Masuk Rantai Pasok Global, Program Hilirisasi Sokong Kinerja Sektor Industri

Rabu, 08 Februari 2023 - 10:32 WIB
Program hilirisasi memberikan kontribusi positif ke sektor industri. Foto/Dok
JAKARTA - Sektor industri menunjukkan kinerja sangat baik pada tahun 2022 dengan mencatatkan angka pertumbuhan 5,01%. Sektor ini juga menjadi sumber pertumbuhan tertinggi bagi perekonomian dengan angka 1,01%.



Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, setidaknya terdapat tiga faktor yang mendukung pertumbuhan sektor ini, yaitu hilirisasi industri yang terus meningkat, pertumbuhan industri otomotif yang mencapai dua digit, serta produk hasil manufaktur yang telah masuk dalam bagian global value chain.



Keberhasilan dari hilirisasi ditunjukkan dengan pertumbuhan industri logam dasar yang mencapai 14,8% atau tumbuh dua digit. Begitu pula dengan industri otomotif yang sebesar 10,67%.

“Kedua produk tersebut juga telah masuk dalam mata rantai global, sehingga dapat dikatakan program hilirisasi yang kita galakkan telah mencapai sasaran. Kami berharap pertumbuhan double digit ini bisa terus berlanjut di tahun 2023,” ujar Menperin di Jakarta, Rabu (8/2/2023).

Di samping tiga faktor tadi, konsumsi domestik juga turut berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurut Badan Pusat Statistik, stabilitas daya beli masyarakat terus terjaga, terlihat dari penjualan mobil penumpang yang meningkat 18,76% (c-to-c), naiknya penjualan sepeda motor sebesar 3,24% (c-to-c), serta tumbuhnya penerimaan PPh Pasal 21, yang mencapai 18,36% (c-to-c).

“Meningkatnya permintaan dari dalam negeri berpengaruh pada aktivitas produksi, sehingga semakin ekspansif,” jelas Menperin.

Di sisi lain, nilai ekspor industri pengolahan nonmigas pada 2022 mengalami peningkatan mencapai USD206,35 miliar atau naik 16,45% dari angka tahun 2021 (USD177,2 miliar) dan ditargetkan dapat meningkat hingga USD225-245 miliar pada 2023.

“Kinerja ekspor kita di tahun 2022 juga sangat luar biasa, bila dibandingkan tahun sebelumnya. Selain karena hilirisasi, peningkatan ini juga dipacu oleh pengalihan-pengalihan produksi dari beberapa negara, yang tadinya mengandalkan suplai dari Rusia atau Ukraina, kemudian mendapatkan pasokan dari Indonesia,” papar Menperin.

Namun demikian, Menperin menyatakan perlunya waspada terhadap kondisi perekonomian global karena konflik yang terjadi masih terus berlangsung. Situasi itu akan mengakibatkan disrupsi tersendiri terhadap supply chain.



“Kami di Kemenperin berupaya memberikan kemudahan kepada para pelaku industri melalui berbagai insentif untuk mengurangi dampak yang dirasakan akibat gejolak ekonomi global,” pungkasnya.
(uka)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More