Kerugian Raksasa Properti China Evergrande Menyusut, Separuh 2023 Capai Rp68,8 Triliun
Minggu, 27 Agustus 2023 - 21:35 WIB
BEIJING - China Evergrande Group, pengembang properti paling berutang di dunia melaporkan penurunan kerugian bersih sepanjang paruh pertama tahun 2023, berkat adanya kenaikan pendapatan. Kerugian Evergrande di periode Januari-Juni 2023 mencapai 33 miliar yuan atau USD4,53 miliar yang jika dirupiahkan mencapai Rp68,8 triliun (Kurs Rp15.195/USD).
Kerugian bersih Evergrande mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2022 yakni sebesar 66,4 miliar yuan pada periode yang sama tahun sebelumnya. Seperti diketahui pengembang raksasa properti ini tengah berada di pusat krisis sektor properti China.
Sejak akhir 2021, Evergrande mengalami serangkaian default utang, rumah yang belum selesai dan pemasok yang belum dibayar, hingga pada akhirnya menghancurkan kepercayaan konsumen terhadap ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Sementara itu pada bulan ini, hal serupa terjadi pada pengembang swasta terbesar China, Country Garden yang melewatkan pembayaran oblikasi. Hal itu memicu kekhawatiran bakal menular kepada sektor lain di tengah pelemahan permintaan domestik dan asing, aktivitas pabrik yang goyah dan meningkatnya pengangguran.
Dalam pengajuan pada hari Minggu seperti dilansir Reuters, Evergrande mengatakan pendapatan semester pertama naik 44% dari tahun sebelumnya menjadi 128,2 miliar yuan. Hal itu karena "secara aktif perusahaan merencanakan dimulainya kembali penjualan dan berhasil merebut ledakan pendek pasar properti yang muncul pada awal tahun". Pemasukan uang naik 6,3% menjadi 13,4 miliar yuan.
Liabilitas sedikit turun menjadi 2,39 triliun yuan dari 2,44 triliun yuan pada akhir 2022. Sementara total aset juga menyusut menjadi 1,74 triliun yuan dari 1,84 triliun yuan.
Pengembang membukukan kerugian bersih gabungan sebesar USD81 miliar untuk tahun 2021 dan 2022 dalam laporan pendapatan yang telah lama tertunda bulan lalu, dibandingkan laba 8,1 miliar yuan pada tahun 2020.
Kerugian bersih Evergrande mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2022 yakni sebesar 66,4 miliar yuan pada periode yang sama tahun sebelumnya. Seperti diketahui pengembang raksasa properti ini tengah berada di pusat krisis sektor properti China.
Sejak akhir 2021, Evergrande mengalami serangkaian default utang, rumah yang belum selesai dan pemasok yang belum dibayar, hingga pada akhirnya menghancurkan kepercayaan konsumen terhadap ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Baca Juga
Sementara itu pada bulan ini, hal serupa terjadi pada pengembang swasta terbesar China, Country Garden yang melewatkan pembayaran oblikasi. Hal itu memicu kekhawatiran bakal menular kepada sektor lain di tengah pelemahan permintaan domestik dan asing, aktivitas pabrik yang goyah dan meningkatnya pengangguran.
Dalam pengajuan pada hari Minggu seperti dilansir Reuters, Evergrande mengatakan pendapatan semester pertama naik 44% dari tahun sebelumnya menjadi 128,2 miliar yuan. Hal itu karena "secara aktif perusahaan merencanakan dimulainya kembali penjualan dan berhasil merebut ledakan pendek pasar properti yang muncul pada awal tahun". Pemasukan uang naik 6,3% menjadi 13,4 miliar yuan.
Liabilitas sedikit turun menjadi 2,39 triliun yuan dari 2,44 triliun yuan pada akhir 2022. Sementara total aset juga menyusut menjadi 1,74 triliun yuan dari 1,84 triliun yuan.
Pengembang membukukan kerugian bersih gabungan sebesar USD81 miliar untuk tahun 2021 dan 2022 dalam laporan pendapatan yang telah lama tertunda bulan lalu, dibandingkan laba 8,1 miliar yuan pada tahun 2020.
Lihat Juga :
tulis komentar anda