Rusia Tawari Bangun PLTN, Ini Jawaban Sofyan
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Sofyan Djalil mengungkapkan, Kedubes Rusia menawarkan investasi pembangunan listrik tenaga nuklir (PLTN).
Rusia menawarkan hal ini lantaran negara tersebut memiliki kapasitas tenaga nuklir yang mumpuni.
Namun, Sofyan mengaku bahwa Indonesia belum siap dengan listrik tenaga nuklir, meski sudah ditawari Rusia.
"Mereka bicara kapasitas listrik nuklir. Saya bilang itu masih jauh. Kita (Indonesia) belum pikirkan itu. Mereka mengatakan punya kemampuan teknologi yang bagus dan mumpuni dalam bidang PLTN," ujarnya di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (22/12/2014).
Sofyan menjelaskan, Rusia mengaku sudah bekerja sama dengan banyak negara soal PLTN.
Namun, Indonesia dalam pembangunan listrik 35 ribu mega watt, tidak memasukkan itu sebagai bagian dalam program karena itu masih jauh.
Menko Sofyan sendiri menjelaskan, pemerintah punya pertimbangan mengapa belum ingin mengembangkan tenaga nuklir.
"Ini lebih kepada domain di Batan (Badan Tenaga Nuklir). Tetapi, saat ini belum menjadi prioritas, karena program 35 ribu kita menganggap batu bara, gas, kemudian geothermal, hydro dan mini hydro. Itu paling tepat dan tidak kontroversial. Untuk nuklir, saya rasa harus melakukan studi lebih lanjut," pungkasnya.
Rusia menawarkan hal ini lantaran negara tersebut memiliki kapasitas tenaga nuklir yang mumpuni.
Namun, Sofyan mengaku bahwa Indonesia belum siap dengan listrik tenaga nuklir, meski sudah ditawari Rusia.
"Mereka bicara kapasitas listrik nuklir. Saya bilang itu masih jauh. Kita (Indonesia) belum pikirkan itu. Mereka mengatakan punya kemampuan teknologi yang bagus dan mumpuni dalam bidang PLTN," ujarnya di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (22/12/2014).
Sofyan menjelaskan, Rusia mengaku sudah bekerja sama dengan banyak negara soal PLTN.
Namun, Indonesia dalam pembangunan listrik 35 ribu mega watt, tidak memasukkan itu sebagai bagian dalam program karena itu masih jauh.
Menko Sofyan sendiri menjelaskan, pemerintah punya pertimbangan mengapa belum ingin mengembangkan tenaga nuklir.
"Ini lebih kepada domain di Batan (Badan Tenaga Nuklir). Tetapi, saat ini belum menjadi prioritas, karena program 35 ribu kita menganggap batu bara, gas, kemudian geothermal, hydro dan mini hydro. Itu paling tepat dan tidak kontroversial. Untuk nuklir, saya rasa harus melakukan studi lebih lanjut," pungkasnya.
(izz)