Stok Minus 1 Juta Ton pada Januari 2023, Harga Beras Masih Mahal
Rabu, 01 Februari 2023 - 08:10 WIB
JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan pada Januari 2023 ketersediaan beras di dalam negeri minus 1 juta ton. Minus disebabkan karena belum masuknya musim panen petani lokal.
Arief menjelaskan konsumsi beras masyarakat pada Januari ditaksir 2,51 juta ton, atau rata-rata konsumsi beras bulanan. Sedangkan produksi beras di dalam negeri hanya 1,51 juta ton.
"Memang di enam bulan kondisinya kita defisit dari ketersediaan. Jumlah produksi dibandingkan dengan jumlah konsumsi yang rata-rata 2,5 juta ton, sehingga kalau kita lihat sampai dengan Januari kita masih minus 1 juta ton," ujar Arief dalam RDP Badan Pangan Nasional bersama Komisi IV, Selasa (31/1/2023).
Lebih lanjut, Arief mengungkapkan bahwa produktivitas petani yang minus itu kemungkinan besar baru bisa reborn sekitar 2 atau 3 bulan ke depan. Menunggu musim panen raya petani lokal dan diserap Bulog.
"Dan biasanya pada saat kondisi panen, akan mengisi lumbung dahulu, sehingga Bulog mungkin terakhir baru bisa menyerap. Biasanya akan demikian, sehingga masih ada room sekitar 2-3 bulan ke depan," sambung Arief.
Menurutnya kondisi tersebut akan berdampak pada harga beras di pasar yang kemungkinan belum bisa turun. Pasalnya, harga beras mengikuti tren harga yang naik sejak akhir tahun 2022 lalu.
"BUMN pangan sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah hanya memiliki stok yang kecil, beras hanya 385.082 ton," pungkasnya.
Bahkan bukan hanya beras, beberapa komoditas lainnya seperti kedelai, jagung, cabai, pemerintah melalui BUMN pangan tidak mempunyai stok sama sekali alias kosong. Sedangkan untuk bawang merah dan bawang putih, stok yang dimiliki pemerintah kurang dari 1 ton.
Arief menjelaskan konsumsi beras masyarakat pada Januari ditaksir 2,51 juta ton, atau rata-rata konsumsi beras bulanan. Sedangkan produksi beras di dalam negeri hanya 1,51 juta ton.
"Memang di enam bulan kondisinya kita defisit dari ketersediaan. Jumlah produksi dibandingkan dengan jumlah konsumsi yang rata-rata 2,5 juta ton, sehingga kalau kita lihat sampai dengan Januari kita masih minus 1 juta ton," ujar Arief dalam RDP Badan Pangan Nasional bersama Komisi IV, Selasa (31/1/2023).
Lebih lanjut, Arief mengungkapkan bahwa produktivitas petani yang minus itu kemungkinan besar baru bisa reborn sekitar 2 atau 3 bulan ke depan. Menunggu musim panen raya petani lokal dan diserap Bulog.
"Dan biasanya pada saat kondisi panen, akan mengisi lumbung dahulu, sehingga Bulog mungkin terakhir baru bisa menyerap. Biasanya akan demikian, sehingga masih ada room sekitar 2-3 bulan ke depan," sambung Arief.
Menurutnya kondisi tersebut akan berdampak pada harga beras di pasar yang kemungkinan belum bisa turun. Pasalnya, harga beras mengikuti tren harga yang naik sejak akhir tahun 2022 lalu.
"BUMN pangan sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah hanya memiliki stok yang kecil, beras hanya 385.082 ton," pungkasnya.
Baca Juga
Bahkan bukan hanya beras, beberapa komoditas lainnya seperti kedelai, jagung, cabai, pemerintah melalui BUMN pangan tidak mempunyai stok sama sekali alias kosong. Sedangkan untuk bawang merah dan bawang putih, stok yang dimiliki pemerintah kurang dari 1 ton.
(uka)
tulis komentar anda