RI Tak Harus Impor Beras hingga Maret 2015
A
A
A
JAKARTA - Pengamat Ekonomi Universitas Negeri Lampung (Unila) Bustanul Arifin mengatakan, Indonesia tidak harus impor beras. Hal ini karena Indonesia masih memiliki stok cukup banyak hingga Maret 2015.
Menurutnya, alasan tidak harus impor beras karena Indonesia sudah impor beras akhir tahun lalu sebesar 500 ribu ton dan itu dinilai cukup hingga Maret 2015.
"Saya mendengar impor sudah dilakukan akhir tahun lalu sampai 500 ribu ton. Menurut saya cukup untuk mensuplai atau menjaga pasokan hingga awal atau akhir Maret 2015. Karena tanam dan panen kita juga terlambat dan kita paham 2014 kemarin itu adalah musim yang paling panas sehingga semua mundur," ujarnya di Jakarta, Senin (23/2/2015).
Bustanul menambahkan, jika pemerintah tetap impor, maka dikhawatirkan saat musim panen nanti harga gabah akan turun. Itu yang harus dihindari.
"Bahkan dulu pernah dikeluarkan Kementan, bahwa kita tidak boleh impor 1-2 bulan setelah panen raya kan. Itu masih berlaku SK itu saya rasa," ujar dia.
Sekarang pertanyaannnya, bagaimana cara mengelola stok, agar betul-betul bisa dimanfaatkan untuk menstabilkan pasar. "Karena kenaikannya tidak hanya di pasar induk Cipinang. Ini sudah merambah ke pasar-pasar lain bahkan di beberapa daerah selindo," katanya.
Dia berpesann, yang jelas pemerintah harus antisipasi harga yang akan bergejolak sampai panen tiba. Karena, jika stok berkurang, suplai turun, itu sudah pasti harga naik.
"Itu sudah hukum ekonomi. Mungkin masyarkat bertanya, kalau harga paceklik ini naik 10%-15%, mungkin oke, tapi kalau 30% pasti ada sesuatu. Ini yang harus dipecahkan pemerintah," tandas Bustanul.
Menurutnya, alasan tidak harus impor beras karena Indonesia sudah impor beras akhir tahun lalu sebesar 500 ribu ton dan itu dinilai cukup hingga Maret 2015.
"Saya mendengar impor sudah dilakukan akhir tahun lalu sampai 500 ribu ton. Menurut saya cukup untuk mensuplai atau menjaga pasokan hingga awal atau akhir Maret 2015. Karena tanam dan panen kita juga terlambat dan kita paham 2014 kemarin itu adalah musim yang paling panas sehingga semua mundur," ujarnya di Jakarta, Senin (23/2/2015).
Bustanul menambahkan, jika pemerintah tetap impor, maka dikhawatirkan saat musim panen nanti harga gabah akan turun. Itu yang harus dihindari.
"Bahkan dulu pernah dikeluarkan Kementan, bahwa kita tidak boleh impor 1-2 bulan setelah panen raya kan. Itu masih berlaku SK itu saya rasa," ujar dia.
Sekarang pertanyaannnya, bagaimana cara mengelola stok, agar betul-betul bisa dimanfaatkan untuk menstabilkan pasar. "Karena kenaikannya tidak hanya di pasar induk Cipinang. Ini sudah merambah ke pasar-pasar lain bahkan di beberapa daerah selindo," katanya.
Dia berpesann, yang jelas pemerintah harus antisipasi harga yang akan bergejolak sampai panen tiba. Karena, jika stok berkurang, suplai turun, itu sudah pasti harga naik.
"Itu sudah hukum ekonomi. Mungkin masyarkat bertanya, kalau harga paceklik ini naik 10%-15%, mungkin oke, tapi kalau 30% pasti ada sesuatu. Ini yang harus dipecahkan pemerintah," tandas Bustanul.
(izz)