Faisal Basri Nilai Target Ekspor RI 300% Sesat
A
A
A
JAKARTA - Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri mengatakan, target Kementerian Perdagangan (Kemendag) menaikan nilai ekspor hingga 300% sesat. Hal ini dikatakan Faisal bukan karena membenci Kemendag, melainkan sayang termasuk kepada menetrinya.
Menurutnya, meski target tersebut sesuai nawacita Presiden Joko Widodo (Jokowi), namun hal itu tidak mungkin tercapai. Pasalnya nilai impor Indonesia masih sangat tinggi.
"Saya bilang begini, karena saya sayang dengan Pak Menteri (Mendag Rachmat Gobel). Dan saya harus bilang bahwa nawacitanya sesat, kalau bisa Pak Rachmat desak dan bilang ke Pak Presiden apa gunanya ekpor meningkat 300% tapi impor naik 5 kali lipat. Kalau ini sesat, ya pasti sesatlah negeri ini," ujarnya dalam forum diskusi di Kemendag, Jakarta, Senin (23/2/2015).
Faisal juga menjabarkan, dalam lima tahun terakhir negera yang mampu mendorong ekspornya secara maksimal adalah India yakni sebesar 74,5%. "Terus, kita mau 300%? Sekali lagi ini mimpi, ayo stop bermimpi mari kita berpijak di dunia nyata ini," imbuhnya.
Jika ingin meningkatkan ekspor, lanjut dia, setidaknya harus dilakukan peningkatan sektor produksi, baik dari kuantitas maupun kualitas. Produktivitas juga dapat menjadi parameter bagi potensi peningkatan ekspor.
Namun anehnya, selama ini sektor produksi Indonesia sudah menurun. Bahkan mulai beralih ke sektor jasa. "Dalam enam tahun terakhir ini turun terus produksi kita, produksi kita ke jasa. Jasanya makin tidak kompetitif, misalnya penerbangan lihat saja Lion Air dan peristiwa kemarin itu," terang Faisal.
Karena itu, pihaknya mengimbau kepada Rachmat Gobel agar tidak menjadikan nawacita sebagai pondasi untuk menentukan target yang tidak realistis. "Seolah-olah nawacita ini seperti kitab suci. Ini bukan kitab suci, ini produk politik yang belum tentu benar," pungkasnya.
Menurutnya, meski target tersebut sesuai nawacita Presiden Joko Widodo (Jokowi), namun hal itu tidak mungkin tercapai. Pasalnya nilai impor Indonesia masih sangat tinggi.
"Saya bilang begini, karena saya sayang dengan Pak Menteri (Mendag Rachmat Gobel). Dan saya harus bilang bahwa nawacitanya sesat, kalau bisa Pak Rachmat desak dan bilang ke Pak Presiden apa gunanya ekpor meningkat 300% tapi impor naik 5 kali lipat. Kalau ini sesat, ya pasti sesatlah negeri ini," ujarnya dalam forum diskusi di Kemendag, Jakarta, Senin (23/2/2015).
Faisal juga menjabarkan, dalam lima tahun terakhir negera yang mampu mendorong ekspornya secara maksimal adalah India yakni sebesar 74,5%. "Terus, kita mau 300%? Sekali lagi ini mimpi, ayo stop bermimpi mari kita berpijak di dunia nyata ini," imbuhnya.
Jika ingin meningkatkan ekspor, lanjut dia, setidaknya harus dilakukan peningkatan sektor produksi, baik dari kuantitas maupun kualitas. Produktivitas juga dapat menjadi parameter bagi potensi peningkatan ekspor.
Namun anehnya, selama ini sektor produksi Indonesia sudah menurun. Bahkan mulai beralih ke sektor jasa. "Dalam enam tahun terakhir ini turun terus produksi kita, produksi kita ke jasa. Jasanya makin tidak kompetitif, misalnya penerbangan lihat saja Lion Air dan peristiwa kemarin itu," terang Faisal.
Karena itu, pihaknya mengimbau kepada Rachmat Gobel agar tidak menjadikan nawacita sebagai pondasi untuk menentukan target yang tidak realistis. "Seolah-olah nawacita ini seperti kitab suci. Ini bukan kitab suci, ini produk politik yang belum tentu benar," pungkasnya.
(izz)