Bos MNC Bank: Ekonomi Melorot Bikin IHSG Terseok

Senin, 04 Mei 2015 - 13:52 WIB
Bos MNC Bank: Ekonomi...
Bos MNC Bank: Ekonomi Melorot Bikin IHSG Terseok
A A A
JAKARTA - Presiden Direktur PT Bank MNC Internasional Tbk (MNC Bank) Benny Purnomo mengungkapkan, melorotnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2015 ikut menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terseok.

Menurutnya, perlambatan pertumbuhan ekonomi ini membuat sebagian orang memilih menggunakan uangnya untuk kepentingan pribadi, dibanding untuk menginvestasikan uangnya di pasar saham.

"Ketika pertumbuhan ekonomi melambat, orang itu pasti gunakan uang untuk tidak diinvestasikan. Mereka pasti gunakan uang untuk keperluan mereka sendiri," ungkapnya di KCP MNC Bank Pluit, Jakarta, Senin (4/5/2015).

Benny menambahkan, perlambatan ekonomi ini juga menyebabkan para investor menarik kembali uangnya di pasar saham, untuk kemudian menunggu perkembangan ekonomi selanjutnya.

"Dengan kondisi seperti ini orang-orang yang aktif di saham tahan dulu. Ada kecenderungan nasabah wait and see," jelas dia.

Sebelumnya, analis PT MNC Securities Reza Nugraha menilai, anjloknya IHSG hingga ke level di bawah 5.100 disebabkan karena kebijakan pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla (Jokowi-JK) yang tidak pro terhadap pasar.

Dia mengatakan, terhempasnya IHSG sepanjang April 2015 ini disebabkan karena faktor internal yang terjadi di dalam negeri. Daya beli masyarakat Indonesia melemah akibat banyaknya kebijakan pemerintah yang tidak pro pasar, seperti kenaikan tarif dasar listrik (TDL), bahan bakar minyak (BBM), hingga elpiji 12 kg.

"Seperti kita ketahui kenaikan listrik, BBM, dan elpiji 12 kg itu membuat daya beli melemah," ucapnya saat dihubungi Sindonews akhir pekan lalu.

Dia menyebutkan, lemahnya daya beli masyarakat Indonesia sepanjang April ini terlihat dengan hasil laporan keuangan kuartal I/2015 oleh emiten perbankan, seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk yang sebelumnya memiliki pertumbuhan di atas 15%, sekarang hanya 2% hingga 3%.

Selain itu sektor konsumsi seperti PT Hero Supermarket Tbk (HERO) dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) yang juga mengalami penurunan pertumbuhan hampir 15%, serta PT Astra Internasional Tbk (ASII) yang turut mengalami penurunan pertumbuhan.

"Di situ indikasikan saat ini pembelian kendaraan seperti roda dua, roda empat, makanan, penyaluran kredit saat ini melemah sekali. itu yang beri tekanan tersendiri buat investor asing," imbuh dia.

Menurut Reza, kondisi pertumbuhan emiten di Indonesia saat ini tengah berbalik dibanding emiten di Malaysia ataupun Thailand. Sebab biasanya, pendapatan emiten Indonesia di atas 15% dan bahkan sektor properti di atas 30%, jauh dibanding Malaysia dan Thailand yang hanya tumbuh 10%.

"Jadi ekspektasi investor asing siapapun mengkhawatirkan. Akhirnya data-data ril tersebut membuat sementara waktu kita dilakukan pelepasan oleh investor asing," tandas Reza.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1008 seconds (0.1#10.140)