Batasi Subsidi BBM, RI Dapat Dukungan Asing
A
A
A
JAKARTA - Koordinator Tenaga Ahli Wakil Presiden RI, Sofjan Wanandi mengatakan, kebijakan pemerintah membatasi subsidi BBM memperoleh apresiasi dari sejumlah negara. Bahkan, beberapa negara asing memberikan tawaran bantuan.
"Ada hope baru, karena mereka merasakan keinginan pemerintah untuk memperbaiki ekonomi, seperti keberanian mencabut subsidi dan mengecilkan belanja-belanja negara," katanya di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta, Selasa (3/2/2015).
Menurutnya, pencabutan subsidi BBM ini berdampak pada lonjakan kas negara sebesar Rp300 triliun yang diprioritaskan untuk pembangunan infrastruktur.
"Melalui anggaran ini, kita bisa menggerakkan equity pinjaman luar negeri untuk membangun (infrastruktur) lebih cepat," tambah dia.
Dia mengungkapkan, saat ini tawaran pinjaman dari World Bank meningkat dua kali lipat, dari sebelumnya sebesar USD5 miliar menjadi USD12 miliar pada 2015.
Selain itu, ada juga tawaran soft loan dengan bunga rendah dari pemerintah Jepang. "Dengan bunga di bawah satu tahun, comercial loan dan soft loan membuat Indonesia memiliki cukup uang," terang Sofjan.
Namun, saat ini permasalahan infrastruktur lebih pada realisasi. "Kendala pembangunan infrastruktur bukan lagi masalah uang, melainkan realisasi," tandasnya.
"Ada hope baru, karena mereka merasakan keinginan pemerintah untuk memperbaiki ekonomi, seperti keberanian mencabut subsidi dan mengecilkan belanja-belanja negara," katanya di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta, Selasa (3/2/2015).
Menurutnya, pencabutan subsidi BBM ini berdampak pada lonjakan kas negara sebesar Rp300 triliun yang diprioritaskan untuk pembangunan infrastruktur.
"Melalui anggaran ini, kita bisa menggerakkan equity pinjaman luar negeri untuk membangun (infrastruktur) lebih cepat," tambah dia.
Dia mengungkapkan, saat ini tawaran pinjaman dari World Bank meningkat dua kali lipat, dari sebelumnya sebesar USD5 miliar menjadi USD12 miliar pada 2015.
Selain itu, ada juga tawaran soft loan dengan bunga rendah dari pemerintah Jepang. "Dengan bunga di bawah satu tahun, comercial loan dan soft loan membuat Indonesia memiliki cukup uang," terang Sofjan.
Namun, saat ini permasalahan infrastruktur lebih pada realisasi. "Kendala pembangunan infrastruktur bukan lagi masalah uang, melainkan realisasi," tandasnya.
(izz)