BI Rate Turun Dorong Penerbitan Obligasi Berkualitas
A
A
A
JAKARTA - Langkah Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan (BI rate) sebesar 25 basis poin menjadi 7,5% dapat mendorong sejumlah emiten menerbitkan surat utang (obligasi) berkualitas.
Presiden Direktur BCA Sekuritas Mardy Sutanto mengatakan, pemerintah menyadari untuk meningkatkan perekonomian nasional dibutuhkan likuiditas dari pasar. Keputusan BI menurunkan suku bunga acuan adalah upaya pemerintah memacu pertumbuhan ekonomi nasional.
"Jika pertumbuhan ekonomi saat ini 5,5% bisa dipacu ke 7%, bahwa yield menunjukkan tren penurunan itu adalah sinyal BI lebih pro-growth," kata Mardy kepada sejumlah media di Jakarta, Selasa (24/2/2015).
Menurut dia, harus ada katalisnya sebagai pendorong utama likuiditas, di antaranya penurunan BI rate. Selain itu, penurunan BI rate akan menggenjot emiten menerbitkan emisi obligasi berkualitas.
"Sinyal BI bagus karena lebih mempertimbangkan pasar. Dengan penurunan suku bunga menunjukkan BI lebih memperhatikan pasar," tandasnya.
Meski demikian, kata dia, pemerintah harus memperhatikan inflasi. Pasalnya, kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang cukup tinggi pada tahun lalu turut mendorong angka inflasi.
"Inflasi perlu dijaga tapi pertumbuhan ekonomi nasional tidak bisa dilupakan. Kedua hal tersebut menjadi prospek bagus penerbitan obligasi," jelasnya.
Seperti diketahui, pada pekan lalu (17/2/2015), pemerintah melalui BI memutuskan untuk menurunkan BI rate menjadi 7,50% dari 7,75%.
Presiden Direktur BCA Sekuritas Mardy Sutanto mengatakan, pemerintah menyadari untuk meningkatkan perekonomian nasional dibutuhkan likuiditas dari pasar. Keputusan BI menurunkan suku bunga acuan adalah upaya pemerintah memacu pertumbuhan ekonomi nasional.
"Jika pertumbuhan ekonomi saat ini 5,5% bisa dipacu ke 7%, bahwa yield menunjukkan tren penurunan itu adalah sinyal BI lebih pro-growth," kata Mardy kepada sejumlah media di Jakarta, Selasa (24/2/2015).
Menurut dia, harus ada katalisnya sebagai pendorong utama likuiditas, di antaranya penurunan BI rate. Selain itu, penurunan BI rate akan menggenjot emiten menerbitkan emisi obligasi berkualitas.
"Sinyal BI bagus karena lebih mempertimbangkan pasar. Dengan penurunan suku bunga menunjukkan BI lebih memperhatikan pasar," tandasnya.
Meski demikian, kata dia, pemerintah harus memperhatikan inflasi. Pasalnya, kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang cukup tinggi pada tahun lalu turut mendorong angka inflasi.
"Inflasi perlu dijaga tapi pertumbuhan ekonomi nasional tidak bisa dilupakan. Kedua hal tersebut menjadi prospek bagus penerbitan obligasi," jelasnya.
Seperti diketahui, pada pekan lalu (17/2/2015), pemerintah melalui BI memutuskan untuk menurunkan BI rate menjadi 7,50% dari 7,75%.
(rna)