Sektor Pertanian Masih Terkendala Distribusi
A
A
A
JAKARTA - Panglima TNI Jenderal Moeldoko menjelaskan, sebenarnya potensi komoditas pertanian nasional sudah baik. Namun, masih ada kendala berupa penyaluran distribusi.
Persoalan distribusi dan pasar (market) ini menurutnya harus bisa segera dipecahkan. Sehingga produksi pertanian yang memiliki kualitas baik dapat dipasarkan lebih luas lagi.
"Waktu saya ke Merauke produk lobak hampir satu microphone besarnya. Besar karena subur lahannya. Masalahnya setelah ditanam mau dikemanain barangnya, ini persoalan," ujar dia dalam paparan acara Jakarta Food Security Summit di JCC, Jakarta, Jumat (13/2/2015).
Moeldoko menuturkan, ada beberapa paradoks lainnya terkait pertanian. Pertama di Pulau Jawa banyak sumber daya manusia yang dapat mengembangkan pertanian.
"Saya memandang ada beberapa paradoks. Yang pertama populasi di Jawa banyak, tapi miskin lahan. Tapi diluar Jawa lahan banyak, tapi populasi sumber daya manusia sedikit dan masih kurang mampu," jelasnya.
Kedua, masyarakat perkotaan sering meneriaki program swasembada pangan. Padahal di sisi lain, masyarakat di desa tidak pengaruh karena tetap kesulitan bibit, pupuk, air, dan lahan.
"Tidak apa-apa, tergerak hatinya ngomong swasembada ini. Orang di desa tidak ada pengaruhnya. Kesulitan itu hanya jadi persoalan stigma bagi petani, masih seperti itu karena bicara sesuai di lapangan masih sulit," pungkas dia.
Persoalan distribusi dan pasar (market) ini menurutnya harus bisa segera dipecahkan. Sehingga produksi pertanian yang memiliki kualitas baik dapat dipasarkan lebih luas lagi.
"Waktu saya ke Merauke produk lobak hampir satu microphone besarnya. Besar karena subur lahannya. Masalahnya setelah ditanam mau dikemanain barangnya, ini persoalan," ujar dia dalam paparan acara Jakarta Food Security Summit di JCC, Jakarta, Jumat (13/2/2015).
Moeldoko menuturkan, ada beberapa paradoks lainnya terkait pertanian. Pertama di Pulau Jawa banyak sumber daya manusia yang dapat mengembangkan pertanian.
"Saya memandang ada beberapa paradoks. Yang pertama populasi di Jawa banyak, tapi miskin lahan. Tapi diluar Jawa lahan banyak, tapi populasi sumber daya manusia sedikit dan masih kurang mampu," jelasnya.
Kedua, masyarakat perkotaan sering meneriaki program swasembada pangan. Padahal di sisi lain, masyarakat di desa tidak pengaruh karena tetap kesulitan bibit, pupuk, air, dan lahan.
"Tidak apa-apa, tergerak hatinya ngomong swasembada ini. Orang di desa tidak ada pengaruhnya. Kesulitan itu hanya jadi persoalan stigma bagi petani, masih seperti itu karena bicara sesuai di lapangan masih sulit," pungkas dia.
(izz)