Juragan Beras Curhat soal Tantangan saat Musim Panen
Kamis, 13 April 2023 - 11:20 WIB
JAKARTA - Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia ( Perpadi ) mengungkap sejumlah tantangan yang terjadi saat ini. Salah satunya perihal harga gabah yang masih tinggi di tengah musim panen raya.
"Ada beberapa tantangan kita di sektor perberasan. Pertama, sekalipun saat ini panen raya sudah terjadi di beberapa daerah, namun harga gabah masih relatif tinggi. Ini perlu diantisipasi dengan tepat dan benar," ujar Ketua Umum Perpadi Sutarto Alimoeso dalam diskusi Forum Wartawan Pertanian secara daring, dikutip Kaamis Rabu (13/4/2023).
Kemudian, tantangan lainnya, kebijakan-kebijakan pemerintah dalam mengatur ketersediaan produksi, cadangan beras pemerintah (CBP), bantuan sosial (bansos), bantuan pangan non-tunai (BPNT), kenaikan BBM, harga pembelian pemerintah (HPP) gabah dan beras, serta harga eceran tertinggi (HET), sangat memengaruhi perkembangan harga beras di lapangan.
"Di tambah lagi, produksi beras itu berfluktuasi berdasarkan tempat dan waktu," kata Sutarto.
Selain itu, pengusaha beras juga mengalami kesulitan bahan bakar, kelangkaan benih unggul bermutu, serta pupuk. "Itu masih sering terjadi di lapangan dan itu harus kita akui," imbuh Sutarto.
Yang lainnya, produktivitas dan kualitas hasil (rendemen) berfluktuasi dan cenderung rendah karena faktor budidaya kecepatan saat panen. Kemudian juga pada saat harga gabah mahal, para petani cenderung akan mempercepat panennya sehingga berimbas pasa kualitas gabah yang mengalami penurunan kualitas.
"Oleh karena itu, tantangan ke depan baik jangka pendek maupun menengah perlu diantisipasi dengan tepat dan benar," tandasnya.
"Ada beberapa tantangan kita di sektor perberasan. Pertama, sekalipun saat ini panen raya sudah terjadi di beberapa daerah, namun harga gabah masih relatif tinggi. Ini perlu diantisipasi dengan tepat dan benar," ujar Ketua Umum Perpadi Sutarto Alimoeso dalam diskusi Forum Wartawan Pertanian secara daring, dikutip Kaamis Rabu (13/4/2023).
Kemudian, tantangan lainnya, kebijakan-kebijakan pemerintah dalam mengatur ketersediaan produksi, cadangan beras pemerintah (CBP), bantuan sosial (bansos), bantuan pangan non-tunai (BPNT), kenaikan BBM, harga pembelian pemerintah (HPP) gabah dan beras, serta harga eceran tertinggi (HET), sangat memengaruhi perkembangan harga beras di lapangan.
"Di tambah lagi, produksi beras itu berfluktuasi berdasarkan tempat dan waktu," kata Sutarto.
Selain itu, pengusaha beras juga mengalami kesulitan bahan bakar, kelangkaan benih unggul bermutu, serta pupuk. "Itu masih sering terjadi di lapangan dan itu harus kita akui," imbuh Sutarto.
Yang lainnya, produktivitas dan kualitas hasil (rendemen) berfluktuasi dan cenderung rendah karena faktor budidaya kecepatan saat panen. Kemudian juga pada saat harga gabah mahal, para petani cenderung akan mempercepat panennya sehingga berimbas pasa kualitas gabah yang mengalami penurunan kualitas.
"Oleh karena itu, tantangan ke depan baik jangka pendek maupun menengah perlu diantisipasi dengan tepat dan benar," tandasnya.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda