Sofyan Tolak Tim Ekonomi Jokowi Disalahkan
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian Sofyan Djalil menyatakan tim ekonomi Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak bisa disalahkan atas perlambatan pertumbuhan Indonesia pada kuartal I/2015. Di mana pada periode tersebut ekonomi hanya mampu tumbuh di angka 4,7%.
Menurutnya, perlambatan yang terjadi terhadap ekonomi Indonesia pada kuartal I disebabkan faktor eksternal. Karena itu, para menteri Jokowi bidang ekonomi tidak dapat berbuat banyak atas hal tersebut.
"Saya enggak bela diri. Tapi, saya bisa jelaskan faktornya, tidak ada satupun yang bisa bikin miracle. Karena ini faktor eksternal," tukasnya di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (6/5/2015).
Dia menjelaskan, perlambatan ekonomi terjadi lantaran semua pasar ekspor Indonesia yang potensial mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, anjloknya harga komoditas serta larangan ekspor mineral mentah turut berdampak terhadap perlambatan tersebut.
"Itu bukan masalah tim ekonomi. Tapi itu masalah kebijakan yang kita pilih. Kita melarang ekspor komoditi, nikel, bauksit. Padahal selama ini (ekspor) itu yang paling banyak," ungkapnya.
Mantan Menteri BUMN ini menambahkan, kendati kebijakan larangan ekspor mineral mentah saat ini membuat ekonomi lebih lambat, namun dalam beberapa tahun ke depan Indonesia akan meraup berkah dari larangan tersebut.
"Memang sekarang sulit. Tapi dalam 2-3 tahun kita lebih bernilai tambah. Itu kan bukan masalah tim ekonomi. Tapi, karena kita pilih itu sebagai policy," jelasnya.
Faktor lain dari perlambatan ini, lanjut dia, akibat adanya anggaran belanja pemerintah yang tak kunjung cair dan terjadinya penurunan daya beli masyarakat. "Tapi di antara negara G20 kita lebih bagus. Yang lebih bagus dari kita itu cuma Filipina dan Vietnam," tandas Sofyan.
Menurutnya, perlambatan yang terjadi terhadap ekonomi Indonesia pada kuartal I disebabkan faktor eksternal. Karena itu, para menteri Jokowi bidang ekonomi tidak dapat berbuat banyak atas hal tersebut.
"Saya enggak bela diri. Tapi, saya bisa jelaskan faktornya, tidak ada satupun yang bisa bikin miracle. Karena ini faktor eksternal," tukasnya di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (6/5/2015).
Dia menjelaskan, perlambatan ekonomi terjadi lantaran semua pasar ekspor Indonesia yang potensial mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, anjloknya harga komoditas serta larangan ekspor mineral mentah turut berdampak terhadap perlambatan tersebut.
"Itu bukan masalah tim ekonomi. Tapi itu masalah kebijakan yang kita pilih. Kita melarang ekspor komoditi, nikel, bauksit. Padahal selama ini (ekspor) itu yang paling banyak," ungkapnya.
Mantan Menteri BUMN ini menambahkan, kendati kebijakan larangan ekspor mineral mentah saat ini membuat ekonomi lebih lambat, namun dalam beberapa tahun ke depan Indonesia akan meraup berkah dari larangan tersebut.
"Memang sekarang sulit. Tapi dalam 2-3 tahun kita lebih bernilai tambah. Itu kan bukan masalah tim ekonomi. Tapi, karena kita pilih itu sebagai policy," jelasnya.
Faktor lain dari perlambatan ini, lanjut dia, akibat adanya anggaran belanja pemerintah yang tak kunjung cair dan terjadinya penurunan daya beli masyarakat. "Tapi di antara negara G20 kita lebih bagus. Yang lebih bagus dari kita itu cuma Filipina dan Vietnam," tandas Sofyan.
(dmd)