Prediksi BI: Kredit Baru Diperkirakan Tumbuh di Kuartal III/2020
Rabu, 15 Juli 2020 - 16:35 WIB
Sedangkan pertumbuhan DPK pada instrumen tabungan tercatat melambat, terindikasi dari nilai SBT sebesar 60,9%, lebih rendah dibandingkan 85,7% pada kuartal sebelumnya. "Pertumbuhan DPK tahun 2020 diperkirakan meningkat lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini tercermin dari SBT perkiraan penghimpunan DPK tahun 2020 sebesar 87,3%, lebih tinggi dibandingkan 73,3% pada tahun sebelumnya," ujar Onny.
Perkiraan pertumbuhan DPK tersebut antara lain didorong oleh peningkatan fasilitas dan pelayanan bank kepada nasabah, serta sebagai dampak dari pandemi Covid-19. BI memandang, stabilitas sistem keuangan tetap terjaga, meskipun risiko dari dampak meluasnya penyebaran COVID-19 terhadap stabilitas sistem keuangan terus dicermati.
Ke depan, BI tetap menempuh kebijakan makroprudensial yang akomodatif sejalan dengan bauran kebijakan yang telah diambil sebelumnya serta bauran kebijakan nasional, termasuk berbagai upaya untuk memitigasi risiko di sektor keuangan akibat penyebaran Covid-19.
Sementara itu, Ekonom Indef Bhima Yudhistira beranggapan, kredit baru yang akan meningkat di Kuartal III/2020 salah satu indikatornya adalah industri pengolahan yang mulai mengajukan kredit modal kerja untuk impor bahan baku dan mulai melakukan kenaikan kapasitas produksinya.
Hal ini terkonfirmasi dari impor bahan baku per Juni 2020 tumbuh 24% secara bulanan (mtm) dibandingkan Mei. "Biasanya jika industri mulai impor bahan baku akan terjadi kenaikan produksi dalam 3-5 bulan mendatang," ujar Bhima. Namun tentunya disektor lain seperti kredit investasi dan kredit konsumsi masih membutuhkan waktu untuk pulih. Bank juga masih seleksi ketat calon debitur yang memiliki prospek serta track record yang baik. "Ini yang jadi ganjalan penyaluran kredit. Namun sampai akhir tahun diperkirakan pertumbuhan kredit masih berada pada range 1-4%," katanya.
Adapun kenaikan DPK lebih disebabkan oleh perilaku saving dari kelas menengah atas untuk menghindari adanya kenaikan resiko serta kebutuhan darurat selama pandemi. "Selain itu adanya pembayaran gaji ke-13 juga sebagian akan disimpan oleh ASN," tandasnya.
Perkiraan pertumbuhan DPK tersebut antara lain didorong oleh peningkatan fasilitas dan pelayanan bank kepada nasabah, serta sebagai dampak dari pandemi Covid-19. BI memandang, stabilitas sistem keuangan tetap terjaga, meskipun risiko dari dampak meluasnya penyebaran COVID-19 terhadap stabilitas sistem keuangan terus dicermati.
Ke depan, BI tetap menempuh kebijakan makroprudensial yang akomodatif sejalan dengan bauran kebijakan yang telah diambil sebelumnya serta bauran kebijakan nasional, termasuk berbagai upaya untuk memitigasi risiko di sektor keuangan akibat penyebaran Covid-19.
Sementara itu, Ekonom Indef Bhima Yudhistira beranggapan, kredit baru yang akan meningkat di Kuartal III/2020 salah satu indikatornya adalah industri pengolahan yang mulai mengajukan kredit modal kerja untuk impor bahan baku dan mulai melakukan kenaikan kapasitas produksinya.
Hal ini terkonfirmasi dari impor bahan baku per Juni 2020 tumbuh 24% secara bulanan (mtm) dibandingkan Mei. "Biasanya jika industri mulai impor bahan baku akan terjadi kenaikan produksi dalam 3-5 bulan mendatang," ujar Bhima. Namun tentunya disektor lain seperti kredit investasi dan kredit konsumsi masih membutuhkan waktu untuk pulih. Bank juga masih seleksi ketat calon debitur yang memiliki prospek serta track record yang baik. "Ini yang jadi ganjalan penyaluran kredit. Namun sampai akhir tahun diperkirakan pertumbuhan kredit masih berada pada range 1-4%," katanya.
Adapun kenaikan DPK lebih disebabkan oleh perilaku saving dari kelas menengah atas untuk menghindari adanya kenaikan resiko serta kebutuhan darurat selama pandemi. "Selain itu adanya pembayaran gaji ke-13 juga sebagian akan disimpan oleh ASN," tandasnya.
(nng)
tulis komentar anda