Wawancara Wakil Direktur Utama KB Bukopin Robby Mondong: Siap Bertransformasi melalui Next Generation Banking System
Rabu, 25 Januari 2023 - 22:03 WIB
Sampai acara selesai, semua eksekutif tidak ada yang pulang. Mereka menjadi orang yang terakhir pulang. Perhatian mereka terhadap global business, bukan hanya Indonesia, melainkan juga Kamboja, Vietnam, sangat baik. Ini sekarang dan future business-nya ya global business. Ini akan jadi future growth.
Apa pesan para eksekutif KBFG dan KB Kookmin Bank?
Mereka bilang, secara umum mengetahui tantangan yang kita hadapi, terutama terkait dengan aset buruk, kredit buruk. Tapi mereka juga mengerti apa-apa yang sudah kita kerjakan. Disiplin kerja, produktivitas kerja, itu juga menjadi perhatian mereka. Walaupun tadi juga disampaikan, secara cost of fund juga sudah turun, secara funding naik. Beberapa policy baru yang diterapkan, terkait policy risk, maupun good corporate governance. Dari sisi efisiensi, cost juga banyak yang berkurang. Masih ada peluang bagi kita untuk lebih kita efisienkan lagi. Intinya, mereka akan bantu, akan guide juga dengan apa yang mereka miliki. Tapi mereka juga minta kita untuk tetap kompak, konsisten dan semangat.
Bagaimana tahapan pengembangan KB Bukopin?
Kita di tahun 2022-2023 ini pembersihan asset. Target kita di 2023 ini PPOP (laba operasional sebelum provisi) positif. Kemudian di 2024, kita profit. Secara segmen mana yang kita masuki, kita mulai dari wholesale atau corporate, baik BUMN, Korean Link maupun swasta. Itu yang akan kita approach. Kedua ke UMKM, supply chain, value chain, baru kita ke ritel. Dari pay rollnya, dari priority banking-nya, dari pemilik, GM- nya, direkturnya dan staf-stafnya, baik itu pabrik atau perkantoran. Kita bangun pondasi next generation banking system, tahun ini selesai kira-kira di bulan 10. Kemudian di 2024 kita semuanya sudah selesai.
Tahun 2025 kita segera fokus di ritel. Ready infrastrukturnya di ritel. Di operasional nanti ada robotic dan sebagainya. Secara cost, cara kita bekerja, ibaratnya sekarang masih 50 km per jam, nanti dengan NGBS itu bisa 100 km per jam speed-nya. Organisasinya juga akan menyesuaikan cara kerja yang baru karena semuanya sudah otomatis, sudah robotic, terutama yang terkait dengan operation. Sistem purchasing kita juga sudah semua online, dulunya manual. Sistem HR kita juga sudah pakai sistem, dulunya manual. Jadi, semua sudah berubah. Ini mau tidak mau mengikuti perkembangan industri perbankan.
Bagaimana agar implementasi transfer knowledge dan teknologi dari KBFB ke KB Bukopin bisa lancar, sehingga standar levelnya sama?
Kalau hanya di atas kertas, itu sulit. Ibaratnya, kalau hanya dikasih resepnya, tapi kokinya beda, hasilnya bisa berbeda. Tapi gini, mereka (KBFG) tidak hanya kirim resep, melainkan juga orangnya. Misalnya SME (small medium enterprise), mereka kirim relationship manager SME ke Indonesia, mungkin 6 bulan, 1 tahun, untuk approach Korean Link customer. Mereka juga mengirimkan ahli-ahli di bidang risk management, treasury, dan IT. Kalau IT ini, cukup banyak.
Nah ini secara tidak sengaja, asimilasi terjadi dengan sendirinya. Ini tidak hanya di Jakarta, tapi juga di daerah. Di Semarang, di Surabaya, meski tidak semuanya juga karena ada keterbatasan. Jadi, selain program kerja, orangnya juga dikirim. Pada akhirnya pola kerjanya akan berubah dan mengikuti.
Kita punya program-program, tadi sempat ngobrol dengan direktur ritel terkait pola kerja, insentif, kompetisi itu melihatnya bukan kepada individu, tapi kelompok. Jadi yang dipertandingkan adalah cabangnya, segmennya. Yang dilihat bukan satu star, tapi kelompok. Ditekankan bahwa tidak ada yang berhasil hanya karena satu individu. Kemudian, mereka ini sangat baiknya, kalau ada satu keputusan A, dari atas ke bawah akan melakukan A. Kita akan coba ikuti dengan sedikit versi Indonesia, tidak bisa sama persis.
Apa pesan para eksekutif KBFG dan KB Kookmin Bank?
Mereka bilang, secara umum mengetahui tantangan yang kita hadapi, terutama terkait dengan aset buruk, kredit buruk. Tapi mereka juga mengerti apa-apa yang sudah kita kerjakan. Disiplin kerja, produktivitas kerja, itu juga menjadi perhatian mereka. Walaupun tadi juga disampaikan, secara cost of fund juga sudah turun, secara funding naik. Beberapa policy baru yang diterapkan, terkait policy risk, maupun good corporate governance. Dari sisi efisiensi, cost juga banyak yang berkurang. Masih ada peluang bagi kita untuk lebih kita efisienkan lagi. Intinya, mereka akan bantu, akan guide juga dengan apa yang mereka miliki. Tapi mereka juga minta kita untuk tetap kompak, konsisten dan semangat.
Bagaimana tahapan pengembangan KB Bukopin?
Kita di tahun 2022-2023 ini pembersihan asset. Target kita di 2023 ini PPOP (laba operasional sebelum provisi) positif. Kemudian di 2024, kita profit. Secara segmen mana yang kita masuki, kita mulai dari wholesale atau corporate, baik BUMN, Korean Link maupun swasta. Itu yang akan kita approach. Kedua ke UMKM, supply chain, value chain, baru kita ke ritel. Dari pay rollnya, dari priority banking-nya, dari pemilik, GM- nya, direkturnya dan staf-stafnya, baik itu pabrik atau perkantoran. Kita bangun pondasi next generation banking system, tahun ini selesai kira-kira di bulan 10. Kemudian di 2024 kita semuanya sudah selesai.
Tahun 2025 kita segera fokus di ritel. Ready infrastrukturnya di ritel. Di operasional nanti ada robotic dan sebagainya. Secara cost, cara kita bekerja, ibaratnya sekarang masih 50 km per jam, nanti dengan NGBS itu bisa 100 km per jam speed-nya. Organisasinya juga akan menyesuaikan cara kerja yang baru karena semuanya sudah otomatis, sudah robotic, terutama yang terkait dengan operation. Sistem purchasing kita juga sudah semua online, dulunya manual. Sistem HR kita juga sudah pakai sistem, dulunya manual. Jadi, semua sudah berubah. Ini mau tidak mau mengikuti perkembangan industri perbankan.
Bagaimana agar implementasi transfer knowledge dan teknologi dari KBFB ke KB Bukopin bisa lancar, sehingga standar levelnya sama?
Kalau hanya di atas kertas, itu sulit. Ibaratnya, kalau hanya dikasih resepnya, tapi kokinya beda, hasilnya bisa berbeda. Tapi gini, mereka (KBFG) tidak hanya kirim resep, melainkan juga orangnya. Misalnya SME (small medium enterprise), mereka kirim relationship manager SME ke Indonesia, mungkin 6 bulan, 1 tahun, untuk approach Korean Link customer. Mereka juga mengirimkan ahli-ahli di bidang risk management, treasury, dan IT. Kalau IT ini, cukup banyak.
Nah ini secara tidak sengaja, asimilasi terjadi dengan sendirinya. Ini tidak hanya di Jakarta, tapi juga di daerah. Di Semarang, di Surabaya, meski tidak semuanya juga karena ada keterbatasan. Jadi, selain program kerja, orangnya juga dikirim. Pada akhirnya pola kerjanya akan berubah dan mengikuti.
Kita punya program-program, tadi sempat ngobrol dengan direktur ritel terkait pola kerja, insentif, kompetisi itu melihatnya bukan kepada individu, tapi kelompok. Jadi yang dipertandingkan adalah cabangnya, segmennya. Yang dilihat bukan satu star, tapi kelompok. Ditekankan bahwa tidak ada yang berhasil hanya karena satu individu. Kemudian, mereka ini sangat baiknya, kalau ada satu keputusan A, dari atas ke bawah akan melakukan A. Kita akan coba ikuti dengan sedikit versi Indonesia, tidak bisa sama persis.
tulis komentar anda