Pertumbuhan Ekonomi Korsel Terendah Sejak 2012
A
A
A
SEOUL - Ekonomi Korea Selatan (Korsel) tumbuh paling lambat dalam dua tahun. Hal ini menegaskan tantangan yang dihadapi bank sentral untuk memacu pertumbuhan.
Seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (23/1/2015), Bank of Korea mengatakan, produk domestik bruto (PDB) Korsel tumbuh 0,4% dalam tiga bulan sampai Desember dari kuartal sebelumnya.
Hal tersebut sesuai perkiraan median dalam survei Bloomberg News dan merupakan kenaikan terendah sejak kuartal ketiga 2012. Ekonomi tumbuh 2,7% dari tahun sebelumnya, dibandingkan ekspektasi untuk kenaikan 2,8%.
Bank sentral memperkirakan pertumbuhan triwulanan akan mempercepat sekitar 1% pada 2015 setelah adanya faktor-faktor yang luar biasa seperti peraturan baru subsidi ponsel yang melemahkan penjualan handset dan pemerintah mengurangi pengeluaran.
"Pertumbuhan dapat pulih di kuartal ini, karena efek dasar, tetapi tetap ragu apakah kualitas pertumbuhan akan kuat," kata Kong Dong Rak, analis dari Hanwha Investment & Securities Co.
"Fakta menunjukkan bahwa angka kuartal keempat tidak kuat mengkhawatirkan karena saat itulah BOK menurunkan suku dan pemerintah mendorong maju dengan kebijakan ekspansif," imbuhnya.
Seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (23/1/2015), Bank of Korea mengatakan, produk domestik bruto (PDB) Korsel tumbuh 0,4% dalam tiga bulan sampai Desember dari kuartal sebelumnya.
Hal tersebut sesuai perkiraan median dalam survei Bloomberg News dan merupakan kenaikan terendah sejak kuartal ketiga 2012. Ekonomi tumbuh 2,7% dari tahun sebelumnya, dibandingkan ekspektasi untuk kenaikan 2,8%.
Bank sentral memperkirakan pertumbuhan triwulanan akan mempercepat sekitar 1% pada 2015 setelah adanya faktor-faktor yang luar biasa seperti peraturan baru subsidi ponsel yang melemahkan penjualan handset dan pemerintah mengurangi pengeluaran.
"Pertumbuhan dapat pulih di kuartal ini, karena efek dasar, tetapi tetap ragu apakah kualitas pertumbuhan akan kuat," kata Kong Dong Rak, analis dari Hanwha Investment & Securities Co.
"Fakta menunjukkan bahwa angka kuartal keempat tidak kuat mengkhawatirkan karena saat itulah BOK menurunkan suku dan pemerintah mendorong maju dengan kebijakan ekspansif," imbuhnya.
(izz)