Merger 3 Maskapai BUMN Dinilai Bukan Obat Tepat Atasi Masalah
Kamis, 24 Agustus 2023 - 12:35 WIB
JAKARTA - Rencana merger tiga maskapai BUMN , yakni Garuda Indonesia, Citilink, dan Pelita Air perlu ditinjau ulang. Menurut Alvin Lie, pengamat penerbanga, rencana itu tidak ada urgensinya.
Jika alasan merger untuk menekan biaya logistik, maka tidaklah tepat. Pasalnya pengangkutan logistik terbesar itu terdapat melalui jalur darat dan laut, sedangkan melalui udara hanya untuk logistik yang memiliki nilai tinggi dan waktu yang pendek.
"Nah saya justru mempertanyakan apakah benar sedemikian besar angkutan udara terhadap biaya logistik, karena ini luas, terkait pergudangan, penyewaan gedung kargo dan lainnya," katanya dalam Market Review IDXChannel, Kamis (24/8/2023).
Alvin juga menyinggung bahwa tiga maskapai yang direncanakan merger ini adalah perusahaan yang mengoprasikan pesawat jet. Sedangkan di Indonesia yang membutuhkan sistem logistik yang lebih efisien adalah kota-kota yang dilayani dengan pesawat jet.
"Justru daerah terpencil yang membutuhkan pesawat kecil. Apa iya di wilayah Indonesia Timur yang hanya bisa dilayani pesawat kecil ini nanti bisa lebih murah dengan tiga maskapai yang mengoperasikan pesawat jet ini?" katanya.
Lebih lanjut, jika berkaitan dengan kekurangan pesawat. Alvin mengatakan bahwa merger bukan solusinya. Melainkan adanya penambahan modal.
Menurutnya, saat ini penerbangan di Indonesia pun okupansi penumpang tidak sepenuhnya penuh. Sehingga merger ini juga tidak akan berpengaruh terhadap keterisian penumpang.
"Kalo mau menambah pesawat nggak perlu merger, cuma butuh modal," katanya.
Oleh karenanya, Alvin meminta pemerintah untuk meninjau ulang wacana merger tiga maskapai penerbangan tersebut. Merger yang dilakukan secara tidak tepat bisa berdampak buruk pada maskapai.
"Sebaiknya ditinjau kembali rencana merger ini. Apakah sebetulnya apa masalah yang ingin diobati dengan merger ini. Kita harus tahu dulu sakitnya apa, baru memberikan obatnya. Jangan berikan obat tapi sakitnya tidak jelas. Nantinya ini malah akan berdampak buruk terhadap 3 maskapai ini," katanya.
Jika alasan merger untuk menekan biaya logistik, maka tidaklah tepat. Pasalnya pengangkutan logistik terbesar itu terdapat melalui jalur darat dan laut, sedangkan melalui udara hanya untuk logistik yang memiliki nilai tinggi dan waktu yang pendek.
"Nah saya justru mempertanyakan apakah benar sedemikian besar angkutan udara terhadap biaya logistik, karena ini luas, terkait pergudangan, penyewaan gedung kargo dan lainnya," katanya dalam Market Review IDXChannel, Kamis (24/8/2023).
Alvin juga menyinggung bahwa tiga maskapai yang direncanakan merger ini adalah perusahaan yang mengoprasikan pesawat jet. Sedangkan di Indonesia yang membutuhkan sistem logistik yang lebih efisien adalah kota-kota yang dilayani dengan pesawat jet.
"Justru daerah terpencil yang membutuhkan pesawat kecil. Apa iya di wilayah Indonesia Timur yang hanya bisa dilayani pesawat kecil ini nanti bisa lebih murah dengan tiga maskapai yang mengoperasikan pesawat jet ini?" katanya.
Lebih lanjut, jika berkaitan dengan kekurangan pesawat. Alvin mengatakan bahwa merger bukan solusinya. Melainkan adanya penambahan modal.
Menurutnya, saat ini penerbangan di Indonesia pun okupansi penumpang tidak sepenuhnya penuh. Sehingga merger ini juga tidak akan berpengaruh terhadap keterisian penumpang.
"Kalo mau menambah pesawat nggak perlu merger, cuma butuh modal," katanya.
Oleh karenanya, Alvin meminta pemerintah untuk meninjau ulang wacana merger tiga maskapai penerbangan tersebut. Merger yang dilakukan secara tidak tepat bisa berdampak buruk pada maskapai.
"Sebaiknya ditinjau kembali rencana merger ini. Apakah sebetulnya apa masalah yang ingin diobati dengan merger ini. Kita harus tahu dulu sakitnya apa, baru memberikan obatnya. Jangan berikan obat tapi sakitnya tidak jelas. Nantinya ini malah akan berdampak buruk terhadap 3 maskapai ini," katanya.
(uka)
tulis komentar anda