BKPM Dukung Integrasi Sapi-Sawit
A
A
A
JAKARTA - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mendorong investasi di sektor peternakan sapi dan industri olahannya dengan memaksimalkan program sawit-sapi.
Saat ini BKPM, dalam kerangka program Indonesia-Australia Partnership on Food Security in the Red Meat and Cattle Sector, sedang menjalankan pilot project integrasi sawit-sapi di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
“Jika sukses, BKPM berharap program ini dapat dicontoh oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit lain. Sehingga, upaya untuk meningkatkan populasi sapi di Indonesia dapat cepat terwujud,” ujar Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal BKPM Himawan Hariyoga di Jakarta kemarin.
Himawan mengatakan, program tersebut mengintegrasikan usaha perkebunan kelapa sawit dengan usaha peternakan sapi. BKPM mencatat proyek PMDN dan PMA yang telah memperoleh Izin Prinsip tapi belum terealisasi (pipeline projects) dalam periode 2010 hingga triwulan III/2014 nilainya cukup besar, yaitu PMDN sebesar Rp17,5 triliun dan PMA sebesar USD4,1 miliar.
Sementara itu Kepala BKPM Franky Sibarani menyatakan, lembaganya serius dalam upaya meningkatkan investasi bidang peternakan sapi dan industri olahannya untuk mendorong pemerataan ekonomi. BKPM kembali menggelar pertemuan dengan kalangan pelaku usaha bidang peternakan sapi dan industri pengolahannya, di Jakarta.
Pertemuan tersebut merupakan tindak lanjut dari Investor Forum BKPM dengan kalangan pelaku usaha sektor pertanian, Selasa (6/1) lalu. “Kami menindaklanjuti hasil investor forum khusus untuk industri sapi karena sektor ini memiliki nilai strategis yang cukup tinggi,” ujar Franky.
Dia mengatakan, selain menunjang program prioritas Pemerintah Jokowi-JK untuk kedaulatan pangan, investasi sektor sapi dan industri olahannya juga mendorong pemerataan ekonomi. Periode 2010 hingga September 2014, persebaran investasi sapi dan industri olahan lebih banyak berada di luar Jawa, dengan perbandingan 57% dan 43% investasi di Jawa.
Sehingga sektor tersebut, menurutnya, potensial untuk menggerakkan perekonomian di luar Jawa. Franky optimistis investasi sapi bisa ditingkatkan karena potensinya masih sangat besar. “Selain itu, konsumsi per kapita daging dan susu masih relatif rendah dan diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat,” imbuhnya.
Dia mengatakan, konsumsi daging per kapita kita masih 2,4 kg per tahun. Menurut data Kadin, angka tersebut sudah menghasilkan investasi Rp54 triliun. Jika konsumsi daging per kapita dapat ditingkatkan, angka investasi yang dibutuhkan tentu semakin besar.
Sementara itu, pelaku industri yang hadir dalam forum menyatakan harapan agar pemerintah mendorong perkembangan sapi-sawit sebagai cara yang efektif untuk meningkatkan jumlah populasi sapi di Indonesia.
Ketua Gabungan Perusahaan Pembibitan Sapi Potong Indonesia (GAPPSI) Dayan Anthony meminta pemerintah memberikan kompensasi fiskal kepada perusahaan yang menerapkan integrasi sapi dan sawit. Selain itu kalangan dunia usaha juga meminta perhatian pemerintah terhadap peternakan sapi perah sebagai industri hulu dari industri susu.
Asosiasi Industri Pengolah Susu (AIPS) meminta pemerintah membuat regulasi yang mengharuskan industri hilir pengolah susu untuk mengembangkan peternakan, sehingga dapat mengurangi impor. Menurutnya, perkembangan industri pengolah susu cukup besar hingga saat ini mencapai 44 perusahaan.
“Kebutuhan susu untuk perusahaan pengolah susu mencapai 3,8 juta ton per tahun, sementara peternakan sapi perah dalam negeri hanya mampu memenuhi 20-25% dari kebutuhan,” ujar Direktur Eksekutif AIPS Yelita Basri.
Ria Martati
Saat ini BKPM, dalam kerangka program Indonesia-Australia Partnership on Food Security in the Red Meat and Cattle Sector, sedang menjalankan pilot project integrasi sawit-sapi di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
“Jika sukses, BKPM berharap program ini dapat dicontoh oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit lain. Sehingga, upaya untuk meningkatkan populasi sapi di Indonesia dapat cepat terwujud,” ujar Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal BKPM Himawan Hariyoga di Jakarta kemarin.
Himawan mengatakan, program tersebut mengintegrasikan usaha perkebunan kelapa sawit dengan usaha peternakan sapi. BKPM mencatat proyek PMDN dan PMA yang telah memperoleh Izin Prinsip tapi belum terealisasi (pipeline projects) dalam periode 2010 hingga triwulan III/2014 nilainya cukup besar, yaitu PMDN sebesar Rp17,5 triliun dan PMA sebesar USD4,1 miliar.
Sementara itu Kepala BKPM Franky Sibarani menyatakan, lembaganya serius dalam upaya meningkatkan investasi bidang peternakan sapi dan industri olahannya untuk mendorong pemerataan ekonomi. BKPM kembali menggelar pertemuan dengan kalangan pelaku usaha bidang peternakan sapi dan industri pengolahannya, di Jakarta.
Pertemuan tersebut merupakan tindak lanjut dari Investor Forum BKPM dengan kalangan pelaku usaha sektor pertanian, Selasa (6/1) lalu. “Kami menindaklanjuti hasil investor forum khusus untuk industri sapi karena sektor ini memiliki nilai strategis yang cukup tinggi,” ujar Franky.
Dia mengatakan, selain menunjang program prioritas Pemerintah Jokowi-JK untuk kedaulatan pangan, investasi sektor sapi dan industri olahannya juga mendorong pemerataan ekonomi. Periode 2010 hingga September 2014, persebaran investasi sapi dan industri olahan lebih banyak berada di luar Jawa, dengan perbandingan 57% dan 43% investasi di Jawa.
Sehingga sektor tersebut, menurutnya, potensial untuk menggerakkan perekonomian di luar Jawa. Franky optimistis investasi sapi bisa ditingkatkan karena potensinya masih sangat besar. “Selain itu, konsumsi per kapita daging dan susu masih relatif rendah dan diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat,” imbuhnya.
Dia mengatakan, konsumsi daging per kapita kita masih 2,4 kg per tahun. Menurut data Kadin, angka tersebut sudah menghasilkan investasi Rp54 triliun. Jika konsumsi daging per kapita dapat ditingkatkan, angka investasi yang dibutuhkan tentu semakin besar.
Sementara itu, pelaku industri yang hadir dalam forum menyatakan harapan agar pemerintah mendorong perkembangan sapi-sawit sebagai cara yang efektif untuk meningkatkan jumlah populasi sapi di Indonesia.
Ketua Gabungan Perusahaan Pembibitan Sapi Potong Indonesia (GAPPSI) Dayan Anthony meminta pemerintah memberikan kompensasi fiskal kepada perusahaan yang menerapkan integrasi sapi dan sawit. Selain itu kalangan dunia usaha juga meminta perhatian pemerintah terhadap peternakan sapi perah sebagai industri hulu dari industri susu.
Asosiasi Industri Pengolah Susu (AIPS) meminta pemerintah membuat regulasi yang mengharuskan industri hilir pengolah susu untuk mengembangkan peternakan, sehingga dapat mengurangi impor. Menurutnya, perkembangan industri pengolah susu cukup besar hingga saat ini mencapai 44 perusahaan.
“Kebutuhan susu untuk perusahaan pengolah susu mencapai 3,8 juta ton per tahun, sementara peternakan sapi perah dalam negeri hanya mampu memenuhi 20-25% dari kebutuhan,” ujar Direktur Eksekutif AIPS Yelita Basri.
Ria Martati
(ftr)