Suku Bunga Turun, Pelaku Usaha Didorong Ekspansif
Jum'at, 17 Juli 2020 - 06:31 WIB
Keempat, terus mempercepat digitalisasi sistem pembayaran untuk percepatan implementasi ekonomi dan keuangan digital. "Langkah ini sebagai bagian dari upaya pemulihan ekonomi melalui kolaborasi antara bank dan fintech untuk melebarkan akses UMKM dan masyarakat kepada layanan ekonomi dan keuangan," ungkap dia.
Di samping itu, Perry menuturkan bahwa kondisi likuiditas dan suku bunga pasar uang tetap memadai ditopang strategi operasi moneter Bank Indonesia. Hingga 14 Juli 2020, BI telah menambah likuiditas (quantitative easing) di perbankan sekitar Rp633,24 triliun, termasuk penurunan giro wajib minimum (GWM) sekitar Rp155 triliun dan ekspansi moneter sekitar Rp462,4 triliun.
Menurut Perry, longgarnya kondisi likuiditas tercermin pada rendahnya suku bunga pasar uang antarbank (PUAB), yaitu di sekitar 4% pada Juni 2020, serta rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) tetap besar yakni 24,33% pada Mei 2020. Likuiditas yang memadai serta penurunan suku bunga kebijakan (BI7DRR) berkontribusi menurunkan suku bunga perbankan.
Sejalan dengan penurunan suku bunga PUAB, rerata tertimbang suku bunga deposito dan kredit modal kerja pada Juni 2020 menurun dari 5,85% dan 9,60% pada Mei 2020 menjadi 5,74% dan 9,48%. Adapun pertumbuhan besaran moneter M1 (uang kartal yang dipegang masyarakat) dan M2 (berupa giro, deposito dll) ) pada Mei 2020 juga meningkat menjadi 9,7% (yoy) dan 10,4% (yoy).
Dia menambahkan, ekspansi moneter BI yang sementara ini masih tertahan di perbankan diharapkan dapat lebih efektif mendorong pemulihan ekonomi nasional dengan percepatan realisasi anggaran dan program restrukturisasi kredit perbankan. (LIhat Videonya: Heboh! Pedagang Angkringan Cantik di Sragen Bikin Pembeli Gagal Fokus)
Sementara itu, peneliti Indef Bhima Yudhistira mengungkapkan bahwa kebijakan penurunan suku bunga BI sudah diperkirakan sebelumnya. Dia pun memperkirakan penurunan bunga acuan memang masih terbuka di masa mendatang.
"Bahkan RDG berikutnya, BI bisa turunkan lagi 25 bps. Hal ini sebagai bagian stimulus moneter untuk mendukung pemulihan ekonomi," kata dia.
Faktor lain, kata dia, adalah kenaikan cadangan devisa pada Juni mengindikasikan BI bisa menjaga stabilitas rupiah tanpa menaikkan bunga acuan. (Kunthi Fahmar Sandy)
Di samping itu, Perry menuturkan bahwa kondisi likuiditas dan suku bunga pasar uang tetap memadai ditopang strategi operasi moneter Bank Indonesia. Hingga 14 Juli 2020, BI telah menambah likuiditas (quantitative easing) di perbankan sekitar Rp633,24 triliun, termasuk penurunan giro wajib minimum (GWM) sekitar Rp155 triliun dan ekspansi moneter sekitar Rp462,4 triliun.
Menurut Perry, longgarnya kondisi likuiditas tercermin pada rendahnya suku bunga pasar uang antarbank (PUAB), yaitu di sekitar 4% pada Juni 2020, serta rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) tetap besar yakni 24,33% pada Mei 2020. Likuiditas yang memadai serta penurunan suku bunga kebijakan (BI7DRR) berkontribusi menurunkan suku bunga perbankan.
Sejalan dengan penurunan suku bunga PUAB, rerata tertimbang suku bunga deposito dan kredit modal kerja pada Juni 2020 menurun dari 5,85% dan 9,60% pada Mei 2020 menjadi 5,74% dan 9,48%. Adapun pertumbuhan besaran moneter M1 (uang kartal yang dipegang masyarakat) dan M2 (berupa giro, deposito dll) ) pada Mei 2020 juga meningkat menjadi 9,7% (yoy) dan 10,4% (yoy).
Dia menambahkan, ekspansi moneter BI yang sementara ini masih tertahan di perbankan diharapkan dapat lebih efektif mendorong pemulihan ekonomi nasional dengan percepatan realisasi anggaran dan program restrukturisasi kredit perbankan. (LIhat Videonya: Heboh! Pedagang Angkringan Cantik di Sragen Bikin Pembeli Gagal Fokus)
Sementara itu, peneliti Indef Bhima Yudhistira mengungkapkan bahwa kebijakan penurunan suku bunga BI sudah diperkirakan sebelumnya. Dia pun memperkirakan penurunan bunga acuan memang masih terbuka di masa mendatang.
"Bahkan RDG berikutnya, BI bisa turunkan lagi 25 bps. Hal ini sebagai bagian stimulus moneter untuk mendukung pemulihan ekonomi," kata dia.
Faktor lain, kata dia, adalah kenaikan cadangan devisa pada Juni mengindikasikan BI bisa menjaga stabilitas rupiah tanpa menaikkan bunga acuan. (Kunthi Fahmar Sandy)
(ysw)
tulis komentar anda