BI Masih Hakulyakin Ekonomi Bisa Tumbuh 5,3% di 2023
Kamis, 19 Januari 2023 - 17:13 WIB
JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini akan menghadapi tantangan. Meski demikian, dijaga oleh konsumsi rumah tangga, pertumbuhan ekonomi diprakirakan di kisaran 4,5-5,3%.
"Pertumbuhan ekonomi 2023 diprakirakan bias ke atas dalam kisaran 4,5-5,3% didorong oleh kuatnya kinerja ekspor serta membaiknya konsumsi rumah tangga dan investasi non-bangunan," ujar Perry dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Kamis (19/1/2023).
Konsumsi rumah tangga diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat pasca-penghapusan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
"Investasi juga diprakirakan akan membaik didorong oleh membaiknya prospek bisnis, meningkatnya aliran masuk penanaman modal asing, serta berlanjutnya penyelesaian proyek strategis nasional," tambah Perry.
Sementara ekspor diprakirakan tumbuh lebih rendah akibat melambatnya ekonomi global, meskipun akan termoderasi dengan permintaan dari China. Berdasarkan lapangan usaha, prospek sektor industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, informasi dan komunikasi, serta konstruksi diprakirakan tumbuh cukup kuat didorong kenaikan permintaan domestik tersebut.
"Sementara secara spasial, pertumbuhan ekonomi yang kuat diprakirakan terjadi di seluruh wilayah seiring dengan perbaikan permintaan domestik," pungkas Perry.
"Pertumbuhan ekonomi 2023 diprakirakan bias ke atas dalam kisaran 4,5-5,3% didorong oleh kuatnya kinerja ekspor serta membaiknya konsumsi rumah tangga dan investasi non-bangunan," ujar Perry dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Kamis (19/1/2023).
Konsumsi rumah tangga diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat pasca-penghapusan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
"Investasi juga diprakirakan akan membaik didorong oleh membaiknya prospek bisnis, meningkatnya aliran masuk penanaman modal asing, serta berlanjutnya penyelesaian proyek strategis nasional," tambah Perry.
Sementara ekspor diprakirakan tumbuh lebih rendah akibat melambatnya ekonomi global, meskipun akan termoderasi dengan permintaan dari China. Berdasarkan lapangan usaha, prospek sektor industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, informasi dan komunikasi, serta konstruksi diprakirakan tumbuh cukup kuat didorong kenaikan permintaan domestik tersebut.
"Sementara secara spasial, pertumbuhan ekonomi yang kuat diprakirakan terjadi di seluruh wilayah seiring dengan perbaikan permintaan domestik," pungkas Perry.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda