BRICS Bakal Ganti Nama Menjadi SUBSCRIBE? Ini Penjelasannya
Selasa, 01 Agustus 2023 - 09:21 WIB
JAKARTA - BRICS didirikan pada 16 Juni 2009 oleh lima negara yang kemudian menjadi sumber nama organisasi ekonomi yang menampung suara negara-negara berkembang. Lima negara yang menjadi pioner BRICS adalah Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (South Africa).
Seiring perkembangan ekonomi negara-negara anggotanya, terutama China, India, dan Rusia, BRICS semakin dipertimbangkan sejumlah negara-negara berkembang lainnya untuk ikut bergabung. Ada beberapa kelebihan yang dimiliki oleh BRICS dibanding "pesaing utamanya" yaitu G-7.
Kelebihan itu antara lain, BRICS diisi negara pemasok bahan mentah dan jasa manufaktur terbesar dunia. Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan adalah negara-negara yang diyakini akan menjadi pemasok dominan barang, jasa dan bahan baku pada tahun 2050.
Lalu, BRICS juga dihuni negara penguasa pasar dunia. India dan China merupakan dua negara besar yang kini bisa terbilang sebagai penguasa pasar dunia, yang dibuktikan dengan berbagai barang produksinya telah tersebar ke seluruh penjuru dunia.
Selain itu, ada beberapa keuntungan yang akan dirasakan oleh negara-negara BRICS atau yang ingin bergabung. Salah satu yang utama adalah keamanan pangan, keamanan akses pasar, dan bersahabat dengan negara berkembang.
Tak heran kalau kemudian, banyak negara, termasuk Indonesia, yang tertarik untuk bergabung dengan BRICS. Saat ini sudah ada empat negara yang ingin bergabung ke BRICS, yaitu Saudi Arabia (Arab Saudi), Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Egypt (Mesir).
Ada yang mengelitik, jika keempat negara itu jadi bergabung dengan BRICS. Salah satunya adalah nama organisasi itu. Apakah tetap mempertahankan BRICS, atau mengubahnya mengikuti akronim negara-negara yang bergabung, selayaknya nama BRICS itu sendiri saat awal didirikan.
Jika empat negara tadi bergabung maka ada kemungkinan nama BRICS akan berubah menjadi SUBSCRIBE dengan susunan: South Africa, UAE, Brazil, Saudi Arabia, China, Russia, India, Bahrain, dan Egypt. Dalam bahasa Indonesia, SUBSCRIBE salah artinya adalah 'langganan'.
Seiring perkembangan ekonomi negara-negara anggotanya, terutama China, India, dan Rusia, BRICS semakin dipertimbangkan sejumlah negara-negara berkembang lainnya untuk ikut bergabung. Ada beberapa kelebihan yang dimiliki oleh BRICS dibanding "pesaing utamanya" yaitu G-7.
Kelebihan itu antara lain, BRICS diisi negara pemasok bahan mentah dan jasa manufaktur terbesar dunia. Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan adalah negara-negara yang diyakini akan menjadi pemasok dominan barang, jasa dan bahan baku pada tahun 2050.
Lalu, BRICS juga dihuni negara penguasa pasar dunia. India dan China merupakan dua negara besar yang kini bisa terbilang sebagai penguasa pasar dunia, yang dibuktikan dengan berbagai barang produksinya telah tersebar ke seluruh penjuru dunia.
Selain itu, ada beberapa keuntungan yang akan dirasakan oleh negara-negara BRICS atau yang ingin bergabung. Salah satu yang utama adalah keamanan pangan, keamanan akses pasar, dan bersahabat dengan negara berkembang.
Tak heran kalau kemudian, banyak negara, termasuk Indonesia, yang tertarik untuk bergabung dengan BRICS. Saat ini sudah ada empat negara yang ingin bergabung ke BRICS, yaitu Saudi Arabia (Arab Saudi), Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Egypt (Mesir).
Ada yang mengelitik, jika keempat negara itu jadi bergabung dengan BRICS. Salah satunya adalah nama organisasi itu. Apakah tetap mempertahankan BRICS, atau mengubahnya mengikuti akronim negara-negara yang bergabung, selayaknya nama BRICS itu sendiri saat awal didirikan.
Baca Juga
Jika empat negara tadi bergabung maka ada kemungkinan nama BRICS akan berubah menjadi SUBSCRIBE dengan susunan: South Africa, UAE, Brazil, Saudi Arabia, China, Russia, India, Bahrain, dan Egypt. Dalam bahasa Indonesia, SUBSCRIBE salah artinya adalah 'langganan'.
(uka)
tulis komentar anda