Ekonom: Rupiah Era Jokowi Lebih Buruk Dibanding Soeharto

Senin, 16 Maret 2015 - 13:14 WIB
Ekonom: Rupiah Era Jokowi...
Ekonom: Rupiah Era Jokowi Lebih Buruk Dibanding Soeharto
A A A
SOLO - Pengamat ekonomi dari Universitas Sebelas Maret, Solo, Jawa Tengah Lukman Hakim mengatakan, terpuruknya nilai rupiah era pemerintahaan Joko Wido (Jokowi) paling buruk dibandingkan era pemerintahaan Soeharto atau Habibie.

Menurut dia, anjloknya rupiah bisa disebabkan karena berbagai faktor seperti melemahnya perdagangan Indonesia di pasar global, tingginya kebutuhan uang dolar untuk membayar utang negara yang juga aksi memborong dolar oleh para spekulan.

"Dan seandainya penyebab naiknya dolar memang dilakukan oleh ulah spekulan, pemerintah harus bisa intervensi dan menjamin ketersediaan dolar di pasaran," ujarnya saat ditemui di Solo, Jateng, Senin (16/3/2015).

Lukman menilai, jangka pendek yang harus dilakukan pemerintah termasuk Bank Indonesia (BI) untuk segera menangani semakin terpuruknya rupiah yaitu mengintervensi pasar. Sebab, bank sentral pasti mengetahui sebab musabab jebloknya rupiah.

Dia menilai, BI harus menemukan penyebab anjloknya rupiah. Pemerintah juga harus menjaga dan menata agar ke depannya rupiah tidak akan terpuruk lagi akibat terdorong naiknya nilai dolar, salah satunya dengan memperkuat sektor riil.

Alasan mengapa harus memperkuat sektor riil, ungkap Lukman karena sektor riil merupakan salah satu solusi yang bisa memperkuat keberadaan rupiah. Memang harus diakui bahwa sejak awal 2014 nilai ekspor cenderung menurun, karena salah satu indikatornya sektor riil tidak berkembang.

"Mereka (sektor riil) lebih banyak berdiri sendiri, hidup sendiri. Bahkan akses ke bank-pun sulit. Tidak pernah mendapatkan insentif memadai, suku bunga tinggi, beban pajak tinggi," paparnya.

Kebijakan strategis untuk meningkatkan sektor riil bisa dilakukan dengan memberi insentif pada UMKM atau menurunkan suku bunga pinjaman agar setor riil, usaha kecil dan menengah mampu bertahan. Jika pemerintah tidak mengambil kebijakan strategis, dikhawatirkan pembangunan akan terganggu.

Langkah lainnya, BI harus memantau praktik jual beli valuta asing yang mendorong merosotnya rupiah. Jika banyak yang menukar dolar memang untung bagi si penukar, namun imbasnya merugikan negara sebab nilai dolar menguat.

"Pembelian uang dolar dalam situasi sekarang ini memang menguntungkan penukar. Tapi akan merugikan negara sebab nilai dolar menguat," pungkas dia.
(izz)
Berita Terkait
Rupiah Ditutup Melemah...
Rupiah Ditutup Melemah ke Level Rp15.526
Bikin Gaduh Karena Keliru...
Bikin Gaduh Karena Keliru Tampilkan Kurs Rupiah, Pengamat: Google Harus Tanggung Jawab!
Google Keliru Tampilkan...
Google Keliru Tampilkan Kurs Rupiah, Pengamat: Timbulkan Kegaduhan!
Wacana Lama Hidup Lagi,...
Wacana Lama Hidup Lagi, Ini Dua Sisi Pentingnya Redenominasi Rupiah
Nilai Tukar Rupiah Melemah
Nilai Tukar Rupiah Melemah
Rupiah Tengah Pekan...
Rupiah Tengah Pekan Berpeluang Perkasa Saat Dolar AS Mengalami Tekanan
Berita Terkini
Satu Dekade, Lionel...
Satu Dekade, Lionel Group Komit Beri Pelayanan Terbaik ke Pelanggan dan Mitra Bisnis
4 jam yang lalu
JPMorgan Bunyikan Alarm...
JPMorgan Bunyikan Alarm Resesi Amerika, Ini Biang Keroknya
5 jam yang lalu
14 Tahun Dipimpin Ririek,...
14 Tahun Dipimpin Ririek, Telkom Akselerasi Transformasi untuk Perkuat Ekosistem Digital Nasional
5 jam yang lalu
Konsolidasi Aset BUMN...
Konsolidasi Aset BUMN Masuk Tahap Akhir, Begini Bocoran CEO Danantara
6 jam yang lalu
Arsari Group Sangkal...
Arsari Group Sangkal Hashim Jabat Preskom di PT TMS
6 jam yang lalu
Efek FCTC Bikin Pelaku...
Efek FCTC Bikin Pelaku Industri Tembakau Was-was
6 jam yang lalu
Infografis
Rusia: UNICEF Anggap...
Rusia: UNICEF Anggap Anak Gaza Kurang Penting Dibanding Anak Ukraina
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved