Pembangunan Gedung Tertinggi Pertamina Ditunda
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina (persero) memutuskan untuk menunda pembangunan gedung pencakar langit Pertamina Energy Tower. Hal ini dilakukan lantaran perusahaan tengah fokus membangun sektor hulu dengan merevitalisasi dan membangun kilang minyak baru.
Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto mengatakan, tahun ini perseroan akan memokuskan investasinya terhadap sektor hulu. Sebab, sumbangan sektor hulu saat ini masih terbilang kecil hanya 23%.
"Kita memang menunda investasi agar dapat meningkatkan efisiensi dan berfokus di hulu. Investasi yang kita tunda tersebut seperti pembangunan tower (Pertamina Energy Tower)," ujarnya di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Selasa (17/2/2015).
Hal senada disampaikan Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman. Dia menyebutkan, perseroaan memangkas anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar USD7 miliar, salah satunya lantaran penundaan pembangunan Pertamina Energy Tower.
"Jadi, capex (Pertamina) di posisi terakhir itu berada di USD4,4 miliar. Investasi yang belum rasional dan tidak terlalu penting seperti pembangunan tower akan kita potong terlebih dahulu," tandasnya.
Seperti diketahui, Pertamina Energy Tower merupakan proyek prestisius perusahaan milik negara tersebut. Jika selesai dibangun, gedung raksasa ini akan menjadi tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 530 meter (1.740 kaki) di atas lahan seluas 495.000 meter persegi.
Gedung 99 lantai ini akan menjadi kantor bagi 23.000 karyawan Pertamina yang dirancang oleh Skidmore, Owings & Merril LLP (SOM), dan Turner International (konsultan project management), yang keduanya terlibat dalam penggarapan proyek fenomenal gedung tertinggi di dunia Burj al Khlifa, Dubai-UEA, serta Rider Levett Bucnall (konsultan quantity surveyor).
Dibangun dengan konsep green building, Pertamina Enregy Tower nantinya akan menjadi World Class Energy Company. Berdasarkan rencana sebelumnya, gedung tersebut diharapkan selesai pada 2020.
Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto mengatakan, tahun ini perseroan akan memokuskan investasinya terhadap sektor hulu. Sebab, sumbangan sektor hulu saat ini masih terbilang kecil hanya 23%.
"Kita memang menunda investasi agar dapat meningkatkan efisiensi dan berfokus di hulu. Investasi yang kita tunda tersebut seperti pembangunan tower (Pertamina Energy Tower)," ujarnya di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Selasa (17/2/2015).
Hal senada disampaikan Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman. Dia menyebutkan, perseroaan memangkas anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar USD7 miliar, salah satunya lantaran penundaan pembangunan Pertamina Energy Tower.
"Jadi, capex (Pertamina) di posisi terakhir itu berada di USD4,4 miliar. Investasi yang belum rasional dan tidak terlalu penting seperti pembangunan tower akan kita potong terlebih dahulu," tandasnya.
Seperti diketahui, Pertamina Energy Tower merupakan proyek prestisius perusahaan milik negara tersebut. Jika selesai dibangun, gedung raksasa ini akan menjadi tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 530 meter (1.740 kaki) di atas lahan seluas 495.000 meter persegi.
Gedung 99 lantai ini akan menjadi kantor bagi 23.000 karyawan Pertamina yang dirancang oleh Skidmore, Owings & Merril LLP (SOM), dan Turner International (konsultan project management), yang keduanya terlibat dalam penggarapan proyek fenomenal gedung tertinggi di dunia Burj al Khlifa, Dubai-UEA, serta Rider Levett Bucnall (konsultan quantity surveyor).
Dibangun dengan konsep green building, Pertamina Enregy Tower nantinya akan menjadi World Class Energy Company. Berdasarkan rencana sebelumnya, gedung tersebut diharapkan selesai pada 2020.
(dmd)