China Kuasai Impor Sumsel
A
A
A
PALEMBANG - China hingga akhir Oktober 2014 masih menguasai nilai impor Sumatera Selatan (Sumsel) sebesar USD21,68 juta atau sekitar Rp267,33 miliar (kurs Rp12.331/USD).
Namun, jika dibandingkan dengan September justru nilai impor Oktober mengalami penurunan sekitar USD5,28 juta atau sekitar 15,26%.
"Dari total impor Oktober di Sumsel sebesar USD92,37juta, impor bahan baku atau penolong memberikan peranan 52,90% atau USD48,87juta, diikuti barang modal 45,89% atau USD42,39 juta dan barang konsumsi 1,21% atau USD1,12juta," kata Kepala BPS Sumsel Bachdi Ruswana, Selasa (9/12/2014).
Namun, lanjut dia, jika dibanding September, impor bahan konsumsi dan bahan baku penolong pada Oktober mengalami peningkatan masing-masing 4,65% dan 18,35%. Sedangkan barang modal mengalami penurunan sekitar 36,40%.
Secara akumulatif, nilai impor Januari sampai Oktober 2014 dibandingkan Januari-Oktober 2013 nilai impor untuk barang konsumsi, bahan baku penolong, dan barang modal mengalami peningkatan masing-masing 35,68%, 17,10% dan 16,86%.
Setelah negara Tiongkok, Korea Selatan menjadi negara kedua pengimpor terbesar di Sumsel dengan nilai impor pada Oktober mencapai USD14,44 juta, disusul Jepang dengan nilai impor USD12,52 juta dan Malaysia sebesar USD10,53 juta.
"Tapi jika secara akumulatif dari Januari-Oktober, impor masih dipegang Tiongkok. Disusul Malaysia, Italia, Korea Selatan, Rusia, Singapura dan lainnya," kata dia.
Bachdi menuturkan, selama Oktober nilai impor nonmigas Sumsel mencapai USD87,67 juta atau turun dibanding September sebesar USD16,44 juta atau sekitar 15,79%.
Penurunan impor nonmigas lebih disebabkan turunnya kelompok barang impor utama antara lain mesin-mesin atau pesawat mekanik, pupuk, dan benda-benda dari batu, gips dan semen.
"Untuk mesin-mesin atau pesawat mekanik turun USD12,33 juta, pupuk turun USD3,70, benda-benda dari batu, gips dan semen turun USD2,96 juta dari September. Tapi secara keseluruhan sepuluh golongan utama impor nonmigas Sumsel alami penurunan sebesar USD16,81 juta dari September," tuturnya.
Sementara, Kabid Distribusi BPS Sumsel Sutono menambahkan selama Oktober nilai impor Sumsel mencapai USD92,37 juta terdiri dari impor migas dan nonmigas. Namun jika dibandingkan dengan September justru nilai impor Sumsel menurun sekitar 15,79%.
"Untuk impor migas pada Oktober terdiri dari minyak mentah, hasil minyak dan gas sebesar USD4,70 juta atau turun dari September sebesar USD4,89 juta. Untuk impor nonmigas turun dari USD104 juta menjadi USD87,67 juta. Secara akumulatif dari Januari-Oktober 2014 mengalami peningkatan dibanding Januari-Oktober 2013 lalu," pungkas dia.
Namun, jika dibandingkan dengan September justru nilai impor Oktober mengalami penurunan sekitar USD5,28 juta atau sekitar 15,26%.
"Dari total impor Oktober di Sumsel sebesar USD92,37juta, impor bahan baku atau penolong memberikan peranan 52,90% atau USD48,87juta, diikuti barang modal 45,89% atau USD42,39 juta dan barang konsumsi 1,21% atau USD1,12juta," kata Kepala BPS Sumsel Bachdi Ruswana, Selasa (9/12/2014).
Namun, lanjut dia, jika dibanding September, impor bahan konsumsi dan bahan baku penolong pada Oktober mengalami peningkatan masing-masing 4,65% dan 18,35%. Sedangkan barang modal mengalami penurunan sekitar 36,40%.
Secara akumulatif, nilai impor Januari sampai Oktober 2014 dibandingkan Januari-Oktober 2013 nilai impor untuk barang konsumsi, bahan baku penolong, dan barang modal mengalami peningkatan masing-masing 35,68%, 17,10% dan 16,86%.
Setelah negara Tiongkok, Korea Selatan menjadi negara kedua pengimpor terbesar di Sumsel dengan nilai impor pada Oktober mencapai USD14,44 juta, disusul Jepang dengan nilai impor USD12,52 juta dan Malaysia sebesar USD10,53 juta.
"Tapi jika secara akumulatif dari Januari-Oktober, impor masih dipegang Tiongkok. Disusul Malaysia, Italia, Korea Selatan, Rusia, Singapura dan lainnya," kata dia.
Bachdi menuturkan, selama Oktober nilai impor nonmigas Sumsel mencapai USD87,67 juta atau turun dibanding September sebesar USD16,44 juta atau sekitar 15,79%.
Penurunan impor nonmigas lebih disebabkan turunnya kelompok barang impor utama antara lain mesin-mesin atau pesawat mekanik, pupuk, dan benda-benda dari batu, gips dan semen.
"Untuk mesin-mesin atau pesawat mekanik turun USD12,33 juta, pupuk turun USD3,70, benda-benda dari batu, gips dan semen turun USD2,96 juta dari September. Tapi secara keseluruhan sepuluh golongan utama impor nonmigas Sumsel alami penurunan sebesar USD16,81 juta dari September," tuturnya.
Sementara, Kabid Distribusi BPS Sumsel Sutono menambahkan selama Oktober nilai impor Sumsel mencapai USD92,37 juta terdiri dari impor migas dan nonmigas. Namun jika dibandingkan dengan September justru nilai impor Sumsel menurun sekitar 15,79%.
"Untuk impor migas pada Oktober terdiri dari minyak mentah, hasil minyak dan gas sebesar USD4,70 juta atau turun dari September sebesar USD4,89 juta. Untuk impor nonmigas turun dari USD104 juta menjadi USD87,67 juta. Secara akumulatif dari Januari-Oktober 2014 mengalami peningkatan dibanding Januari-Oktober 2013 lalu," pungkas dia.
(izz)