Peringatan! Hong Kong Resesi Satu Tahun Penuh Saat Ekonomi Kuartal II Minus 9%

Kamis, 30 Juli 2020 - 18:45 WIB
Pandemi Covid-19 terus menyeret perekonomian Hong Kong jatuh lebih dalam ke jurang resesi. Dalam tiga bulan terakhir, Ekonomi kota di bawah China itu kembali mengalami kontraksi atau minus 9% di kuartal-II 2020 secara tahun ke tahun (YoY). Foto/Dok
HONG KONG - Pandemi Covid-19 terus menyeret perekonomian Hong Kong jatuh lebih dalam ke jurang resesi. Dalam tiga bulan terakhir, Ekonomi kota di bawah China itu kembali mengalami kontraksi atau minus 9% di kuartal-II 2020 secara tahun ke tahun (YoY) dari data resmi Rabu (29/7) kemarin.

Seperti dilansir New York Times, Hong Kong telah mengalami pukulan berat dalam ekonomi disamping wabah virus corona. Termasuk di antaranya gelombang protes tahun lalu dan perang perdagangan China versus Amerika Serikat (AS) telah mempengaruhi perekonomian Hong Kong.

(Baca Juga: 5 Indikator Bagaimana Aksi Protes Pengaruhi Ekonomi Hong Kong dan Pasar Saham )

Data ekonomi yang mengecewakan pada hari Rabu, menunjukkan sedikit perbaikan dibandingkan Januari ketika pemerintah melaporkan pertumbuhan ekonomi jatuh ke level terendah dalam lebih dari empat dasawarsa. Namun data kuartal II tahun ini menandai kontraksi empat kuartal berturut-turut untuk pusat ekonomi global ini.



Kondisi pandemi memperparah, saat krisis kesehatan masyarakat terus meluas dan mempengaruhi pengeluaran konsumen, pariwisata hingga perdagangan. Lantaran itu ancaman gelombang kedua Covid harus diwaspadai. Beberapa pekan ini, kasus Covid-19 Hong Kong naik setelah mampu mengendalikan virus tiga bulan lalu.

Hal ini berbeda dengan kabar positif ekonomi dari daratan China, di mana pengeluaran infrastruktur embantu untuk menarik ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut dari kontraksi pertama dalam hampir setengah abad. Awal bulan ini, China melaporkan perekonomian menguat sebesar 3,2% selama tiga bulan berakhir hingga Juni.

Sementara dilansir Nikkei, Hong Kong berada dalam jalur resesi selama satu tahun penuh yang diwarnai dengan pencabutan hak istimewa dalam perdagangan oleh AS. Hal itu menanggapi pengenaan hukum keamanan nasional China yang kontroversial di Hong Kong dan dengan lonjakan tertinggi dalam kasus COVID-19 memaksa Hong Kong kembali melakukan pengetatan.

Kepala ekonom ING Bank, Iris Pang memproyeksikan lebih jauh bahwa kotraksi pertumbuhan Hong Kong bakal semakin dalam hingga 10% dan bakal jatuh lebih 5% pada kuartal keempat.

Alicia Garcia-Herrero, kepala ekonom Asia-Pasifik di Natixis juga berkomentar, "aspek yang paling mengkhawatirkan tentang perekonomian Hong Kong terletak pada penjualan ritel yang jatuh bahkan ketika keterbatasan mobilitas jauh lebih ringan pada bulan Juni."

Sedangkan Tommy Wu, memimpin ekonom Asia di perusahaan riset Oxford Economics, sedikit lebih optimis daripada Pang dan Garcia-Herrero, dimana Ia meramalkan tahun penuh kontraksi dari 6% hingga 8,3% dan 7% untuk sisa tahun ini. Ia juga masih pesimis tentang prospek Hong Kong ke depannya.

"Jika gelombang virus saat ini berkepanjangan, penutupan bisnis dan pengangguran akan naik tajam. Selain itu ketidakpastian politik yang berasal dari hukum keamanan nasional dan tanggapan internasional untuk itu, bakal mempengaruhi selama jangka menengah," tulis Tommy Wu.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More