Menebak Kekuatan IHSG Menuju Level 6.000

Jum'at, 02 Januari 2015 - 06:15 WIB
Menebak Kekuatan IHSG Menuju Level 6.000
Menebak Kekuatan IHSG Menuju Level 6.000
A A A
INDEKS Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 2015 masih memiliki kekuatan melaju ke level 6.000. Bahkan, berpotensi menempati posisi tertinggi di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) setelah berhasil ditutup menjadi terbaik kedua di ASEAN setelah bursa Filipina pada tahun lalu.

Sementara di kawasan regional, IHSG tahun lalu menjadi terbaik keempat setelah Shanghai yang naik 49,72%, India menguat 28,52%, dan Filipina terkerek 22,76%. IHSG di penghujung 2014 ditutup pada rekor terbaik sepanjang sejarah di 5.226,95, melesat 22,29% dibanding posisi penutupan akhir tahun 2013 di level 4.274,17.

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) ketika menghadiri penutupan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (30/12/2014), menyatakan bahwa capaian tersebut merupakan bukti investor masih meyakini ekonomi Indonesia lebih baik, meski sempat mengalami gejolak akibat kondisi politik di dalam negeri maupun imbas ekonomi dunia.

Pada tahun ini, JK optimistis ekonomi Indonesia masih bertumbuh dibanding tahun lalu, sehingga akan berkorelasi positif pada pasar modal domestik. Di sisi lain, pemerintah berkomitmen mendukung pertumbuhan pasar modal dengan sejumlah kebijakan anggaran maupun publik.

Sering optimisme JK, otoritas pasar modal juga meyakini IHSG pada tahun depan bisa menyentuh level psikologis baru. Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad ketika di Istana Negara meyakinkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa industri keuangan nasional tahun 2015 akan membaik.

Hal ini terlihat dari beberapa fundamental industri keuangan yang makin positif, seperti perbankan hingga pasar modal.

"Mulai perbankan, aspek likuiditas mencukupi. Kita optimistis IHSG bisa tumbuh 20%, bisa tertinggi di ASEAN," kata Muliaman di Istana Negara menjelang tutup tahun 2014.

Muliaman menjelaskan, sektor perbankan sendiri sudah tercermin dari rencana bisnis Banker 2015, yang membuat pertumbuhan kredit mencapai 16% pada tahun depan.

Demi merealisasikan optimisme tersebut, pihaknya akan mencari cara bersama kementerian terkait untuk mengembangkan modal alternatif, terutama yang dilakukan nonbank atau yang digunakan pasar modal guna membiayai infrastruktur.

"Pendalaman pasar uang jadi agenda penting tahun 2015. Semoga kita bisa carikan alternatif pembiayaan pembangunan," tukasnya.

Sementara Bursa Efek Indonesia (BEI) optimistis IHSG akan mencetak prestasi tertinggi pada tahun ini di ASEAN. Target tersebut seiring dengan mulai kondusifnya situasi politik di dalam negeri dan pertumbuhan ekonomi.

"Kondisi eksternal tak perlu dikhawatirkan. Momentum pertumbuhan ekonomi dan kinerja emiten diharapkan bisa tumbuh baik, tapi tetap harus waspada pada kemampuan pemerintah menjaga defisit APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) maupun defisit transaksi berjalan," tutur Direktur Utama BEI Ito Warsito.

BEI memperkirakan bahwa investor asing akan semakin agresif masuk ke pasar modal Indonesia seiring semakin kuatnya fundamental ekonomi domestik, yang ditandai dengan arus dana asing yang masuk (capital inflow) ke bursa.

Dia menjelaskan, derasnya aliran arus modal masuk ke pasar modal Indonesia sekaligus menandakan adanya penguatan fundamental ekonomi domestik. Ito meyakini, meski pada 2015 ada tantangan dari membaiknya ekonomi Amerika Serikat (AS), tetapi arus modal yang masuk ke dalam negeri masih akan terus berlanjut.

Hal ini sejalan adanya respons positif dari pasar terhadap implementasi sejumlah kebijakan fiskal dan moneter yang mengarah pada penguatan fundamental ekonomi secara holistik.

Tidak kalah dengan otoritas pasar modal, analis MNC Securities Reza Nugraha juga memproyeksi IHSG bisa tembus level 6.000 pada 2015. Dia memperkirakan, IHSG berpeluang tumbuh sekitar 13-15% dari proyeksinya akhir tahun lalu di level 5.250. Proyeksinya pun tak jauh berbeda dengan penutupan akhir 2014.

"Tahun 2015 optimistis akan tumbuh 13-15% dari level 5.250 tersebut," kata dia kepada Sindonews.

Sementara analis PT Pefindo Guntur Tri Hariyanto mengungkapkan bahwa level IHSG akan berada pada resistensi 6.000, dengan kapitalisasi pasar Rp6.000 triliun.

"Alasannya risiko politik tidak ada lagi, berbeda dengan 2014 ada Pilpres, Pilkada dan pemilihan ketua DPR," ujarnya.

Guntur menilai, pasar modal Indonesia sebenarnya masih disukai investor global. Adapun beberapa sektor pilihan yang dirasa memiliki potensi membaik, seperti sektor infrastruktur, konstruksi, konsumer, perbankan, dan retail.

Kepala Riset Mandiri Sekuritas (Mansek) John Rachmat lebih optimistis. Dia memperkirakan IHSG akan tumbuh 25% dari posisi akhir 2014.

"IHSG akhir tahun 2015, saya perkirakan naik 24-25%," proyeksi dia pada pertengahan Desember 2014.

Dia mengatakan, ada beberapa sentimen dari dalam negeri yang mendorong kenaikan IHSG. Pertama, subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang dipangkas, dan kondisi politik yang stabil. Selain itu, keyakinan tim ekonomi terhadap DPR yang akan menyetujui APBNP 2015.

Kendati akan menyentuh level psikologis baru, namun IHSG masih akan mengalami koreksi pada Januari dan Juli 2015.

"Pada bulan Januari akan ada koreksi karena Perpu Pilkada langsung akan batal. Pada proposal revisi APBN juga akan alot, sehingga investor tak terlalu happy. Pada Juli karena kekhawatiran isu Fed rate akan naik," pungkasnya.

Sedikit skeptis, Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan bahwa belum disetujuinya APBNP akan menghadang laju IHSG. Apalagi IMF dan Bank Indonesia hanya memproses pertumbuhan ekonomi Indonesia sebatas 5,1% pada 2015.

Menurut dia, jika ada yang memproyeksi IHSG ke level 6.000, kemungkinan besar hanya secara teknikal, tanpa membandingkan dengan pertumbuhan ekonomi, termasuk current account deficit atau neraca transaksi berjalan.

Sementara analis Teknikal PT Trimegah Securities Gina Nasution mengatakan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pasar saham pada tahun ini, di antaranya kenaikan Fed rate menjadi 1,125% dari 0,25% dan melemahnya harga minyak dunia yang masih akan berlanjut.

"Untuk setiap penurunan USD1 per barel, akan ada saving budget pemerintah sebesar Rp1,8 triliun dengan asumsi APBN harga minyak USD105 per barel," ujarnya pertengahan akhir bulan lalu.

Proyeksi laju IHSG tahun ini, menurut dia, juga akan didukung kondisi politik dan makroekonomi. Inflasi yang diperkirakan di level 5%, rupiah diperkirakan menguat ke Rp12.150 dengan risiko jangka panjang Rp13.000 seiring penguatan USD terhadap seluruh mata uang dunia. Sementara BI rate diperkirakan naik 25 basis poin ke 8% seiring kenaikan suku bunga The Fed.

Sektor yang berpotensi positif pada tahun 2015 masih didominasi sektor konstruksi dan infrastruktur sejalan dengan komitmen Presiden Jokowi untuk menggenjot sektor tersebut.

Adapun, sejumlah saham top pick pada tahun depan, di antaranya PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM), PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP).

Selain itu, PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), dan PT Soechi Lines Tbk (SOCI).

"Kinerja mereka telah terbukti out perform IHSG sebesar 14% sejak diluncurkan pada Desember 2013 lalu," jelasnya.

Seiring pertumbuhan IHSG tahun ini, BEI memasang target jumlah emiten baru sebanyak 32. Sementara pada tahun lalu, jumlah emiten baru hanya 24. Jumlah itu direvisi dari target sebelumnya sebanyak 30 dan kemudian menjadi 25 emiten baru.

Tidak tercapainya target karena tak kondusifnya kondisi politik di Tanah Air, melambatnya ekonomi domestik dan global. Begitu juga dengan IHSG pada 2014 yang banyak dipengaruhi oleh sentimen tersebut.

IHSG menjelang pemilu presiden dan wakil presiden menguat dan menembus level psikologis baru di 5.024,71. Posisi IHSG kembali menguat pasca pemilu ke level 5.098,01, namun sehari setelahnya terkoreksi ke 5.032,60.

IHSG kembali menguat pasca kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar Rp2.000 per liter pada 17 November 2014, yang diikuti naiknya suku bunga BI (BI rate) sebesar 25 bps menjadi 7,75%. IHSG pada 18 November 2014 dibuka positif dan ditutup menguat 48,53 poin atau 0,96% menjadi 5.102,47.

Kepala Riset PT Woori Korindo Securities Reza Priyambada mengatakan, para pelaku pasar terutama investor asing merespon positif diumumkannya kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi, meskipun mendapat penolakan dari sebagian masyarakat.

"Meski laju bursa saham Asia bergerak variatif cenderung melemah, namun IHSG mampu bergerak positif seiring maraknya aksi beli," katanya.

Adapun posisi tertinggi IHSG sepanjang 2014 berada di level 5.246,48, yang terjadi pada 8 September 2014. Sedangkan posisi terendah di level 4.175,81 pada 8 Januari 2014.

Melonjaknya IHSG hari itu didukung positifnya bursa Asia setelah China merilis surplus neraca perdagangan di tengah spekulasi masuknya dana asing dari Eropa pasca Bank Sentral Eropa (ECB) memangkas suku bunga.

Sementara sentimen positif dari dalam negeri adalah naiknya cadangan devisa, diikuti terapresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD), dan adanya nett buy asing.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 7.7700 seconds (0.1#10.140)