Kegiatan Usaha di Jateng Masih Melambat
A
A
A
JAKARTA - Kegiatan usaha pada triwulan I/2015 di Jawa Tengah (Jateng) diperkirakan akan mengalami perlambatan. Hal itu tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 14,81%.
Angka tersebut lebih rendah dari realisasi SBT triwulan IV/2014 sebesar 15,51%.
Berdasarkan hasil survei Bank Indonesia (BI), perlambatan terutama terjadi pada sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan & perikanan yang ditunjukkan melalui SBT sebesar 2,32%, lebih kecil dibandingkan realisasi triwulan IV/2014 sebesar 4,71%.
"Hal berbeda terjadi pada sektor industri pengolahan yang diperkirakan akan meningkat. Ini terlihat pada SBT perkiraan kegiatan triwulan I/2015 sebesar 4,39%, lebih tinggi dibanding realisasi kegiatan usaha triwulan IV/2014 sebesar 4,09%," kata Deputi Kepala Perwakilan BI Wilayah Jateng Ananda Pulung, Jumat (16/1/2015).
Kenaikan kegiatan investasi pada sektor industri pengolahan juga sebagai imbas dari semakin menjamurnya pengusaha industri pengolahan hasil relokasi perusahaan dari kawasan industri Jawa Barat dan Banten.
Pelaku usaha memperkirakan kegiatan investasi pada triwulan I/2015 akan menurun dibandingkan triwulan IV/2014. Hal ini tercermin dari SBT sebesar 6,16%, lebih rendah dibandingkan realisasi SBT triwulan IV/2014 sebesar 8,89%.
Hal tersebut sejalan dengan perkiraan kegiatan usaha yang masih terus melambat di triwulan I/2015.
Sementara terkait tekanan harga jual, pada triwulan I/2015, diperkirakan akan terus terjadi. Hal ini tercermin melalui SBT sebesar 36,46% akibat dari biaya bahan baku/antara yang diperkirakan masih akan terus meningkat.
"Responden memperkirakan, kenaikan biaya energi berupa tarif tenaga listrik (TTL) dan BBM bersubsidi, serta kenaikan pembayaran bunga pinjaman menjadikan tekanan harga jual akan masih terjadi," jelasnya.
Sementara itu, untuk kegiatan usaha di Jateng pada triwulan IV/2014 tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan III/2014.
Perlambatan kegiatan usaha ini terjadi hampir pada seluruh sektor ekonomi, termasuk tiga sektor ekonomi utama di Jateng.
Ketiga sektor utama itu, pertama adalah industri pengolahan yang turun dari 6,06% pada triwulan III-2014 menjadi 4,06% pada triwulan IV-2014.
Kedua, sektpr perdagangan, hotel, dan restoran yang turun dari 6,28% pada triwulan III/2014 menjadi pada 3,61% triwulan IV/2014.
Sektor ketiga pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan yang turun dari 8,07% pada triwulan III/2014 menjadi 4,71% pada triwulan IV/2014.
Penurunan kegiatan usaha juga terjadi pada sektor pengangkutan dan transportasi yang turun dari 1,02% pada triwulan III/2014 menjadi -0,25% pada triwulan IV/2014.
"Untuk sektor transportasi, penurunan ini akibat dari kenaikan BBM bersubsidi yang membuat tarif angkutan menjadi naik, sehingga menyebabkan penjualan berkurang," pungkas Ananda.
Angka tersebut lebih rendah dari realisasi SBT triwulan IV/2014 sebesar 15,51%.
Berdasarkan hasil survei Bank Indonesia (BI), perlambatan terutama terjadi pada sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan & perikanan yang ditunjukkan melalui SBT sebesar 2,32%, lebih kecil dibandingkan realisasi triwulan IV/2014 sebesar 4,71%.
"Hal berbeda terjadi pada sektor industri pengolahan yang diperkirakan akan meningkat. Ini terlihat pada SBT perkiraan kegiatan triwulan I/2015 sebesar 4,39%, lebih tinggi dibanding realisasi kegiatan usaha triwulan IV/2014 sebesar 4,09%," kata Deputi Kepala Perwakilan BI Wilayah Jateng Ananda Pulung, Jumat (16/1/2015).
Kenaikan kegiatan investasi pada sektor industri pengolahan juga sebagai imbas dari semakin menjamurnya pengusaha industri pengolahan hasil relokasi perusahaan dari kawasan industri Jawa Barat dan Banten.
Pelaku usaha memperkirakan kegiatan investasi pada triwulan I/2015 akan menurun dibandingkan triwulan IV/2014. Hal ini tercermin dari SBT sebesar 6,16%, lebih rendah dibandingkan realisasi SBT triwulan IV/2014 sebesar 8,89%.
Hal tersebut sejalan dengan perkiraan kegiatan usaha yang masih terus melambat di triwulan I/2015.
Sementara terkait tekanan harga jual, pada triwulan I/2015, diperkirakan akan terus terjadi. Hal ini tercermin melalui SBT sebesar 36,46% akibat dari biaya bahan baku/antara yang diperkirakan masih akan terus meningkat.
"Responden memperkirakan, kenaikan biaya energi berupa tarif tenaga listrik (TTL) dan BBM bersubsidi, serta kenaikan pembayaran bunga pinjaman menjadikan tekanan harga jual akan masih terjadi," jelasnya.
Sementara itu, untuk kegiatan usaha di Jateng pada triwulan IV/2014 tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan III/2014.
Perlambatan kegiatan usaha ini terjadi hampir pada seluruh sektor ekonomi, termasuk tiga sektor ekonomi utama di Jateng.
Ketiga sektor utama itu, pertama adalah industri pengolahan yang turun dari 6,06% pada triwulan III-2014 menjadi 4,06% pada triwulan IV-2014.
Kedua, sektpr perdagangan, hotel, dan restoran yang turun dari 6,28% pada triwulan III/2014 menjadi pada 3,61% triwulan IV/2014.
Sektor ketiga pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan yang turun dari 8,07% pada triwulan III/2014 menjadi 4,71% pada triwulan IV/2014.
Penurunan kegiatan usaha juga terjadi pada sektor pengangkutan dan transportasi yang turun dari 1,02% pada triwulan III/2014 menjadi -0,25% pada triwulan IV/2014.
"Untuk sektor transportasi, penurunan ini akibat dari kenaikan BBM bersubsidi yang membuat tarif angkutan menjadi naik, sehingga menyebabkan penjualan berkurang," pungkas Ananda.
(izz)