Wall Street Ditutup Melanjutkan Koreksi
A
A
A
NEW YORK - Indeks saham di Wall Street melanjutkan koreksi pada perdagangan Selasa waktu setempat karena berfluktuasinya mata uang dolar Amerika Serikat (USD) dan kekhawatiran dampaknya pada kinerja keuangan perusahaan.
Sementara data penjualan rumah ke inflasi dan manufaktur menunjukkan bahwa ekonomi AS tetap kuat, tetapi hal itu gagal mengubah harapan program pengetatan moneter lebih cepat oleh Federal Reserve (the Fed).
Pedagang telah teruji terhadap reaksi the Fed dalam menghadapi data ekonomi, seperti kemungkinan untuk menaikkan suku bunga acuan pada Juni tahun ini.
Saham telah berkorelasi dengan USD dan beberapa perusahaan multinasional memperkirakan akan berdampak negatif pada laba jika USD menguat.
"Saya tidak berpikir akan ada banyak kekhawatiran terhadap laporan keuangan. Kami akan makin jelas melihat dampak dari harga energi yang lebih rendah serta USD yang lebih kuat," kata Senior Strategist Ekuitas di UBS David Lefkowitz seperti dilansir dari Reuters, Rabu (25/3/2015).
Menurut dia, kedua faktor tersebut tidak akan terlalu mengejutkan bagi banyak perusahaan ketika mereka memaparkan hasil kinerjanya. Kendati demikian, dia menambahkan bahwa faktor yang bersifat temporer memang cenderung membebani pertumbuhan kinerja di kuartal I tahun ini.
Sektor energi di indeks S&P (SPNY) turun 0,8% karena minyak Brent melemah 1,5% menjadi USD55,11/barel setelah USD menguat terhadap euro.
Sementara Dow Jones Industrial Average ditutup turun 104,9 poin atau 0,58% ke 18.011,14; indeks S&P 500 kehilangan 12,92 poin atau 0,61% ke 2.091,5; dan Nasdaq Composite turun 16,25 poin atau 0,32% ke 4.994,73.
Volume perdagangan ringan, dengan sekitar 5,29 miliar saham yang diperdagangkan di bursa AS, di bawah rata-rata sepanjang tahun ini sebanyak 6,8 miliar saham.
Sementara data penjualan rumah ke inflasi dan manufaktur menunjukkan bahwa ekonomi AS tetap kuat, tetapi hal itu gagal mengubah harapan program pengetatan moneter lebih cepat oleh Federal Reserve (the Fed).
Pedagang telah teruji terhadap reaksi the Fed dalam menghadapi data ekonomi, seperti kemungkinan untuk menaikkan suku bunga acuan pada Juni tahun ini.
Saham telah berkorelasi dengan USD dan beberapa perusahaan multinasional memperkirakan akan berdampak negatif pada laba jika USD menguat.
"Saya tidak berpikir akan ada banyak kekhawatiran terhadap laporan keuangan. Kami akan makin jelas melihat dampak dari harga energi yang lebih rendah serta USD yang lebih kuat," kata Senior Strategist Ekuitas di UBS David Lefkowitz seperti dilansir dari Reuters, Rabu (25/3/2015).
Menurut dia, kedua faktor tersebut tidak akan terlalu mengejutkan bagi banyak perusahaan ketika mereka memaparkan hasil kinerjanya. Kendati demikian, dia menambahkan bahwa faktor yang bersifat temporer memang cenderung membebani pertumbuhan kinerja di kuartal I tahun ini.
Sektor energi di indeks S&P (SPNY) turun 0,8% karena minyak Brent melemah 1,5% menjadi USD55,11/barel setelah USD menguat terhadap euro.
Sementara Dow Jones Industrial Average ditutup turun 104,9 poin atau 0,58% ke 18.011,14; indeks S&P 500 kehilangan 12,92 poin atau 0,61% ke 2.091,5; dan Nasdaq Composite turun 16,25 poin atau 0,32% ke 4.994,73.
Volume perdagangan ringan, dengan sekitar 5,29 miliar saham yang diperdagangkan di bursa AS, di bawah rata-rata sepanjang tahun ini sebanyak 6,8 miliar saham.
(rna)