Pengusaha Terpukul Perlambatan Ekonomi RI
A
A
A
JAKARTA - Pengusaha yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIipmi) mengaku terpukul dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I/2015. Pasalnya, ekonomi RI yang hanya tumbuh 4,7% berdampak dan menambah beban pengusaha Indonesia.
Ketua Umum Hipmi Bahlil Lahadalia mengungkapkan, perlambatan ekonomi Indonesia pada kuartal I tersebut mengakibatkan keuntungan yang diperolehnya tidak capai target. Terlebih, pengusaha muda ini juga harus melakukan efisiensi di segala lini bisnis agar perlambatan ini tidak memberikan kerugian yang besar.
"Kena dong (dampak perlambatan ekonomi). Kita yang pertama, pertumbuhan ekonomi turun, profit kita tidak sesuai target. Efisiensi harus dilakukan, diversifikasi tidak bisa, terjadi stagnansi. Banyak," ucapnya di kantor Kemenperin, Jakarta, Senin (12/5/2015).
Menurutnya, problem utama dari lambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah anggaran pemerintah yang belum maksimal terserap. Akibatnya, proyek pembangunan tak kunjung dilaksanakan, dan industri pendukungnya pun turut lesu.
"Hari ini kan kuartal I anggaran pemerintah belum maksimal. Itu saja yang memengaruhi. Karena itu berdampak pada multiplier effect. Sekarang produksi semen turun, karena pembangunan belum jalan, produksi besi, tenaga kerja, semua turun," imbuh dia.
Sebab itu, sambung Bahlil, pihaknya mendesak pemerintah untuk segera melelang dan mengeksekusi semua program pemerintah terkait belanja masyarakat agar bisa meningkatkan pendapatan industri.
"Makanya yang harus didorong sekarang adalah pemerintah segera melelang atau mengeksekusi semua program pemerintah yang belanja publik itu agar bisa mengisi kekosongan ini. Sekalipun diakui juga bahwa dampak ekonomi global itu juga terjadi," terangnya.
Bahlil menambahkan, kendati belanja pemerintah melalui pembangunan infrastruktur tidak bisa langsung dirasakan dampaknya pada kuartal II, namun jika efektivitas eksekusi dilaksanakan segera, maka besar kemungkinan pertumbuhan ekonomi kuartal II akan mengalami peningkatan.
"Belum lah (berdampak pada kuartal II). Tunggu 3-4 bulan. Tapi kalau efektifitas eksekusinya baru jalan, saya yakin kuartal II (pertumbuhan ekonomi) akan naik. Tapi kalau tidak juga, ya kita tunggu nasib saja," tandas dia.
Ketua Umum Hipmi Bahlil Lahadalia mengungkapkan, perlambatan ekonomi Indonesia pada kuartal I tersebut mengakibatkan keuntungan yang diperolehnya tidak capai target. Terlebih, pengusaha muda ini juga harus melakukan efisiensi di segala lini bisnis agar perlambatan ini tidak memberikan kerugian yang besar.
"Kena dong (dampak perlambatan ekonomi). Kita yang pertama, pertumbuhan ekonomi turun, profit kita tidak sesuai target. Efisiensi harus dilakukan, diversifikasi tidak bisa, terjadi stagnansi. Banyak," ucapnya di kantor Kemenperin, Jakarta, Senin (12/5/2015).
Menurutnya, problem utama dari lambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah anggaran pemerintah yang belum maksimal terserap. Akibatnya, proyek pembangunan tak kunjung dilaksanakan, dan industri pendukungnya pun turut lesu.
"Hari ini kan kuartal I anggaran pemerintah belum maksimal. Itu saja yang memengaruhi. Karena itu berdampak pada multiplier effect. Sekarang produksi semen turun, karena pembangunan belum jalan, produksi besi, tenaga kerja, semua turun," imbuh dia.
Sebab itu, sambung Bahlil, pihaknya mendesak pemerintah untuk segera melelang dan mengeksekusi semua program pemerintah terkait belanja masyarakat agar bisa meningkatkan pendapatan industri.
"Makanya yang harus didorong sekarang adalah pemerintah segera melelang atau mengeksekusi semua program pemerintah yang belanja publik itu agar bisa mengisi kekosongan ini. Sekalipun diakui juga bahwa dampak ekonomi global itu juga terjadi," terangnya.
Bahlil menambahkan, kendati belanja pemerintah melalui pembangunan infrastruktur tidak bisa langsung dirasakan dampaknya pada kuartal II, namun jika efektivitas eksekusi dilaksanakan segera, maka besar kemungkinan pertumbuhan ekonomi kuartal II akan mengalami peningkatan.
"Belum lah (berdampak pada kuartal II). Tunggu 3-4 bulan. Tapi kalau efektifitas eksekusinya baru jalan, saya yakin kuartal II (pertumbuhan ekonomi) akan naik. Tapi kalau tidak juga, ya kita tunggu nasib saja," tandas dia.
(izz)