Kemenperin Dorong IKM Gunakan Bahan Alami
A
A
A
GIANYAR - Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong pelaku industri kecil dan menengah (IKM) menggunakan pewarna alami untuk produkproduknya.
Langkah tersebut ditujukan agar produk IKM nasional lebih ramah lingkungan serta untuk memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah. Direktur Jenderal IKM Kemenperin Euis Saedah mengatakan, pelaku IKM yang menggunakan bahan-bahan alami termasuk pewarnaan tekstil dam dekorasi memang masih belum terdata secara detil.
Berdasarkan data Kemenperin, sejak 2014 baru ada sekitar 150 pegiat usaha yang menggunakan pewarna alami untuk produk- produknya. ”Ini bermula dari deklarasi 30 pengusaha di tahun lalu yang ingin membangkitkan wirausaha warna alam, tentunya kami ingin mendukung serta memfasilitasi,” ujarnya Euis di sela-sela pelatihan teknik pencelupan warna alam, di Gianyar, Bali, kemarin.
Dia menambahkan, Kementerian Perindustrian menargetkan jumlah pelaku usaha yang menggunakan pewarna alam bisa mencapai 300 unit usaha. Euis mengatakan, penggunaan pewarna alami akan dikampanyekan sehingga dapat tercipta standar cara penggunaan warna alam yang baik.
Sementara, salah seorang pelaku IKM, I Made Arsana, berpendapat bahwa masih banyak pertimbangannya dan risiko jika mengganti bahan baku pewarna kimia ke pewarna alami. Menurutnya, sumber bahan baku pewarna alam yang terbatas akan menyulitkan pelaku usaha karena harus bersaing dengan pelaku usaha lain dalam mendapatkannya.
Namun, desain produk harus terlihat lebih natural sehingga harga akan lebih tinggi. Dia mencontohkan, ekspor pakaian jadi ke Amerika dan Eropa dari Indonesia bisa memperoleh harga dua kali lebih tinggi dibanding harga yang ditawarkan IKM asal China. ”Maka, kami harus cerdik memilah bahan baku yang jarang dipakai masyarakat,” ujarnya.
Rabia edra
Langkah tersebut ditujukan agar produk IKM nasional lebih ramah lingkungan serta untuk memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah. Direktur Jenderal IKM Kemenperin Euis Saedah mengatakan, pelaku IKM yang menggunakan bahan-bahan alami termasuk pewarnaan tekstil dam dekorasi memang masih belum terdata secara detil.
Berdasarkan data Kemenperin, sejak 2014 baru ada sekitar 150 pegiat usaha yang menggunakan pewarna alami untuk produk- produknya. ”Ini bermula dari deklarasi 30 pengusaha di tahun lalu yang ingin membangkitkan wirausaha warna alam, tentunya kami ingin mendukung serta memfasilitasi,” ujarnya Euis di sela-sela pelatihan teknik pencelupan warna alam, di Gianyar, Bali, kemarin.
Dia menambahkan, Kementerian Perindustrian menargetkan jumlah pelaku usaha yang menggunakan pewarna alam bisa mencapai 300 unit usaha. Euis mengatakan, penggunaan pewarna alami akan dikampanyekan sehingga dapat tercipta standar cara penggunaan warna alam yang baik.
Sementara, salah seorang pelaku IKM, I Made Arsana, berpendapat bahwa masih banyak pertimbangannya dan risiko jika mengganti bahan baku pewarna kimia ke pewarna alami. Menurutnya, sumber bahan baku pewarna alam yang terbatas akan menyulitkan pelaku usaha karena harus bersaing dengan pelaku usaha lain dalam mendapatkannya.
Namun, desain produk harus terlihat lebih natural sehingga harga akan lebih tinggi. Dia mencontohkan, ekspor pakaian jadi ke Amerika dan Eropa dari Indonesia bisa memperoleh harga dua kali lebih tinggi dibanding harga yang ditawarkan IKM asal China. ”Maka, kami harus cerdik memilah bahan baku yang jarang dipakai masyarakat,” ujarnya.
Rabia edra
(bbg)