Tiga Bank AS Tutup Dinilai Tidak Berdampak ke Indonesia

Selasa, 14 Maret 2023 - 23:05 WIB
Tiga bank tutup di AS merupakan peristiwa kebangkrutan terbesar industri keuangan sejak krisis besar tahun 2007–2008. FOTO/Reuters
JAKARTA - Tiga bank yang selama ini dikenal sebagai pendukung kuat industri uang digital serta pemberi pinjaman utama perusahaan-perusahaan rintisan ditutup atau diambil alih pemerintah Amerika Serikat (AS) menyusul neraca keuangan memburuk dan tidak mampu memenuhi penarikan besar-besaran dari para deposan. Bank tersebut adalah Silicon Valley Bank , Silvergate Bank dan Signature Bank.

"Ini adalah peristiwa kebangkrutan terbesar industri keuangan sejak krisis besar tahun 2007–2008," ujar praktisi hukum kepailitan dan restrukturisasi Hendra Setiawan Boen, di Jakarta, Selasa (14/3/2023).





Dia mengatakan ambruknya ketiga bank tersebut menimbulkan kekhawariran risiko merembet ke sektor dan negara lain sehingga menimbulkan stabilitas sistem keuangan global. Apalagi, keruntuhan Silicon Valley Bank berdampak kepada perusahaan rintisan terutama apabila perusahaan modal ventura yang selama ini mendukung keuangan perusahaan rintisan menyimpan dana di bank tersebut.

Namun demikian, Hendra menilai tutupnya ketiga bank tersebut tidak akan berdampak banyak kepada sektor keuangan di Indonesia serta tidak akan mengulang kembali krisis ekonomi tahun 2007 - 2008. Pasalnya, pemerintah AS telah bergerak cepat mengantisipasi dengan memastikan semua deposan akan dapat mengambil kembali uang mereka karena sejak krisis subprime mortgage tahun 2007.

"Sejak krisis itu pemerintah AS telah mencadangkan uang lebih dari USD100 miliar sebagai jaring pengaman apabila terjadi peristiwa semacam ini," terang Hendra.

Hendra menambahkan bahwa kejadian ini hanya berdampak besar kepada negara yang memiliki cabang dari tiga bank tersebut. Itupun pemerintah negara-negara tersebut segera melakukan upaya untuk memitigasi resiko.

"Inggris misalnya, lolos dari krisis karena bank HSBC bersedia membeli Silicon Valley Bank cabang Inggris dengan harga 1 poundsterling dan menjamin simpanan deposan. Selain itu, perusahaan rintisan yang menerima pendanaan dari ketiga cabang itu akan kesulitan seperti di China. Namun, sepengetahuan saya ketiga bank yang bangkrut tersebut tidak memiliki cabang di Indonesia," kata dia.

Dia mengatakan ketika ada perusahaan rintisan Indonesia atau perusahaan kripto yang menyimpan atau menerima dana dari ketiga bank maka kesulitan keuangan hanya terlokalisir pada perusahaan-perusahaan tersebut terlalu kecil untuk bisa berdampak sistemik kepada keuangan Indonesia.



Hendra yakin bahwa perbankan Indonesia memiliki kecukupan modal yang tinggi sehingga akan mampu membendung gejolak keuangan dan likuiditas global.

"Yang terpenting, secara fundamental, saat ini Indonesia sudah jauh lebih kuat dari siap daripada saat terjadinya krisis moneter 1997 dan krisis subprime mortgage tahun 2007. Perangkat institusional dan aturan-aturan juga sudah lebih rigid yang memungkinkan Indonesia meraungi krisis keuangan," tutup Hendra.
(nng)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More