Harga Serba Naik, Masyarakat Pertanyakan Komitmen Jokowi
A
A
A
JAKARTA - Rangkaian kenaikan harga kebutuhan pokok, berbarengan dengan rencana kenaikan tarif dasar listrik (TDL) golongan rumah tangga dan kereta api (KA) di waktu hampir bersamaan membuat masyarakat kecewa. Mereka pun mempertanyakan komitmen Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengklaim pro rakyat dan memperjuangkan kesejahteraan masyarakat.
Kepada Sindonews, Munawaroh (50), seorang ibu rumah tangga di bilangan Kuningan, Jakarta mengaku geram dengan sikap pemerintah yang asal menaikkan harga, tanpa memikirkan nasib masyarakat. Dia meminta mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut membuktikan janji menyejahterakan rakyat.
"Katanya Jokowi berpihak sama rakyat, tapi mana? Semua naik. Buktiin dong kalau emang pro rakyat, jangan asal ngomong doang," ucapnya, Sabtu (7/3/2015).
Dia menuturkan, kenaikan harga yang terjadi di waktu hampir bersamaan sangat membebani kehidupan keluarganya. Sebab, wanita yang hanya mengandalkan penghasilan dari suaminya ini harus memutar otak agar keuangan yang pas-pasan dapat mencukupi kebutuhan keluarga.
"Ya beratlah, sebagai ibu rumah tangga yang (penghasilan) suaminya pas-pasan. Bagaimana enggak kaget, beras naik, belanjaan mahal, ongkos anak sekolah enggak turun. Beban hidup jadi nambah, pengeluaran nambah," keluh Munawaroh.
Wanita paruh baya ini menuturkan, kenaikan harga tersebut berpotensi membuat tindakan kriminal meningkat. Alasan terhimpit ekonomi, mereka tak segan melakukan tindakan melawan hukum untuk mendapatkan uang.
"Kalau bisa jangan nambah beban masyarakat. Kan jadi banyak yang berbuat enggak bener, karena terhimpit ekonomi. Kasihan kita juga dong," tegasnya.
Sementara itu, Ruslani (47), seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di sebuah instansi pemerintahan mengaku tidak keberatan dengan kenaikan harga tersebut. Namun, dia tidak setuju jika kenaikan terjadi secara serempak.
"Kalau naik (harga) jangan barengan juga. Satu-satu dong. Kalau kayak gini kan tambah beban. Hidup tambah susah, pengeluaran tambah banyak, pendapatan enggak naik," ujarnya.
Kepada Sindonews, Munawaroh (50), seorang ibu rumah tangga di bilangan Kuningan, Jakarta mengaku geram dengan sikap pemerintah yang asal menaikkan harga, tanpa memikirkan nasib masyarakat. Dia meminta mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut membuktikan janji menyejahterakan rakyat.
"Katanya Jokowi berpihak sama rakyat, tapi mana? Semua naik. Buktiin dong kalau emang pro rakyat, jangan asal ngomong doang," ucapnya, Sabtu (7/3/2015).
Dia menuturkan, kenaikan harga yang terjadi di waktu hampir bersamaan sangat membebani kehidupan keluarganya. Sebab, wanita yang hanya mengandalkan penghasilan dari suaminya ini harus memutar otak agar keuangan yang pas-pasan dapat mencukupi kebutuhan keluarga.
"Ya beratlah, sebagai ibu rumah tangga yang (penghasilan) suaminya pas-pasan. Bagaimana enggak kaget, beras naik, belanjaan mahal, ongkos anak sekolah enggak turun. Beban hidup jadi nambah, pengeluaran nambah," keluh Munawaroh.
Wanita paruh baya ini menuturkan, kenaikan harga tersebut berpotensi membuat tindakan kriminal meningkat. Alasan terhimpit ekonomi, mereka tak segan melakukan tindakan melawan hukum untuk mendapatkan uang.
"Kalau bisa jangan nambah beban masyarakat. Kan jadi banyak yang berbuat enggak bener, karena terhimpit ekonomi. Kasihan kita juga dong," tegasnya.
Sementara itu, Ruslani (47), seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di sebuah instansi pemerintahan mengaku tidak keberatan dengan kenaikan harga tersebut. Namun, dia tidak setuju jika kenaikan terjadi secara serempak.
"Kalau naik (harga) jangan barengan juga. Satu-satu dong. Kalau kayak gini kan tambah beban. Hidup tambah susah, pengeluaran tambah banyak, pendapatan enggak naik," ujarnya.
(dmd)