Reksa Dana Saham Beri Return 25,82%
A
A
A
JAKARTA - Kinerja rata-rata reksa dana saham dari sisi imbal hasil (return) yang diberikan sepanjang 11 bulan di tahun ini di atas kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Berdasarkan data PT Infovesta Utama, IHSG hingga November memberikan return sebesar 20,49%, sedangkan reksa dana saham mencapai 25,82%. Return tersebut tertinggi dibanding reksa dana campuran, yang memberikan return 15,66%, dan reksa dana pendapatan tetap sebesar 7,81%.
Riset analis PT Infovesta Utama Yosua Zisokhi mengatakan, reksa dana saham hingga November masih memberikan return tertinggi dibanding reksa dana lain karena didukung kinerja pasar saham sepanjang tahun ini yang membukukan kenaikan lebih dari 20%.
"Sedangkan pasar obligasi, baik SUN (Surat Utang Negara) maupun korporasi, yang tercermin dalam Infovesta Government Bond Index dan Infovesta Corporate Bond Index hanya mampu memberikan return kurang dari 10%," kata dia kepada Sindonews, Kamis (4/12/2014).
Adapun Infovesta Government Bond Index memberikan return 6,38%, dan Infovesta Corporate Bond Index memberi return 5,84% hingga akhir November 2014.
Sementara itu, kinerja reksa dana 11 bulan ini dibanding periode yang sama tahun lalu jauh lebih baik. Pada periode yang sama tahun lalu, return IHSG maupun reksa dana tercatat minus.
"Dibandingkan tahun lalu, pada periode yang sama, kinerja IHSG dan reksa dana cukup baik dengan memberikan return positif. Sedangkan pada tahun lalu, rata-rata reksa dana dan IHSG berkinerja negatif," tutur dia.
Kinerja IHSG sepanjang 11 bulan tahun lalu minus 1,40%, reksa dana saham minus 3,79%, reksa dana campuran minus 1,60%, dan reksa dana pendapatan mencatat kinerja terburuk dengan minus 5,46%.
Menurut Yosua melonjaknya kinerja IHSG dan reksa dana karena membaiknya pasar keuangan Indonesia pada tahun ini dibanding tahun lalu.
"Pasar keuangan Indonesia pada bulan November mengalami kenaikan didukung sentimen adanya kepastian kenaikan subsidi BBM oleh pemerintah yang membuat anggaran negara menjadi lebih sehat," ujar dia.
Hal itu, dia menambahkan, membuat aliran dana asing kembali masuk pada pasar saham dan obligasi. Sementara faktor pendorong dari luar negeri yang membuat pasar kembali bergairah, yakni stimulus Jepang dan China untuk mendongkrak perekonomian dan rencana pemberian stimulus dari Bank sentral Eropa.
Berdasarkan data PT Infovesta Utama, IHSG hingga November memberikan return sebesar 20,49%, sedangkan reksa dana saham mencapai 25,82%. Return tersebut tertinggi dibanding reksa dana campuran, yang memberikan return 15,66%, dan reksa dana pendapatan tetap sebesar 7,81%.
Riset analis PT Infovesta Utama Yosua Zisokhi mengatakan, reksa dana saham hingga November masih memberikan return tertinggi dibanding reksa dana lain karena didukung kinerja pasar saham sepanjang tahun ini yang membukukan kenaikan lebih dari 20%.
"Sedangkan pasar obligasi, baik SUN (Surat Utang Negara) maupun korporasi, yang tercermin dalam Infovesta Government Bond Index dan Infovesta Corporate Bond Index hanya mampu memberikan return kurang dari 10%," kata dia kepada Sindonews, Kamis (4/12/2014).
Adapun Infovesta Government Bond Index memberikan return 6,38%, dan Infovesta Corporate Bond Index memberi return 5,84% hingga akhir November 2014.
Sementara itu, kinerja reksa dana 11 bulan ini dibanding periode yang sama tahun lalu jauh lebih baik. Pada periode yang sama tahun lalu, return IHSG maupun reksa dana tercatat minus.
"Dibandingkan tahun lalu, pada periode yang sama, kinerja IHSG dan reksa dana cukup baik dengan memberikan return positif. Sedangkan pada tahun lalu, rata-rata reksa dana dan IHSG berkinerja negatif," tutur dia.
Kinerja IHSG sepanjang 11 bulan tahun lalu minus 1,40%, reksa dana saham minus 3,79%, reksa dana campuran minus 1,60%, dan reksa dana pendapatan mencatat kinerja terburuk dengan minus 5,46%.
Menurut Yosua melonjaknya kinerja IHSG dan reksa dana karena membaiknya pasar keuangan Indonesia pada tahun ini dibanding tahun lalu.
"Pasar keuangan Indonesia pada bulan November mengalami kenaikan didukung sentimen adanya kepastian kenaikan subsidi BBM oleh pemerintah yang membuat anggaran negara menjadi lebih sehat," ujar dia.
Hal itu, dia menambahkan, membuat aliran dana asing kembali masuk pada pasar saham dan obligasi. Sementara faktor pendorong dari luar negeri yang membuat pasar kembali bergairah, yakni stimulus Jepang dan China untuk mendongkrak perekonomian dan rencana pemberian stimulus dari Bank sentral Eropa.
(rna)