Licinnya Mafia Migas

Kamis, 08 Januari 2015 - 06:30 WIB
Licinnya Mafia Migas
Licinnya Mafia Migas
A A A
TIM Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas melumpuhkan Petral dengan mengalihkan tugas pengadaan BBM kepada Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina.

Tapi, Tim besutan Faisal Basri justru menjadi tempat reuni orang-orang yang pernah disebut bagian dari mafia migas.

MILAD ke-55 Faisal Batubara atau lebih dikenal sebagai Faisal Basri sudah terlewat 10 hari ketika putra Hasan Basri Batubara ini diangkat sebagai Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak (RTKM) dan Gas atau Tim Anti Mafia Migas oleh Menteri Energi, Sudirman Said.

Politisi dan ekonom yang keok saat berebut kursi DKI-1 melawan Joko Widodo ini lahir di Bandung 6 November 1959. Sementara Sudirman mengumumkan dirinya dengan jabatan baru itu 16 November 2014.

Sejak itu, alumni Master of Arts dalam bidang ekonomi, Vanderbilt University, Nashville, Tennessee, Amerika Serikat (1988) ini menjadi amat sibuk. Tak jarang bersama 10 anggota tim lainnya, dia rapat membahas hasil temuan tim hingga larut malam.

"Jangan tanya kapan libur. Sabtu maupun Ahad kegiatan tim terus menggelinding. Hasilnya, lumayan juga. “Sebulan tim dibentuk, sudah memberi rekomendasi,” ujar Faisal bangga.

Ya, tim mengeluarkan rekomendasi pertama kepada pemerintah pada 18 Desember lalu, selanjutnya disusul rekomendasi kedua pada 30 Desember 2014. Hanya saja, isi rekomendasi tak semanis bayangan banyak orang.

Rekomendasi terkait pelumpuhan Pertamina Energy Trading Limited (Petral) mengundang polemik. Soalnya, di hari Tim Anti Mafia Migas mengumumkan rekomendasinya itu, PT Pertamina buru-buru melantik Daniel Purba sebagai Senior Vice President (SVP) Integrated Supply Chain (ISC), badan yang akan menggantikan tugas Petral melakukan pengadaan bahan bakar minyak dalam negeri.

Ada kesan, Faisal menari mengikuti gendang para mafia migas. Soalnya, Daniel bukanlah orang lain. Ia juga anggota Tim Anti Mafia yang sejak awal sudah diragukan kredibilitasnya.

"Sebaiknya Faisal kembali saja ke dunia kampus, karena ternyata dunia birokrasi bukan tempatnya," celetuk Direktur Lingkar Studi Perjuangan (LSP), Gede Sandra, menyampaikan kekecewaannya.

Sejumlah kalangan pantas mashgul atas hasil kerja tim besutan dosen Universitas Indonesia ini karena justru meneguhkan tempat reuni para mafia migas.

Tim Riset Global Future Institute, Ferdiansyah Ali, mengungkap ISC merupakan jantung mafia migas di Pertamina yang selama ini melakukan kontrol pengawasan terhadap Petral, sehingga ISC Pertamina inilah yang menguasai Petral. Badan ini sampai sekarang tak steril dari mafia migas.

Lumpuhnya Petral, ditengarai bakal mengondisikan Ari Soemarno, menjadi penguasa migas baru. Ari adalah bekas Dirut Pertamina, kakak Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno.

Harap maklum. ISC adalah tempat bersejarah yang penuh kenangan bagi Ari dan para keleganya seperti Sudirman Said maupun Daniel Purba. ISC adalah tempat reuni bagi ketiganya. Ari mendirikan ISC saat ia menjabat Dirut Pertamina, sedangkan Sudirman Said sebagai Kepala ISC, dan Daniel Purba wakilnya.

Karier mereka bertiga berliku namun selalu happy ending. Ari Hernanto Soemarno—begitu nama lengkapnya—diberhentikan sebagai Dirut Pertamina pada Jumat, 6 Februari 2009, di saat heboh kasus pengadaan minyak mentah Zatapi yang diduga merugikan negara sekitar Rp425 miliar. Ari disebut-sebut terlibat dalam kasus ini. Toh, sampai kini dia aman-aman saja.

Sudirman Said setali tiga uang. Strateginya seolah memotong impor minyak, tapi malah menerapkan skema ISC. Seolah-olah importir langsung tapi menjadi broker minyak.

“Sewaktu Sudirman menjabat corporate secretary Pertamina era Ari Soemarno, di Pertamina Sudirman mendapat sokongan kuat Arifin Panigoro,” ungkap Petinggi Global Future Institute (GFI), Hendrajit.

Selain pernah menjadi Deputi Direktur ISC Pertamina, Sudirman juga sempat menjabat Wakil Dirut PT Petrosea Tbk. dan Group Chief of Human Capital and Corporate Services di PT Indika Energy Tbk.

Kedua perusahaan terbuka tersebut bergerak di bidang energi dan pertambangan. Sebelum menjadi Menteri Energi Sumber Daya Mineral, Master Bidang Administrasi Bisnis dari George Washington University, Washington, DC, Amerika Serikat ini adalah menjadi Dirut Pindad.

Lalu, siapa Daniel? Dia adalah Master Manajemen Rekayasa yang memulai kariernya di Pertamina pada tahun 1991 sebagai analis pasar untuk perdagangan minyak internasional.

Pada 2003 menjabat AS VP Marketing Petral, kemudian pindah ke Pertamina menjadi LNG Business sebagai LNG Sales Operation Manager (2005).

Pada 2007, dia menjadi Commercial Manager pada (2007), dan mulai menikmati posisi VP yakni sebagai VP Engineering & Project Management Pertamina pada 2011.

Daniel juga sempat menjabat sebagai Direktur & COO PT Badak Natural Gas Liquefaction atau lebih dikenal dengan PT Badak NGL, perusahaan penghasil gas alam cair (LNG (Liquid Natural Gas) terbesar di Indonesia dan salah satu kilang LNG yang terbesar di dunia yang berlokasi Bontang, Kalimantan Timur.

Hubungan Ari dengan Daniel terjalin sangat panjang. Saat Ari menjabat sebagai Dirut PT Petral, Daniel menjadi wakilnya. Daniel disebut si anak emas yang juga cukup dikenal di kalangan mafia migas.

Saat dia tandem dengan Ari di Petral, misalnya, semua solar impor dibeli dari Hin Leong Ltd. Daniel adalah kolega Hin Leong yang menuntun Ari, melalui Petral, berbisnis dengan pemain minyak terbesar Singapura itu.

Hin Leong adalah perusahaan trader dan storage terbesar di Singapura dalam hal bisnis solar. Bahkan dalam menjalankan usahanya, Hin Leong tak mengharamkan pembelian solar selundupan dari Indonesia dengan harga murah, bahkan kerap menaikkan harga Mean of Plats Singapore (MOPS) sehingga merugikan Indonesia.

Sebagaimana sudah disebut tadi, saat Ari menjabat Dirut Pertamina, Daniel pun ditarik ke ISC, mendamping Sudirman Said yang didudukkan sebagai SVP. Nah, kini giliran Sudirman yang mengangkat Daniel sebagai SVP ISC, tempat yang tujuh bulan dia duduki.

Inilah yang menyebabkan hasil kerja Tim Anti-Mafia terkesan meneguhkan jalinan poros Ari Soemarno, Sudirman Said, dan Daniel Purba plus Rini Soemarno.

"Kini adalah bergantinya tampuk mafia migas ke Soemarno inc. melalui kewenangan Menteri ESDM Sudirman,” ujar peneliti geo politik dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng.

Tak berhenti di sini. Keputusan Tim Anti-Mafia Migas juga terkesan memperpanjang episode pertarungan Soemarno inc. Bagaimana tidak, begitu Ari lengser sebagai Dirut Pertamina dan digantikan Karen Agustiawan, keberadaan ISC ditinjau ulang dilimpahkan ke Petral.

Sudirman Said yang baru memimpin ISC tujuh bulan pun dicopot. Kala itu Karen mengubah fungsi ISC dari badan pelaksana pengadaan BBM dan minyak menjadi penyusun strategi (think tank) pemasaran.

Faisal Basri pernah mengungkap Sudirman Said dicopot dari jabatan ISC karena ditelepon oleh seorang menteri, bukan karena kesalahan kebijakan tersebut. Sayang, Faisal menyimpan rapat siapa menteri yang dimaksud.

Pastinya, pada saat kejadian tersebut posisi Menteri BUMN dijabat oleh Sofyan Jalil dan Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro. Sementara kalangan migas seringkali menyebut Purnomo juga bagian dari mafia migas pesaing Ari Soemarno.

Selengkapnya baca SINDO Weekly Edisi No. 44 Tahun 3, Terbit Kamis, 8 Januari 2015.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5475 seconds (0.1#10.140)