BI Yakin Inflasi 2015 Akan Terkendali
A
A
A
JAKARTA - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo yakin, kebijakan pemerintah untuk menarik subsidi BBM jenis premium dan menetapkan harga fix subsidy Rp1.000 untuk solar akan membuat inflasi trerkendali.
"Ini akan mendukung pengendalian inflasi. Inflasi di Indonesia cukup tinggi saat penyesuaian harga BBM 2005, 2008, dan 2013. Dengan harga BBM premium yang sesuai pasar dan fix subsidy Rp1.000 untuk solar, maka inflasi akan semakin terkendali ke depan," katanya di Gedung BI, Jakarta, Kamis (31/12/2014).
Menurutnya, dampak kebijakan ini akan terlihat pada Januari 2015. Pihaknya akan menghitung berapa dampak penurunan premiun dari Rp8.500 ke Rp7.600.
"Kemudian, dampaknya pada harga angkutan dan komponen-komponen barang juga akan kita kalkulasikan. Yang jelas kebijakan ini akan memudahkan pengendalian inflasi ke depan," jelas Perry.
Kendati demikian, ekonom Samuel Aset Management Lana Sulityaningsih menilai berbeda, kebijakan pemerintah terkait penghapusan subsidi BBM jenis premium tidak serta merta menyebabkan deflasi.
"Kita lihat pengalaman yang lalu, penurunan harga BBM tidak diikuti penurunan harga-harga secara umum, seperti transportasi, meski begitu awal tahun depan tekanan inflasi akan berkurang," jelasnya kepada sindonews, hari ini.
Selain berdampak pada inflasi, kebijakan ini juga akan berdampak pada perbaikan Current Account Deficit (CAD).
"Yang jelas harga migas akan terkendali sesuai pola konsumsi BBM. Selama ini, premiun di subsidi, jadi masyarakat yang menentukan konsumsinya," ujar dia.
Namun, lanjut Perry, jika penghapusan subsidi ini jadi terlaksana, maka impor minyak akan terkendali. Meskipun akan bergantung pada seberapa besar ekspansi yang dilakukan pemerintah.
"Ini akan mendukung pengendalian inflasi. Inflasi di Indonesia cukup tinggi saat penyesuaian harga BBM 2005, 2008, dan 2013. Dengan harga BBM premium yang sesuai pasar dan fix subsidy Rp1.000 untuk solar, maka inflasi akan semakin terkendali ke depan," katanya di Gedung BI, Jakarta, Kamis (31/12/2014).
Menurutnya, dampak kebijakan ini akan terlihat pada Januari 2015. Pihaknya akan menghitung berapa dampak penurunan premiun dari Rp8.500 ke Rp7.600.
"Kemudian, dampaknya pada harga angkutan dan komponen-komponen barang juga akan kita kalkulasikan. Yang jelas kebijakan ini akan memudahkan pengendalian inflasi ke depan," jelas Perry.
Kendati demikian, ekonom Samuel Aset Management Lana Sulityaningsih menilai berbeda, kebijakan pemerintah terkait penghapusan subsidi BBM jenis premium tidak serta merta menyebabkan deflasi.
"Kita lihat pengalaman yang lalu, penurunan harga BBM tidak diikuti penurunan harga-harga secara umum, seperti transportasi, meski begitu awal tahun depan tekanan inflasi akan berkurang," jelasnya kepada sindonews, hari ini.
Selain berdampak pada inflasi, kebijakan ini juga akan berdampak pada perbaikan Current Account Deficit (CAD).
"Yang jelas harga migas akan terkendali sesuai pola konsumsi BBM. Selama ini, premiun di subsidi, jadi masyarakat yang menentukan konsumsinya," ujar dia.
Namun, lanjut Perry, jika penghapusan subsidi ini jadi terlaksana, maka impor minyak akan terkendali. Meskipun akan bergantung pada seberapa besar ekspansi yang dilakukan pemerintah.
(izz)