jadi susah. Atau kita mulai kerja di air laut dalam ke depannya. Impor masih 1,6 juta ton garam industri. Kegunaannnya untuk kain jeans ada garamnya, pasta gigi, dan lainnya,"
pungkas Aryo.
Keterbatasan lahan menjadi masalah yang dihadapi para petani garam.
Kepala Pusat Balitbang KKP Aryo Hanggono mengatakan, lahan garam industri di Indonesia hanya mampu berukuran kecil. Jika dibandingkan Australia, Indonesia masih kalah.
"Kenapa Australia bisa karena di negara kita terkendala masalah lahan. Lahan kita kecil-kecil," katanya dalam Seminar Nasional MIPANET FMIPA Universitas Indonesia (UI), Depok, Rabu (3/12/2014).
Aryo mengatakan, beberapa tambak garam industri di Australia luasnya antara 1.000-3.000 hektare. Satu tambak bahkan bisa diproduksi kurang dari 40 orang petani.
"Enggak sampai 40 orang tapi produksinya 1 juta ton per tahun. Lahannya luas membuat proses evaporasi air laut pindah ke kolam makin pekat dan cepat. Australia juga kuat modalnya membayari petani garam upah 8 dolar per jam," paparnya.
Sementara di Indonesia, lahan tambak hanya berukuran kecil, sebagian bahkan masih dikuasai adat. Karena itu setiap tahun Indonesia harus mengimpor 1,6 juta ton garam industri.
"Kita lahan kecil-kecil, lahan rakyat. Di Flores ada tapi sebagian besar dikuasai adat jadi susah. Atau kita mulai kerja di air laut dalam ke depannya. Impor masih 1,6 juta ton garam industri. Kegunaannnya untuk kain jeans ada garamnya, pasta gigi, dan lainnya,"
pungkas Aryo.
(izz)