Pertumbuhan Kredit di November Melambat
A
A
A
JAKARTA - Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Tirta Segara mengatakan, laju pertumbuah kredit pada November 2014 masih mengalami perlambatan.
Perkembangan kredit sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik dari 5,12% pada kuartal II/2014 menjadi 5,01% pada kuartal III/2014.
Posisi penyaluran kredit perbankan tercatat sebesar Rp3.626,2 triliun pada November 2014 atau tumbuh 11,7% (year on year/yoy).
"Pertumbuhan itu lebih rendah dibanding Oktober 2014 sebesar 12,4% (yoy)," kata dia, Kamis (8/1/2015).
Menurut dia, perlambatan kredit tersebut terjadi pada kredit untuk jenis penggunaan modal kerja (KMK) dan investasi (KI). Perlambatan KMK terutama terjadi pada industri pengolahan yang tumbuh 11,0% (yoy) pada November 2014, lebih rendah dibanding Oktober 2014 sebesar 13,6% (yoy).
Sementara itu, perlambatan KI terjadi pada industri pengolahan serta industri perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) yang masing-masing tumbuh dari 26,7 % (yoy) dan 11% (yoy) pada Oktober 2014 menjadi 24,8% (yoy) dan 10,1% (yoy) pada November 2014.
"Secara sektoral, PHR dan industri pengolahan memiliki pangsa terbesar dari total kredit produktif, yaitu masing-masing 30,6% dan 24,4%," ujarnya.
Sementara itu, kredit yang disalurkan pada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sedikit mengalami perlambatan. Pada November 2014, posisi kredit UMKM tercatat sebesar Rp660,8 triliun atau tumbuh 11% (yoy), lebih rendah dibanding Oktober 2014 sebesar 11,1% (yoy).
"Perlambatan terutama terjadi pada skala usaha menengah yang tumbuh 8,6% (yoy), melambat dibandingkan Oktober 2014 sebesar 9,8% (yoy)," papar Tirta.
Perkembangan kredit sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik dari 5,12% pada kuartal II/2014 menjadi 5,01% pada kuartal III/2014.
Posisi penyaluran kredit perbankan tercatat sebesar Rp3.626,2 triliun pada November 2014 atau tumbuh 11,7% (year on year/yoy).
"Pertumbuhan itu lebih rendah dibanding Oktober 2014 sebesar 12,4% (yoy)," kata dia, Kamis (8/1/2015).
Menurut dia, perlambatan kredit tersebut terjadi pada kredit untuk jenis penggunaan modal kerja (KMK) dan investasi (KI). Perlambatan KMK terutama terjadi pada industri pengolahan yang tumbuh 11,0% (yoy) pada November 2014, lebih rendah dibanding Oktober 2014 sebesar 13,6% (yoy).
Sementara itu, perlambatan KI terjadi pada industri pengolahan serta industri perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) yang masing-masing tumbuh dari 26,7 % (yoy) dan 11% (yoy) pada Oktober 2014 menjadi 24,8% (yoy) dan 10,1% (yoy) pada November 2014.
"Secara sektoral, PHR dan industri pengolahan memiliki pangsa terbesar dari total kredit produktif, yaitu masing-masing 30,6% dan 24,4%," ujarnya.
Sementara itu, kredit yang disalurkan pada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sedikit mengalami perlambatan. Pada November 2014, posisi kredit UMKM tercatat sebesar Rp660,8 triliun atau tumbuh 11% (yoy), lebih rendah dibanding Oktober 2014 sebesar 11,1% (yoy).
"Perlambatan terutama terjadi pada skala usaha menengah yang tumbuh 8,6% (yoy), melambat dibandingkan Oktober 2014 sebesar 9,8% (yoy)," papar Tirta.
(rna)