Champion Pacific Terpengaruh Pelemahan Rupiah
Champion Pacific Terpengaruh Pelemahan Rupiah
A
A
A
JAKARTA - Presiden Direktur PT Champion Pacific Indonesia Tbk (IGAR) Antonius Muhartoyo mengakui terpengaruh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Karena, pembelian komponen bahan baku perusahaan menggunakan mata uang USD.
Antonius menjelaskan, baik pengadaan melalui impor dan lokal semuanya melalui USD. Sementara, perusahaan menjual produksinya dengan mata uang rupiah.
"Ya kalau kita bukan impor saja, lokal juga beli pakai USD. Impor sama lokal sama pakai USD. Jualannya rupiah, kalau misalnya bulan depan mau beli sesuaikan harganya dengan USD. Prediksi kita bisa kalah atau menang dengan kurs," ujarnya di Gedung Pasadenia, Jakarta, Rabu (25/3/2015).
Pihaknya akan menyesuaikan harga sesuai USD. Perusahaan mencari cara untuk menekan biaya produksi dengan pengadaan alat baru yang lebih modern. Hal tersebut untuk efisiensi.
"Tiap hari bisa ada kenaikan bisa turun juga. Kita harus fair kalau USD turun, juga kita tidak jual pakai harga sekarang (saat USD naik)," Jelas Antonius.
Dua menjelaskan, setiap pembelian order oleh mitra perusahaan akan ada penyesuaian harga baru ketika kontrak. Pihaknya memberika toleransi ketika USD sedang menguat maka harganya ikut naik.
"Ada yang setiap pembelian order ada transaksi harga baru sesuai USD, tapi itu kita yang sifatnya kontrak. Ada toleransi misalnya Rp13.000/USD, kalau Rp14.000/USD bisa naik lagi. USD memang sedikit ada pengaruh tapi kita setiap hubungan dengan kustomer kita ada yang memang kontrak tahunan atau bulanan," pungkasnya.
Antonius menjelaskan, baik pengadaan melalui impor dan lokal semuanya melalui USD. Sementara, perusahaan menjual produksinya dengan mata uang rupiah.
"Ya kalau kita bukan impor saja, lokal juga beli pakai USD. Impor sama lokal sama pakai USD. Jualannya rupiah, kalau misalnya bulan depan mau beli sesuaikan harganya dengan USD. Prediksi kita bisa kalah atau menang dengan kurs," ujarnya di Gedung Pasadenia, Jakarta, Rabu (25/3/2015).
Pihaknya akan menyesuaikan harga sesuai USD. Perusahaan mencari cara untuk menekan biaya produksi dengan pengadaan alat baru yang lebih modern. Hal tersebut untuk efisiensi.
"Tiap hari bisa ada kenaikan bisa turun juga. Kita harus fair kalau USD turun, juga kita tidak jual pakai harga sekarang (saat USD naik)," Jelas Antonius.
Dua menjelaskan, setiap pembelian order oleh mitra perusahaan akan ada penyesuaian harga baru ketika kontrak. Pihaknya memberika toleransi ketika USD sedang menguat maka harganya ikut naik.
"Ada yang setiap pembelian order ada transaksi harga baru sesuai USD, tapi itu kita yang sifatnya kontrak. Ada toleransi misalnya Rp13.000/USD, kalau Rp14.000/USD bisa naik lagi. USD memang sedikit ada pengaruh tapi kita setiap hubungan dengan kustomer kita ada yang memang kontrak tahunan atau bulanan," pungkasnya.
(izz)
Explore More