Properti Hotel Paling Agresif
A
A
A
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diprediksi mencapai 6% pada tahun depan rupanya membuat investor kian optimistis mengembangkan produk properti berupa hotel.
Hal ini semakin dikuatkan dengan geliat pariwisata dan pertumbuhan bisnis meeting, incentives, conferences, dan exhibition (MICE) di Indonesia yang semakin moncer.
Pembangunan hotel sepertinya menjadi proyek primadona pada tahun depan dibandingkan proyek lainnya seperti residensial, industrial, perkantoran dan ritel. Pada 2015, nilai konstruksi hotel dan kondotel diprediksi melonjak 57,32% menjadi Rp38,5 triliun jika dibandingkan setahun sebelumnya. Melihat kenyataan ini, proyek hotel berbagai segmen mulai dari bujet hingga premium bintang lima lantas digenjot pada tahun depan di beberapa wilayah di Indonesia.
Jaringan operator hotel Accor Group misalnya, sepanjang 2015 sedikitnya akan membuka enam hotel baru yang tersebar di beberapa kota. Keenam hotel tersebut terdiri atas berbagai segmen dan merek. “Tahun 2015 dan selanjutnya, pembangunan hotel-hotel Accor tersebar di seluruh Indonesia, termasuk juga di kota-kota lini kedua (secondary cities ),” jelas Vice President Sales Marketing Distribution Accor Malaysia-Indonesia- Singapore, Adi Satria.
Dia melanjutkan, beberapa hotel yang akan dibuka pada semester pertama 2015 di antaranya Novotel Bali Ngurah Rai Airport (212 kamar), Novotel Makassar Grand Shayla (250 kamar), Ibis Styles Surabaya Jemursari (132 kamar), dan Ibis Styles Jakarta Sunter (141 kamar). “Selain itu, Ibis Makassar Losari (207 kamar) dan Ibis Budget Jakarta Airport (138 kamar),” katanya.
Accor Group melihat permintaan hotel pada 2015 masih terus meningkat. Hal itu, terang Adi, didukung oleh optimisme para investor di Indonesia dengan rencana penyederhanaan kebijakan investasi yang akan diaplikasikan oleh pemerintah Indonesia. Faktor lain yang mendorong bertumbuhnya permintaan hotel, sebut dia, peningkatan para turis asal Australia, Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, dan Rusia.
Wisatawan asal Rusia diperkirakan meningkat karena ada pembebasan visa masuk ke Indonesia. Sampai saat ini, tutur Adi, market midscle dan ekonomi masih mendominasi pasar industri perhotelan di Indonesia. “Kecuali di Bali di mana segmen luxury dan upscale akan terus mendapatkan perhatian khusus bagi para pelancong dan penduduk ekspatriat dan segmen kelas atas di Bali,” paparnya.
Sementara itu, kata Adi, pada 2014, Accor Group merencanakan pembukaan sekitar 13 hotel, namun pada pelaksanaannya beberapa hotel bisa lebih cepat dibuka dari jadwal. Hingga akhir 2014, akan terdapat 88 hotel Accor yang beroperasi di Indonesia. “Di mana terdapat 20 hotel yang baru operasi di tahun 2014 ini, termasuk di antaranya tujuh hotel yang masih dalam tahap soft opening ,” imbuhnya.
Senada dengan itu, PT Perdana Gapuraprima Tbk (GPRA) mengalokasikan dana sebesar Rp2,4 triliun untuk membangun 20 hotel selama beberapa tahun ke depan. Direktur PT Perdana Gapuraprima Tbk Arief Aryanto mengatakan, sebanyak 20 hotel tersebut akan memiliki 2.000 unit total kamar. Hal ini merupakan diversifikasi usaha dari lini bisnis pembangunan apartemen menjadi pembangunan hotel.
“Untuk membesarkan segmen operasi hotel diperkirakan membutuhkan dana investasi pembangunan 20 hotel sebesar Rp2,4 triliun dalam beberapa tahun ke depan,” tuturnya. Diversifikasi usaha tersebut, kata Arief, sebagai upaya perseroan untuk meningkatkan pendapatan berulang (recurring income). Sebagai informasi, kontribusi dari usaha perhotelan saat ini baru sebesar 10-15%. Hal ini sekaligus mendorong peningkatan kontribusi dari lini bisnis hospitality hingga mencapai 20- 30% terhadap total pendapatan.
Menurut dia, dalam jangka lima tahun ke depan, perseroan akan mengembangkan bisnis perhotelan dan leisure industry yang nantinya akan menjadi backbone dari incurring income perusahaan, “Saat ini, recurring income berkisar Rp37 miliar atau 15% dari pendapatan perusahaan,” pungkasnya. Operator Hotel Swiss-Belhotel juga terus menambah jaringan di Indonesia. Pada 2015, operator ini berencana menambah 32 hotel yang tersebar di berbagai kota di Indonesia.
Salah satu pemicu penambahan hotel tersebut adalah masih tingginya kebutuhan penginapan di sejumlah kawasan wisata di Tanah Air. “Di beberapa daerah, bisnis pariwisata dan investasi baru mulai mendapat perhatian dan mulai berkembang sehingga masih memiliki keterbatasan pada ketersediaan fasilitas dan pelayanan akomodasi yang memadai,” ujar Regional Public Relations Executive Swiss-Belhotel International Indonesia, Annisa Nurulita.
Dia menambahkan, ketika Swiss- Belhotel hadir di suatu daerah, pihaknya ingin memberi kontribusi bagi perekonomian dan pariwisata wilayah setempat. Hotel yang dibangun, lanjut dia, juga menempatkan unsur-unsur kebudayaan lokal dengan menampilkan ciri khas setempat. “Kami turut berpartisipasi dalam memajukan perekonomian masyarakat di sekitar dengan membuka kesempatan kerja,” kata Annisa.
Selain itu, ujar Annisa, pihaknya juga ikut melestarikan lingkungan serta menjaga bisnis yang berkesinambungan dan menguntungkan bagi para mitra dan investor. Terkait 32 hotel yang akan dibuka pada 2015, kata dia, terdiri atas 26 hotel bintang tiga dan empat, serta enam hotel bujet dengan merek Zest. Hotelhotel tersebut tersebar di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Kalimantan, dan Bali.
Beberapa hotel tersebut antara lain, hotel bintang empat Swiss-Belhotel Airport, Jakarta yang berkapasitas 152 kamar dan dibuka di awal 2015. Lalu, hotel bintang empat Hotel Ciputra Cibubur (107 kamar) yang juga akan dibuka awal 2015. Untuk bintang tiga ada Swiss- Belinn Simatupang (154 kamar) yang akan dibuka Mei 2015 dan Swiss-Belinn Bandung (122 kamar) akhir 2015.
Sedangkan untuk bintang dua, Zest Hotel Jemur Sari, Surabaya (130 kamar) dibuka awal 2015 dan Zest Hotel Harbour Bay, Batam (181 kamar) dibuka pertengahan 2015.
“Jumlah kamar yang dibangun pada 2015 mencapai sebanyak 5.526 unit. Bila ditambah dengan 42 hotel yang beroperasi hingga akhir 2014, kelak jumlah kamar kami pada 2015 menjadi sebanyak 11.967 kamar,” ujar Annisa.
Rendra hanggara
Hal ini semakin dikuatkan dengan geliat pariwisata dan pertumbuhan bisnis meeting, incentives, conferences, dan exhibition (MICE) di Indonesia yang semakin moncer.
Pembangunan hotel sepertinya menjadi proyek primadona pada tahun depan dibandingkan proyek lainnya seperti residensial, industrial, perkantoran dan ritel. Pada 2015, nilai konstruksi hotel dan kondotel diprediksi melonjak 57,32% menjadi Rp38,5 triliun jika dibandingkan setahun sebelumnya. Melihat kenyataan ini, proyek hotel berbagai segmen mulai dari bujet hingga premium bintang lima lantas digenjot pada tahun depan di beberapa wilayah di Indonesia.
Jaringan operator hotel Accor Group misalnya, sepanjang 2015 sedikitnya akan membuka enam hotel baru yang tersebar di beberapa kota. Keenam hotel tersebut terdiri atas berbagai segmen dan merek. “Tahun 2015 dan selanjutnya, pembangunan hotel-hotel Accor tersebar di seluruh Indonesia, termasuk juga di kota-kota lini kedua (secondary cities ),” jelas Vice President Sales Marketing Distribution Accor Malaysia-Indonesia- Singapore, Adi Satria.
Dia melanjutkan, beberapa hotel yang akan dibuka pada semester pertama 2015 di antaranya Novotel Bali Ngurah Rai Airport (212 kamar), Novotel Makassar Grand Shayla (250 kamar), Ibis Styles Surabaya Jemursari (132 kamar), dan Ibis Styles Jakarta Sunter (141 kamar). “Selain itu, Ibis Makassar Losari (207 kamar) dan Ibis Budget Jakarta Airport (138 kamar),” katanya.
Accor Group melihat permintaan hotel pada 2015 masih terus meningkat. Hal itu, terang Adi, didukung oleh optimisme para investor di Indonesia dengan rencana penyederhanaan kebijakan investasi yang akan diaplikasikan oleh pemerintah Indonesia. Faktor lain yang mendorong bertumbuhnya permintaan hotel, sebut dia, peningkatan para turis asal Australia, Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, dan Rusia.
Wisatawan asal Rusia diperkirakan meningkat karena ada pembebasan visa masuk ke Indonesia. Sampai saat ini, tutur Adi, market midscle dan ekonomi masih mendominasi pasar industri perhotelan di Indonesia. “Kecuali di Bali di mana segmen luxury dan upscale akan terus mendapatkan perhatian khusus bagi para pelancong dan penduduk ekspatriat dan segmen kelas atas di Bali,” paparnya.
Sementara itu, kata Adi, pada 2014, Accor Group merencanakan pembukaan sekitar 13 hotel, namun pada pelaksanaannya beberapa hotel bisa lebih cepat dibuka dari jadwal. Hingga akhir 2014, akan terdapat 88 hotel Accor yang beroperasi di Indonesia. “Di mana terdapat 20 hotel yang baru operasi di tahun 2014 ini, termasuk di antaranya tujuh hotel yang masih dalam tahap soft opening ,” imbuhnya.
Senada dengan itu, PT Perdana Gapuraprima Tbk (GPRA) mengalokasikan dana sebesar Rp2,4 triliun untuk membangun 20 hotel selama beberapa tahun ke depan. Direktur PT Perdana Gapuraprima Tbk Arief Aryanto mengatakan, sebanyak 20 hotel tersebut akan memiliki 2.000 unit total kamar. Hal ini merupakan diversifikasi usaha dari lini bisnis pembangunan apartemen menjadi pembangunan hotel.
“Untuk membesarkan segmen operasi hotel diperkirakan membutuhkan dana investasi pembangunan 20 hotel sebesar Rp2,4 triliun dalam beberapa tahun ke depan,” tuturnya. Diversifikasi usaha tersebut, kata Arief, sebagai upaya perseroan untuk meningkatkan pendapatan berulang (recurring income). Sebagai informasi, kontribusi dari usaha perhotelan saat ini baru sebesar 10-15%. Hal ini sekaligus mendorong peningkatan kontribusi dari lini bisnis hospitality hingga mencapai 20- 30% terhadap total pendapatan.
Menurut dia, dalam jangka lima tahun ke depan, perseroan akan mengembangkan bisnis perhotelan dan leisure industry yang nantinya akan menjadi backbone dari incurring income perusahaan, “Saat ini, recurring income berkisar Rp37 miliar atau 15% dari pendapatan perusahaan,” pungkasnya. Operator Hotel Swiss-Belhotel juga terus menambah jaringan di Indonesia. Pada 2015, operator ini berencana menambah 32 hotel yang tersebar di berbagai kota di Indonesia.
Salah satu pemicu penambahan hotel tersebut adalah masih tingginya kebutuhan penginapan di sejumlah kawasan wisata di Tanah Air. “Di beberapa daerah, bisnis pariwisata dan investasi baru mulai mendapat perhatian dan mulai berkembang sehingga masih memiliki keterbatasan pada ketersediaan fasilitas dan pelayanan akomodasi yang memadai,” ujar Regional Public Relations Executive Swiss-Belhotel International Indonesia, Annisa Nurulita.
Dia menambahkan, ketika Swiss- Belhotel hadir di suatu daerah, pihaknya ingin memberi kontribusi bagi perekonomian dan pariwisata wilayah setempat. Hotel yang dibangun, lanjut dia, juga menempatkan unsur-unsur kebudayaan lokal dengan menampilkan ciri khas setempat. “Kami turut berpartisipasi dalam memajukan perekonomian masyarakat di sekitar dengan membuka kesempatan kerja,” kata Annisa.
Selain itu, ujar Annisa, pihaknya juga ikut melestarikan lingkungan serta menjaga bisnis yang berkesinambungan dan menguntungkan bagi para mitra dan investor. Terkait 32 hotel yang akan dibuka pada 2015, kata dia, terdiri atas 26 hotel bintang tiga dan empat, serta enam hotel bujet dengan merek Zest. Hotelhotel tersebut tersebar di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Kalimantan, dan Bali.
Beberapa hotel tersebut antara lain, hotel bintang empat Swiss-Belhotel Airport, Jakarta yang berkapasitas 152 kamar dan dibuka di awal 2015. Lalu, hotel bintang empat Hotel Ciputra Cibubur (107 kamar) yang juga akan dibuka awal 2015. Untuk bintang tiga ada Swiss- Belinn Simatupang (154 kamar) yang akan dibuka Mei 2015 dan Swiss-Belinn Bandung (122 kamar) akhir 2015.
Sedangkan untuk bintang dua, Zest Hotel Jemur Sari, Surabaya (130 kamar) dibuka awal 2015 dan Zest Hotel Harbour Bay, Batam (181 kamar) dibuka pertengahan 2015.
“Jumlah kamar yang dibangun pada 2015 mencapai sebanyak 5.526 unit. Bila ditambah dengan 42 hotel yang beroperasi hingga akhir 2014, kelak jumlah kamar kami pada 2015 menjadi sebanyak 11.967 kamar,” ujar Annisa.
Rendra hanggara
(ars)